Senin, 08 November 2010

Materi kelas 8 semester 1

ATERI KELAS VIII SEMESTER 1
PANGERAN SIDDHARTA MENINGGALKAN ISTANA


1. Untuk menyambut kelahiran cucunya, Raja menyelenggarakan satu pesta yang sangat besar dan meriah. P. Siddharta kelihatan tidak senang dan murung,
2. P. Siddharta dengan berhati-hati mendekati Raja untuk memohon ijin untuk mencari obat terhadap usia tua, sakit dan meninggal.
3. Raja sangat marah luar biasa dan menyebabkan P. Siddharta mengajukan 8 macam anugerah. Lalu Raja megabulkan permohonan tersebut dengan mengatakan “ lebih baik aku turun tahta dari pada aku tidak mengabulkan permohonanmu “.
4. Delapan macam anugerah tersebut terdiri dari :
a. Anugerah supaya tidak menjadi tua
b. Anugerah supaya tidak sakit
c. Anugerah supaya tidak meninggal
d. Anugerah supaya Ayah tetap bersamaku
e. Anugerah supaya semua wanita yang ada di Istana bersama-sama dengan kerabat lain tetap hidup.
f. Anugerah supaya kerajaan ini tidak berubah dan tetap seperti sekarang
g. Anugerah supaya mereka yang pernah hadir pada pesta kelahiranku dapat memadamkan semua nafsu keinginan
h. Anugerah supaya aku dapat mengakhiri kelahiran, usia tua dan kematian.

5. Mendengar pernyataan diatas Raja Suddhodana menjadi kaget dan kecewa dan Raja menjawab semua hal tersebut diatas itu berada diluar kemampuannya.
6. Raja tetap tidak memberi ijin dan P. Siddharta masuk ke kamar istri dan anaknya dan memandangi anaknya dengan perasaan gembira dan haru karena tidak lama lagi Beliau akan meninggalkannya berhubung tekadnya yang sudah bulat untuk mencari obat agar tidak menjadi tua, sakit dan meninggal.
7. Pangeran memanggil Channa dan memerintahkan untuk menyiapkan kuda Kantaka, Pangeran kembali lagi ke kamar istri dan anaknya lalu pergi meninggalkan Istana.
8. Pada saat meninggalkan Istana Pangeran Siddharta berusia 29 tahun tepat pada bulan Asadha.
9. Perjalanan dilanjutkan melintasi perbatasan negara Sakya, Koliya dan Malla dan kemudian dengan satu kali loncatan menyeberangi sungai Anoma.
10. Sampai ditepi sungai Anoma pangeran turun dari kuda, melepas pakaian dan perhiasannya dan diberikan kepada Channa, mencukur rambut dengan pedang dan Melemparkannya ke udara (di sambut oleh Dewa Sakka dan membawanya ke surga Tusita untuk dipuja di Culamani Cetiya).
11. Rambut yang tersisa sepanjang dua Anguli (dua inci) sepanjang hidupnya dan tidak tumbuh-tumbuh lagi.
12. Selanjutnya Brahmana Ghatikara mempersembahkan kepada Pangeran keperluan seorang bhikkhu yang terdiri dari : Jubah Luar, Jubah Dalam, Kain Bawah, Ikat pinggang, mangkuk makanan (bowl), pisau cukur, jarum, saringan air.

13. Channa bersama kuda Kantaka kembali ke Istana, dan menyerahkan pakaian, perhiasan, pedang kepada Raja, menyampaikan salam perpisahan pangeran kepada Raja, Putri Yasodhara dan segenap keluarga. Dan Channa memberitahukan bahwa Pangeran sekarang berada di tepi sungai Anoma di negara Malla.
14. Sekalipun Raja cemas akan kepergian Pengeran, namun kepergiannya tersebut akan mendapatkan hasil yang dapat membantu semua makhluk terbebas dari penderitaan.



BERTAPA DI HUTAN URUVELA

1. Dari tepi Sungai Anoma Pangeran pergi Rajagaha tepatnya ke kebun mangga di Anupiya milik Raja Bimbisara. Setelah tujuh hari berdiam di Rajagaha, lalu pada suatu pagi pangeran berkeliling untuk mengumpulkan makanan (pindapata).
2. Dari Rajagaha pertapa Gautama meneruskan perjalanannya dan tiba ditempat pertapaan Alara Kalama. Ditempat ini Pertapa Gautama berguru kepada Alara Kalama dan dalam waktu singkat Pertapa Gautama sudah dapat menyamai kepandaian gurunya. Dari Alara Kalama Pertapa Gautama diajar cara-cara bermeditasi dan pengertian tentang Hukum Karma dan Tumimbal lahir. Karena merasa dengan kemampuan ini masih belum terjawab tentang sebab musabab dari kelahiran, lalu Pertapa Gautama pergi meninggalkan gurunya yang pertama.
3. Selanjutnya Pertapa Gautama berguru kepada Uddaka Ramaputta (pada zaman itu terkenal sebagai pertapa yang paling pandai). Dari Uddaka Ramaputta pertapa Gautama mendapat pelajaran tentang cara bermeditasi yang paling tinggi sehingga mencapai keadaan “ Bukan Pencerapanpun bukan pencerapan”. Dari pelajaran ini pertapa Gautama belum puas, sebab ia belum mendapat jawaban tentang bagaimana mengakhiri usia tua, sakit dan meninggal.
4. Pertapa Gautama kemudian pergi ke SENANIGAMA di URUVELA dan ditempat inilah ia bergabung dan bertapa dengan Lima Orang Pertapa lainnya (Kaondanna, Mahanama, Bhadiya, Vappa, Assaji)
5. Bersama lima orang pertapa ia berlatih dalam berbagai cara penyiksaan diri seperti: menjemur diri diterik matahari pada waktu siang hari dan berendam disungai dalam waktu yang sangat lama pada malam hari.
6. Kedua cara ini masih belum berhasil, maka pertapa Gautama melakukan latihan yang sangat keras lagi yaitu : merapatkan giginya dan menekan kuat-kuat langit-langit mulutnya sehingga keringat mengucur keluar dari ketiaknya. Demikian hebat sakit yang dideritanya sehingga dapat diumpamakan sebagai orang kuat yang gagah perkasa memegang seorang yang lemah tidak berdaya. Cara ini tidak berhasil .
7. Selanjutnya ia berpuasa dan tidak makan atau minum sampai batas waktu tidak ditentukan sehingga badannya kurus kering, namun tidak mendapatkan apa-apa.
8. Pertapa Gautama merubah cara bertapa dengan mulai makan dan minum, sehingga membuat badannya sedikit demi sedikit menjadi segar.
9. Atas bantuan seorang anak penggembala domba bernama NANDA, pertapa Gautama berhasil kembali bermeditasi dengan pikiran yang jernih.
10. Pertapa Gautama menjadi sadar bahwa cara bertapa yang dilakukan adalah salah setelah mendengar syair yang diucapkan oleh serombongan penari ronggeng. Bunyi syair tersebut adalah :
“ Kalau tali gitar ditarik terlalu keras, talinya putus. Kalau ditarik terlalu kendor maka suaranya akan lenyap. Oleh karena itu tidak boleh terlalu keras dan tidak terlalu kendor”.



MENCAPAI KEBUDDHAAN


1. Pertapa Gotama meneruskan perjalanannya dan pada sore hari tiba di GAYA. Ia memilih tempat untuk bermeditasi dibawah pohon Bodhi (Ficus Religiosa), kemudian mempersiapkan tempat duduk disebelah Timur pohon tersebut dengan beralaskan rumput kering pemberian seorang pemuda tukang rumput bernama SOTTHIYA.
2. Ditempat inilah Pertapa Gotama bermeditasi dengan menggunakan obyek Anapanassati ( meditasi dengan menggunakan obyek keluar masuknya pernafasan).
3. Ketika bermeditasi Pertapa Gotama digoda oleh Mara (makhluk jahat) dan bala tentaranya, yang bermaksud menghalang-halangi Pertapa Gotama memperoleh penerangan Agung.
4. Pertapa Gotama berhasil mengalahkan mara dan bala tentaranya, dan pertapa Gotama berhasil mencapai PUBBENIVASANUSSATINANA (Kebijaksanaan untuk dapat melihat dengan terang kelahirannya yang dahulu) hal ini terjadi pada waktu jaga pertama yaitu antara Pk. 18.00 – 22.00
5. Pada waktu jaga kedua, yaitu antara pk. 22.00 – 02.00, Pertapa Gotama memperoleh CUTUPAPATANANA (Kebijaksanaan untuk dapat melihat dengan terang kematian dan tumimbal lahir makhluk-makhluk sesuai dengan karmanya). Kebijaksanaan ini juga disebut DIBBACAKKUNANA ( Kebijaksanaan mata Dewa)
6. Pada waktu jaga ketiga, yaitu anatara pk. 02.00 – 04.00, Pertapa Gotama memperoleh ASAVAKKHAYANANA (Kebijaksanaan dapat menyingkirkan secara menyeluruh semua kekotoran batin).
7. Dengan muka bercahaya terang, penuh kebahagiaan, Pertapa Gotama dengan suara lantang mengeluarkan pekik kemenangan, sbb :
“ Dengan sia-sia aku mencari pembuat rumah ini.
Berlari berputar-putar dalam lingkaran tumimbal lahir.
Menyakitkan, tumimbal lahir yang tiada habis-habisnya.
O, Pembuat Rumah, sekarang telah kuketahui.
Engkau tak akan dapat rumah lagi.
Semua atapmu telah kurobohkan.
Semua sendi-sendimu telah kubongkar.
Batinku sekarang mencapai keadaan Nibbana.
Dan berakhirlah semua nafsu-nafsu keinginan”.

8. Dikisahkan bahwa pada saat itu bumi tergetar karena gembira dan di udara sayup-sayup terdengar suara musik yang merdu, semua tempat penuh dengan kehadiran para Dewa.
9. Demikianlah Pangeran Siddharta yang lahir pada tahun 623 SM, Menikah pada usia 16 tahun, Meninggalakn istana pada usia 29 tahun, Bertapa selama 6 tahun dihutan URUVELA, Menjadi Buddha pada usia 35 tahun.



MISI PENYIARAN AGAMA BUDDHA



1. Setelah mencapai penerangan sempurna, untuk pertama kalinya Sang Buddha membabarkan dhamma kepada lima orang pertapa yaitu Kondanna, Mahanama, Bhadiya, Vappa, Assaji.
2. Sang Buddha membabarkan dhamma atas permintaan Brahma Sahampati, karena mengetahui bahwa Sang Buddha ragu ada makhluk yang mampu atau tidak untuk mendengarkan dhammanya mengingat bahasa yang digunakan terlalu analitis.
3. Akhirnya dengan keyakinan yang kuat Sang Buddha mulai menyampaikan dhammanya yang pertama di kenal dengan nama Dhammacakkapavatthana Sutta yang artiny khotbah pemutaran roda dhamma.
4. Isi khotbah tersebut adalah tentang empat kesunyataan mulia yang terdiri dari Dukkha, Sebab dukkha, Lenyapnya dukkha dan Jalan menuju lenyapnya dukkha.
5. Setelah Sang Buddha selesai menyampaikan khotbah, Kondanna memperoleh mata dhamma yaitu mencapai tingkat kesucian pertama yaitu Sotapanna.
6. Kondanna mendapat gelar Anna(Annya) sehingga ia disebut Anna Kondanna. Disebut demikian karena ia tidak ragu-ragu lagi tentang kebenaran ajaran Sang Buddha.
7. Setelah mendapat gelar tersebut, Anna Kondanna menjadi bhikkhu pertama yang ditahbiskan dengan ucapan “Ehi Bhikkhu” artinya mari bhikkhu.
8. Dua hari setelah itu Vappa dan Bhadiya memperoleh mata dhamma dan ditahbis dengan ucapan Ehi bhikkhu.
9. Dua hari kemudian Mahanama dan Assaji juga memperoleh mata dhamma dan ditahbis dengan ucapan Ehi bhikkhu.
10. Lima hari setelah memberikan khotbah pertama, lalu Sang Buddha menyampaikan khotbah yang kedua dengan judul ANATTALAKKHANA SUTTA.
11. Inti khotbah kedua ini tentang Lima kelompok kehidupan (Panca khanda) itu sesungguhnya adalah tidak kekal dan selalu mengalami perubahan.
12. Lima kelompok kehidupan (pancakhanda) terdiri dari : Rupa/Nama(Batin/Jasmani), Vedana (Perasaan), Sanna (Pengalaman/pencerapan), Sankhara bentuk-bentuk pikiran) Vinnana (kesadaran).
13. Sewaktu kelima bhikkhu tersebut merenungkan khotbah kedua Sang Buddha ini, mereka mampu membersihkan pikirannya dari kekotoran batin dan kemelekatan, dan selanjutnya mencapai tingkat kesucian tertinggi yaitu Arahat.

YASA
1. Setelah lima pertapa selanjutnya Sang Buddha mengajarkan dhammanya kepada seorang pemuda bernama YASA.
2. YASA adalah anak seorang pedagang kaya raya seperti halnya P. Siddhata, Ia juga memiliki tiga buah istana dan hidup penuh dengan kemewahan serta dikelilingi oleh gadis-gadis cantik.
3. Yasa meninggalkan kehidupan yang mewah pada waktu tengah malam setelah melihat para pelayan tidur dengan pulas.
4. Yasa menemui Sang Buddha lalu memberi hormat dan duduk disampingnya. Sang Buddha membabarkan dhamma dengan judul ANUPUBBIKATHA yaitu uraian mengenai pentingnya berdana, hidup melaksanakan sila, lahir di surga sebagai akibat berbuat baik, menahan nafsu keinginan serta empat kesunyataan mulia.
5. Yasa kemudian memperoleh tingkat kesucian Arahat ketika Sang Buddha mengulang khotbah tersebut kepada ayah Yasa.



PERJALAN BUDDHA DALAM MEMBABARKAN DHAMMA
1. Pada suatu hari Sang Buddha memanggil murid-muridnya berjumlah 60 Arahat dan berkata :
“ Aku telah terbebas dari semua ikatan o, para bhikkhu, demikian dengan kalian semua. Sekarang kalian harus mengembara demi keselamatan dan kesejahteraan orang banyak. Jangan pergi berduaan ketempat yang sama. Khotbahlah dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhirnya,
2. Ke-60 Arahat oleh Sang Buddha diperkenankan untuk mentahbis bhikkhu yang baru dengan mengucapkan : Buddhang Saranang Gaccami, Dhammang Saranang Gacchami, Sanghang Saranang Gacchami artinya Aku berlindung kepada Buddha, Aku berlindung kepada Dhamma, Aku berlindung kepada Sangha.
3. Dalam kesempatan yang sama Sang Buddha ketika dalam perjalanan dari Uruvela ke Benares bertemu dengan 30 pemuda, yang diantaranya 29 orang telah menikah dan 1 orang belum menikah.
4. Ke-30 pemuda tersebut menemui Sang Buddha dan mohon ditahbiskan untuk menjadi bhikkhu . Sebelum ditahbis menjadi bhikkhu terlebih dahulu Sang Buddha mengajarkan dhamma tentang Empat kesunyataan mulia dan anupubbikatha.
5. Sang Buddha membabarkan dhamma selama 45 tahun dimulai dari usia 35 tahun setelah mencapai penerangan sempurna hingga usia 80 tahun.
6. Sepanjang tahun tersebut Beliau berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mengajarkan dhamma kepada manusia dan para Dewa.
7. Dibawah ini adalah tempat dimana Sang Buddha mengajarkan Dhamma :

Tahun ke 1 :
• Sang Buddha berdiam di Benares, setelah menyampaikan khotbah pertama kali kepada 5 orang pertapa. Khotbah ini dikenal dengan nama Dhammacakkapavatthana Sutta.
• Sang Buddha melaksanakan masa vassa (berdiam ditempat tertentu dimusim penghujan) di Taman Rusa Isipatana.

Tahun ke 2, 3, 4 :
• Sang Buddha melaksanakan vassa di Veluvana, Rajagaha.
• Sang Buddha mengunjungi Raja Bimbisara di Kerajaan Magadha di Rajagaha.
• Raja menawarkan hutan bambu (veluvana) untuk melaksanakan masa vassa kepada Sang Buddha dan murid-muridnya.
• Hutan bambu adalah tempat terpencil yang cocok untuk para bhikkhu tinggal, karena ditempat ini tidak terlalu jauh atau dekat dengan kota.
• Sang Buddha untuk pertama kalinya menunjukkan keajaiban ganda (Yamaka Patihariya) untuk mengatasi kebanggaan sanak saudaranya di Kapilawastu.

Tahun ke 5 :
• Sang Buddha berdiam di Vesali
• Sang Buddha mendengar bahwa Raja Suddhodana sedang sakit parah
• Sang Buddha mengunjungi ayahnya dan mengajarkan dhamma hingga Raja Suddhodana mencapai tingkat kesucian Arahat.
• Raja Suddhodana meninggal tujuh hari setelah mencapai Arahat.
• Sangha bhikkhuni untuk pertama kalinya terbentuk atas permintaan Pajapati Gotami.
• Sangha bhikkhuni terbentuk atas bantuan Y.A. Ananda, karena sesungguhnya Sang Buddha tidak setuju bila ada sangha bhikkhuni.
• Sebagai bukti kesungguhannya untuk menjadi bhikkhuni, Pajapati Gotami beserta wanita dari suku sakya dan suku Koliya berjalan kaki dari Kapilawastu sampai dengan Rajagaha.

Tahun ke 6 :
• Sang Buddha berdiam di bukit Mankulapabbata (lereng gunung Mankula) di Kosambi.
• Untuk kedua kalinya Beliau menunjukkan keajaibannya di bukit Mankula untuk mengatasi murid-muridnya yang saling bertentangan.
• Sang Buddha melarang murid-muridnya untuk mempertunjukkan keajaiban.

Tahun ke 7 :
• Sang Buddha berkunjung ke Surga Tavatimsa untuk mengajarkan Abhidhamma kepada Ratu Mahamaya (ibunya) dan para Dewa yang lain.
• Sang Buddha mengajar Abhidhamma selama 3 bulan
• Abhidhamma Pitaka adalah bagian ketiga dari kitab suci Tipitaka yang berisi tentang filsafat ajaran Buddha (ajaran yang lebih tinggi).

Tahun ke 8 :
• Sang Buddha berdiam di hutan Bhesakalavana.
• Sang Buddha bertemu dengan Nakulapita dan istrinya, yang dikehidupan yang lampau pernah menjadi ayah dan ibunya sampai 50 kali.

Tahun ke 9 :
• Sang Buddha berdiam di Kosambi.
• Raja tertarik dengan ketampanan Sang Buddha dan bermaksud menjodohkan dengan putrid tunggalnya bernama Magandiya.
• Sang Buddha menolak dengan mengatakan aku telah terbebas dari Tanha, Raga dan Arati.
• Putri Magandiya marah dan tersinggung lalu merencanakan untuk balas dendam kepada Sang Buddha.

Tahun ke 10 :
• Sang Buddha berdiam di hutan Parileyyaka di Kosambi.
• Terjadi perselisihan antara dua kelompok bhikkhu yang tidak mau didamaikan.
• Perselisihan terjadi karena satu kelompok mengerti tentang dhamma dan satu kelompok mengerti tentang vinaya(peraturan).
• Sang Buddha memberikan nasehat tetapi tidak membuat kedua kelompok saling berdamai.
• Selama berdiam ditempat ini Sang Buddha dilayani oleh seekor gajah dan kera.
• Selesai Sang Buddha melaksanakan Vassa para bhikkhu yang berselisih sudah berdamai.

Tahun 11 :
• Sang Buddha berdiam di Ekanala, desa Brahmana di ibukota Magadha.
• Sang Buddha mentahbiskan Kasi Bharadvaja menjadi seorang bhikkhu.

Tahun ke 12 :
• Sang Buddha berdiam di Veranja atas permintaan Brahmana Veranja.
• Di Veranja sedang terjadi kelaparan sehingga Sang Buddha beserta murid-muridnya hidup dari makanan yang diperuntukan untuk kuda.
• Makanan tersebut disediakan oleh 500 pedagang kuda, dan Sang Buddha menerima makanan tersebut dengan ketenangan hati yang sempurna.
• Moggallana menawarkan diri untuk menyediakan makanan yang layak dengan menggunakan kekuatan batinnya tetapi Sang Buddha menolak

Tahun ke 13 :
• Sang Buddha berdiam di Calikapabbata dan dilayani oleh seorang bhikkhu yang bernama Meghiya.

Tahun ke 14 :
• Sang Buddha berdiam di Vihara Jetavana ibukota Savathi.
• Y.M. Rahula ditahbiskan menjadi bhikkhu ketika berusia 20 tahun.

Tahun ke 15 :
• Sang Buddha berdiam di Kapilawastu.
• Raja Suppabuddha meninggal, setelah sebelumnya marah-marah kepada Sang Buddha karena meninggalkan putrinya yaitu Putri Yasodhara.

Tahun ke 16 :
• Sang Buddha berdiam di Kota Alavi.
• Yakkha Alavaka, mengamuk di kota Alavi.

Tahun ke 17 :
• Sang Buddha berdiam di Savatthi, tetapi Sang Buddha datang kembali ke Alavi karena merasa kasihan kepada seorang petani miskin.
• Setelah mendengar khotbah Sang Buddha petani tersebut mencapai tingkat kesucian pertama yaitu Sotapana.

Tahun ke 18 , 19 :
• Sang Buddha berdiam di Calikapabbata
• Sang Buddha juga mengunjungi Alavi lagi untuk bertemu dengan anak seorang penenun.

Tahun ke 20 :
• Sang Buddha berdiam di Rajagaha
• Ananda ditunjuk menjadi pembantu tetap Sang Buddha
• Ananda melayani Sang Buddha selama 25 tahun hingga Sang Buddha parinibbana di Kusinara.
• Ananda meninggal ketika berusia 120 tahun dengan cara tubuhnya meledak di atas sebuah batu ditengah sungai Rohini.
• Sang Buddha menaklukan seorang pembunuh keji yaitu Angulimala.
• Nama asli Angulimala adalah Ahimsaka
• Angulimala artinya si kalung jari.

Tahun ke 21-44 :
• Selama 18 vassa dilakukan Sang Buddha di Jetavanarama
• Selama 5 vassa dilakukan di Pubbarama, Savatthi.
• Vassa ke 44 dilakukan di Beluva, sebuah desa kecil yang terletak di Vesali.
• Raja Bimbisara meninggal 8 tahun sebelum Sang Buddha Parinibbana
• Dewadatta dengan paksa ingin mengambil alih pimpinan sangha yang dijabat oleh Sang Buddha.
• Karena perbuatan jahatnya Dewadatta terlahir di Neraka Avici. Ia akan berada di tempat ini selama 100 ribu kappa untuk kemudian lahir kembali pada zaman Buddha Maitreya dan akan menjadi Pacceka Buddha.

Tahun ke 45 :
• Sang Buddha parinibbana pada usia 80 tahun di Kusinara pada bulan Waisak purnamasidhi sebelum masa vassa tiba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar