RIWAYAT HIDUP BUDDHA GOTAMA
A. Masa Remaja
Raja Sudhodana
sangat mengharapkan agar puteranya menjadi seorang raja, untuk
menggantikannya memimpin kerajaan. Sewaktu pangeran telah berusia 16
tahun, raja membangun 3 (tiga) buah istana yaitu istana musim panas
(suramma), musim dingin (ramma) dan musim hujan (subha).
Untuk
membahagiakan puteranya, setiap hari hiburan kesenian, tari-tarian,
musik, makanan istimewa selalu disiapkan di istana. Pangeran dilayani
oleh wanita-wanita cantik dan pemuda-pemuda yang tampan dan gagah
perkasa. Raja Sudhodana tidak ingin melihat puteranya menderita sehingga
berbagai macam cara diusahakan agar pangeran Sidharta terpikat dengan
kesenangan duniawi. Kehidupan masa remaja pangeran Sidharta penuh dengan
kemewahan dan kesenangan.
B. Masa Berkeluarga
Setelah
pangeran Sidharta selesai studi dan berusia 16 tahun ia telah menjadi
pria muda yang tampan dan gagah, namun perangainya yang suka merenung
serta welas asihnya yang tanpa batas membuat ayahnya cemas karena
teringat ramalan pertapa Asita bahwa pangeran akanmenjadi Buddha. Atas
usulan para mentrinya raja Sudhodana membuat undangan kepada 8000
kerabat Sakya agar mengirimkan anak gadisnya ke pesta, yang diadakan di
kerajaan. Namun para orang tua mengacuhkan atau bersikap masa bodoh
terhadap undangan itu, karena menganggap pangeran Sidharta tidak paham
kesenian, tata pemerintahan dan ilmu perang. Mengetahui hal ini,
pangeran Sidharta lalu meminta kepada orang tuanya untuk mengadakan
perlombaan (sayembara) untuk memilih seorang gadis tercantik.
Sayembara
yang dipertandingkan adalah menunggang Kuda, menjinakkan kuda liar,
mengunakan pedang dan memanah. Banyak yang mengikuti sayembara itu, dan
sebagai pemenangnya adalah pangeran Sidharta. Dalam sebuah pesta besar
yang kemudian diselenggarakan dan dihadiri tidak kurang dari 40.000
gadis cantik, Pangeran Sidharta memilih Yasodhara sebagai isterinya.
Yasodhara adalah anak Supabudha dan Ratu Amita, dari kerajaan Kolia.
Setelah dinikahkan kekhawatiran raja Sudhodana menjadi berkurang sebab
raja Sudhodana selalu ingat ramalan pertapa Asita bahwa kelak pangeran
akan menjadi Buddha. Raja sudhodana berharap pangeran akan terikat
dengan kesenangan dunia. Sejak kecil pangeran selalu dijaga untuk tidak
melihat 4 (empat) peristiwa yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan
pertapa suci.
C. Melihat 4 ( empat ) Peristiwa
Sesuai
dengan ramalan pertapa Asita dan ramalan 108 Brahmana sewaktu masih
kecil, bahwa jika pada suatu saat pangeran Sidharta melihat empat
peristiwa maka ia akan meninggalkan istana dan keluargannya menjadi
seorang pertapa, dan berjuang untuk menjadi seorang Buddha.Dalam
perjalanannya keliling kota melalui empat pintu gerbang kerajaan, dengan
ditemani oleh pembantunya yang bernama Channa, Pangeran Sidharta
melihat 4 macam pemandangan yang belum pernah dilihatnya. Empat macam
pemandangan itu adalah orang tua, orang sakit, orang meninggal dan
seorang pertapa suci. Pangeran menanyakannya pada Channa, dan Channa
memberikan penjelasan bahwa kita semua akan menjadi tua, mengalami sakit
dan akhirnya meninggal. Setelah melihat 4 peristiwa itu pangeran
Sidharta tampak gelisah dan termenung, mencari-cari jawaban, mengapa
orang bisa menjadi tua, sakit dan mengalami kematian. Maka timbullah
tekad yang kuat dalam diri Pangeran Sidharta untuk menjadi seorang
pertapa guna mencari obat agar orang tidak menjadi tua, sakit dan mati.
Kemurungan
dan kesedihan pangeran Sidharta dilaporkan kepada Raja Sudhodana, raja
menjadi sedih dan merasa khawatir Pangeran akan meninggalkan istana,
maka raja Sudhodana memerintahkan untuk sering mengadakan pesta makan
dan tari-tarian. Tetapi semuanya tidak dapat mengubah pendirian pangeran
Sidharta untuk pergi meninggalkan istana.
Pada suatu kesempatan
Pangeran Sidharta meminta ijin kepada ayahnya untuk meninggalkan istana
dan keluarga. Namun Raja Sudhodana tidak memberikannya ijin. Sudah
berkali-kali Pangeran Sidharta memohon ijin namun selalu ditolak oleh
ayahnya, karena pangeran Sidharta adalah satu-satunya putera Mahkota
yang akan menggantikan ayahnya menjadi seorang raja.
Ketika sedang
merenungkan empat peristiwa secara mendalam, seorang pembantunya datang
memberitahukan bahwa istrinya, Yasodhara telah melahirkan seorang bayi
laki-laki. Mendengar berita itu pangeran bukannya gembira tetapi mukanya
menjadi pucat, kemudian berkata “Sebuah belenggu telah lahir bagiku,
ikatan besar telah timbul bagiku (rahulajato badhanam jatam) karena
ucapan ini maka Raja Suddhodana memberi nama cucunya RAHULA yang berarti
belenggu.
D. Pelepasan Agung
Untuk menyambut
kelahiran cucunya raja Sudhodana mengadakan pesta besar dan meriah,
tetapi pangeran tidak gembira. Dengan hati-hati ia mendekati ayahnya,
memohon ijin untuk mencari obat terhadap usia tua, sakit dan mati. Raja
menjadi marah. Kemudian pangeran Sidharta meminta 8 anugerah kepada
ayahnya, kalau ayahnya dapat memenuhi ia akan tinggal di istana. Delapan
anugerah itu adalah :
1. Anugerah supaya tidak menjadi tua
2. Anugerah supaya tidak sakit
3. Anugerah supaya tidak mati
4. Anugerah supaya ayah tetap bersamaku
5. Anugerah supaya semua wanita yang ada di istana bersama-sama kerabat lain tetap hidup
6. Anugerah supaya kerajaan ini tidak berubah dan tetap seperti sekarang
7. Anugerah supaya mereka yang pernah hadir pada pesta kelahiranku dapat memadamkan semua nafsu keinginannya
8. Anugerah supaya aku dapat mengakhiri kelahiran, usia tua dan kematian.
Raja
Sudhodana tetap tidak memberikan ijin kepada puteranya. Pada suatu
malam setelah orang-orang di istana tertidur lelap, Pangeran Sidharta
pergi meninggalkan istana, anak dan istrinya untuk menjadi seorang
pertapa. Kepergianya ini disebut mahabhinikkhamana). Kepergian Pangeran
Sidharta ditemani oleh Channa dan menunggang kuda Kanthaka hingga
sampailah di tepi sungai Anoma (tidak sia-sia). Kemudian Pangeran
Sidharta melepaskan semua tanda kebesaran kerajaan, dan memotong
rambutnya yang panjang lalu sambil berkata “Jika aku memang menjadi
Buddha, biarlah rambut ini tetap melayang diudara, kalau tidak biarlah
rambut ini jatuh ketanah, lalu dilempar keudara. Sungguh mengherankan
rambut itu tetap melayang diudara. Sakka raja para dewa dengan segera
menampung rambut itu ke dalam keranjang permata lalu didirikan cetiya
Culamani untuk meyemayamkan rambut tersebut. Ketika pangeran Sidharta
berpikir tidak layak seorang pertama mengenakan baju kerajaan
Selanjutnya Brahma Chantikara yang kebetulan sahabatnya jaman Buddha
kassapa menyaksikan Bodhisatva tengah melakukan pelepasan agung dari
kediamannya dialam Akanittha Brahma ia turun ke dunia manusia
mempersembahkan keperluan seorang bhikkhu kepada pertapa Sidharta berupa
jubah luar, jubah dalam, kain dalam, ikat pinggang, pisau cukur, jarum
dan saringan air. Setelah mengenakan jubah tersebut dengan baik jubah
itu juga disebut sebagai panji arahatta phala. Bodhisatva melontarkan
pakaian kerajaannya keudara. Brahma Chantikara lalu meraih baju itu dan
mendirikan Cetiya dussa di alam Akanittha Brahma untuk menyemayamkannya.
Pangeran
Sidharta serta menyuruh Channa untuk kembali ke Kapilavastu dan
memberitahukan kepada ayahnya, bahwa kini ia telah menjadi seorang
pertapa . Pada waktu itu pangeran berusia 29 tahun.
Latihan
1. Pangeran Siddharta pergi dari istana bersama...
a. Rahula c. Dewadatta
b. Ananda d. Channa
2. Pada perjalanan pertama Pangeran Siddharta melihat...
a. orang tua c. orang mati
b. orang sakit d. pertapa suci
3. Kuda tunggangan pangeran Siddharta bernama...
a. kanthaka c. si putih
b. sembrani d. kundhali
4. Orang tua renta yang dilihat Pangeran Siddharta sebenarnya adalah...
a. kakeknya c. pertapa
b. dewa d. setan
5. Setelah putranya lahir, perasaan pangeran Siddharta menjadi...
a. bahagia c. kacau
b. gelisah d. sedih
II. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Kuda Kantaka mati karena...
2. Putra Pangeran Sidharta bernama....
3. Rambut Pangeran pertapa Sidharta disimpan di...
4. Tujuan pangeran Siddharta meninggalkan istana untuk mencari obat supaya orang bebas dari..
5. Peristiwa kepergian Pangeran Siddharta dari istana dikenal dengan...
HUKUM KESUNYATAAN
A. Pengertian
Hukum
Kesunyatan adalah hukum kebenaran yang universal, yang berlaku bagi
semua mahkluk dan segala benda yang ada di alam semesta ini. Sang Buddha
telah menemukannya dan mengajarkannya kepada para dewa dan manusia.
Hukum kesunyataan berlaku bagi semua makhluk yang hidup di 31 alam
kehidupan. Hukum Kesunyataan tidak berlaku di Nibbana, karena Nibbana
telah terbebas dari kelahiran dan kematian. Nibbana bersifat kekal
abadi, tidak ada lagi penderitaan. Nibbana merupakan tujuan tertinggi
umat Buddha.
B. Macam-macam Hukum Kesunyataan
Yang termasuk hukum kesunyataan adalah :
1. Empat kebenaran Mulia (Catur Arya Satyani)
2. Hukum perbutan dan Kelahiran kembali (Hukum Kamma dan Punarbhava)
3. Hukum Tiga corak universal(Tilakahana)
4. Hukum sebab musabab yang saling bergantungan (Paticcasamupada)
CATUR ARYA SATCANI
Catur Ariya sacani artinya empat kesunyataan mulia yanitu:
Kesunyataan tenang adanya dukkha (Dukkha ariya sacca)
Kesunyataan asal mula dukkha (dukkha samudaya)
Kesunyatan tentang lenyapnya Dukkha ( Dukkha Niroda)
Kesunyataan tentang jalan untuk melenyapkan Dukkha (dukkha Niroda Gaminipatipada)
A. Dukkha Ariya Sacca
Dukkha
Ariya Sacca artinya kesunyataan adanya Dukkha. Dukkha artiya tidak
memuaskan, tidak menyenangkan atau menderita. Semua orang didalam
hidupnya pernah merasa tidak puas tidak senang. Ketidakpuasan dan
ketidak senangan ini mengakibatkan kita menderita.
Semua yang
dilahirkan akan mengalami dukkha atau penderitaan. Penderitaan
disebabkan oleh karena sakit, umur tua dan mati. Menderita karena
berpisah dengan orang yang kita cintai atau berkumpul dengan orang yang
kita benci. Tidak tercapai apa yang kita inginkan atau apa yang kita
cita-citakan pun menderita. Penderitaan seperti itu disebut
Dukkha-dukkha artinya penderitaan biasa
Ada pula penderitaan
disebabkan karena adanya Anicca, ketidak kekalan, misalnya kehilangan
barang yang kita sangat sukai atau kehilangan pekerjaan. Suka duka yang
bergantian datangnya ini disebut Viparinama dukkha, artinya penderitaan
yang diakibatkan perubahan (Anicca). Demikian juga Jasmani dan Rohani
juga dapat menimbulkan penderitaan, misalnya sakit perut, kecewa dan
lainnya penderitaan ini disebut Sangkhara dukkha yaitu penderitan yang
di sebabkan badan jasmani dan rohani. Untuk mengatasi duka tersebut kita
harus mengetahui apa sebabnya kita menderita. Sang Buddha
memberitahukan kepada kita apa penyebab dukkha ini. Kalau kita ketahui
sebab dari penderitaan ini, pasti dapat kita musnahkan. Sebab
penderitaan inilah yang harus dimengerti dan dipahami.
B. Dukkha Samudaya
Kesunyataan
tentang asal mulanya dukkha atau sebab penderitaan disebut Dukkha
Samudaya. Kalau kita ingin bebas dari penderitaan, kita harus mengetahui
sebab dari penderitaan itu. Kalau kita tidak mengetahui sebab dari
penderitaan itu, kita tidak mungkin dapat bebas dari penderitaan.
Tanha
atau keinginan nafsu indera yang tidak pernah terpuaskan adalah sebab
dari dukkha. Kita semua memiliki nafsu keinginan, keinginan nafsu untuk
memiliki harta yang banyak. Nafsu keinginan dapat membuat kita memiliki
sifat serakag. Bila kita memiliki sifat serakah, kita tidak akan pernah
puas dengan apa yang telah kita miliki, selalu ingin lebih dan akibatnya
akan membuat kita menderita. Adanaya tanha karena kita diliputi Avijja
yaitu kebodohan.
Avidya merupakan akar dari Tanha. Dengan mengembangkan kebijaksanaan, kita dapat mengendalikan Tanha, mengurangi Tanha,
Tanha terdiri dari tiga yaitu:
Kama Tanha
Bhava Tanha
Vibhava Tanha
Kama
Tanha adalah nafsu keinginan untuk menikmati kesenangan keduniawian.
Kita semua ingin hidup senang, mempunyai harta dan uang yang banya.
Kalau keinginan kita yterpenuhi kita menjadi senang, tetapi kalau
keinginan nafsu kita tidak tercapai, kita sedih dan menderita. Karena
itu kita hendaknya dapat mengendalikan keinginan nafsu kita. Sebab hidup
ini bukan untuk bersenang-senang, tetapi kita harus belajar, bekerja
dan banyak berbuat kebaikan.
Bhava Tanha adalah keinginan untuk
dilahirkan dialam kehidupan ini. Kita mengetahui bahwa hidup di dunia
ini penuh dengan penderitaan, kita akan menderita sakit, usia tua dan
mati. Sang Buddha menganjurkan kita agar kita berusaha untuk selalu
berbuat banyak kebajikan dan melaksanakan dhamma dalamnkehidupan ini
agar dapat mencapai nibanna
Vibhava Tanha adalah keinginan untuk
mengakhiri hidup atau bunuh diri. Orang bunuh diri karena putus asa.
Bunuh diri biasanya dilakukan orang yang bermental lemah dan cepat putus
asa, Agama Buddha tidak membenarkan orang bunuh diri apapun alasannya.
Dalam Buddha Dhamma diterangkan bahwa bunuh diri dapat terlahir kembali
di alam yang tidak menyenangkan.
Latihan
Berilah tanda silang pada huruf a, b,c atau d pada jawaban yang paling benar !
1. Penderitaan atau sesuatu yang tidak memuaskan disebut….
a. Dukkha arya sacca b. Dukkha samudaya
c. ukkha niroda d. Dukkha Niroda gaminipatipada
2. Emapat kesunyataan mulia adalah arti dari….
a. Tilakana b. Catur ariya satyani
c. Punabhava d. kamma
3. Dukkha Samudaya artinya….
a. lenyapnya dukkha b. Asal mula dukkha
c. jalan lenyapnya dukkha d. kebenaran adanya dukkha
4. Penderitaan yang nyata dari tubuh dan batin disebut….
a. Dukka ariya sacca b. Sankhara dukkha
c. dukkha-dukkha d. viparinama dukkha
5. Sebab timbulnya dukkha adalah…
a. Tanha b. kamma
c. cetana d. avija
II. Jawablah dengan uraian yang jelas dan tepat !
1. Jelaskan arti Tanha
2. Jelaskan isi dari Empat kesunyataan mulia
3. Tanha ada tiga macam sebutkan
4. Akar dari Tanha adalah…
5. Kalau kita ingin bebas dari penderitaan, apa yang harus kita ketahui…
C. Dukkha Nirodha
Dukkha
Nirodha artinya lenyapnya penderitaan. Lenyapnya penderitaan berarti
Nibbana yang merupakan tujuan akhir agama Buddha. Kalau kita sudah bebas
dari dukkha berarti kita telah mencapai Nibbana. Nibbana adalah
bebasnya dari peneritaan karena lahir, sakit, usia tua dan mati. Nibbana
dibagi menjadi 2 yaitu:
Saupadisesa Nibbana: Nibbana yang dicapai
saat arahat masih hidup. Dan Anupadesisa Nibbana nibana yang dicapai
saat meningal dunia
Untuk mencapai dukkha nirodha. Sang Buddha telah menunjukan jalannya kepada kita.
D. Dukkha Nirodha Gaminipatipada
Dukkha
Niroda gaminipatipada adalah Kesunyataan tentang jalan menuju lenyapnya
dukkha. Jalan menuju lenyapnya dukkha adalah jalan mulia berunsur
delapan atau Hasta Arya Magga. Jalan untuk melenyapkan penderitaan ini
juga disebut jalan tengah atau Majjhima- Patipada, Hasta Arya Magga atau
Ariya atthangika Magga terdiri dari delapan bagian yaitu:
1. Samma Ditthi artinya Pengetian benar
2. Samma sankappa artinya pikiran benar
3. Samma Vaca artinya Ucapan benar
4. Samma Kamanta artinya perbuatan benar
5. Samma Ajiva artinya Penghidupan benar
6. Samma Vayama artinya Daya upaya benar
7. Samma Sati artinya Perhatian benar
8. Samma Samadhi artinya Konsenterasi benar
Dari delapan jalan utama tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:
Kelompok Pannya atau kebijaksanaan yaitu: pengertian benar dan pikiran benar
Kelompok sila yaitu: ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar
Kelompok samadhi yaitu: daya upaya benar, perhatian benar dan konsenterasi benar.
Pengertian benar
Pengertian
benar berarti mengerti ajaran Sang Buddha dan selalu hidup dengan
melaksanakan Dhamma. Hendaknya kita mengerti tentang hidup ini dalam
suatu pengertian benar. Dengan adanya pengetahuan hendaknya kita
mengerti hukum kamma, mengerti faedah berdana, mengerti bahwa segala
adalah tidak kekal dan mengerti bahwa ada kehidupan berikut sesudah
kehidupan ini dan juga bebarti ada kehidupan lain sebelum kehidupan kita
sekarang. Kita juga akan mengetahui bahwa penderitaan atau kebahagian
kita ini adalah akibat perbuatan buruk dan perbuatan baik kita sendiri.
Pikiran benar
Pikiran
benar adalah pikiran yang tidak mementingkan diri sendiri. Pikiran yang
tidak membenci tidak serakah tidak iri hati dan tidak bodoh. Hendaknya
kita memikirkan hal-hal untuk kepentingan bersama
Ucapan benar
Ucapan
benar adalah ucapan sopan, ramah yang berguna ucapan yang tidak
menyinggung perasaan orang lain, berkata jujur tidak berdusta atau
menipu dan tidak memfitnah.
Perbuatan benar
Perbuatan benar
adalah perbuatan yang baik, tidak merugikan orang lain atau diri
sendiri, Jangan berbuat sesuatu yang dapat menimbulkan akibat-akibat
jelek bagi diri sendiri dan orang lain. Berbuatlah kebajikan dan
senantiasa bersedia menolong orang lain agart dapat juga menjalani
kehidupan tenang bersih dan terhormat.
Penghidupan benar
Penghidupan
atau mata pencaharian benar artinya bahwa kita seharusnya mempunyai
penghidupan yang tidak mencelakanan atau merugikan orang lain. Sebaiknya
kita tidak menipu, korupsi, menjual senjata, menjual makhluk hidup dan
minuman keras.
Usaha benar
Usaha benar adalah berusaha
mencegah munculnya sifat-sifat yang tidak baik, berusaha menyingkirkan
sifat-sifat tidak baik pada diri kita, berusaha memunculkan sifat-sifat
yang baik pada diri kita, berusaha meningkatkan sifat-sifat baik pada
diri kita.
Perhatian benar
Perhatian benar adalah bahwa kita
harus selalu memperhatikan pikiran, ucapan dan perbuatan kita
sehari-hari, agar kita tidak melakukan kejahatan.
Konsentererasi benar
Konsenterasi
benar adalah memusatkan pikiran kita pada satu obyek meditasi, maka
kita akan mencapai Jhana dan kita mendapatkanketenangan batin.
Latihan
I. Berilah tanda silang pada jawaban a, b, c, dan d pada jawaban yang benar!
1. Lenyapnya penderitaan adalah arti dari….
a. dukkha niroda b. dukkha nirodagaminipatipada
c. dukkha samudaya d. dukkha ariya sacca
2. Nibbana dibagi menjadi….
a. 4 macam b. 3 macam
c. 2 macam d. 1 macam
3. Nibbana yang masih terdapat sisa-sisa kehidupan disebut….
a. parinibbana b. anupadisesa nibbana
b. saupadisesa nibana d. nivarana
4. Delapan jalan beruas delapan dikelompokan menjadi….
a. 1 b. 2
c. 3 d. 4
5. Unsur sila dalam delapan jalan utama adalah….
a. samadi benar b. pikiran benar
c. konsenterasi benar d. ucapan benar.
I. Jawablah pertanyaan-petanyaan di bawah ini
1. Dukkha samudaya artinya?
2. Apa yang harus kita ketahui, bila kita ingin bebas dari penderitaan?
3. Apa yang menyebabkan kita menderita?
4. Apa arti avija dan tanha?
5. Apa arti kama tanha?
HUKUM KARMA/HUKUM KAMMA
1. Pengertian Kamma
Dalam
bahasa Pali Kamma secara harafiah berarti perbuatan/tindakan. Segala
macam tindakan yang disengaja, baik batin/pikiran, ucapan atau jasmani
dipandang sebagai kamma. Secara umum semua perbuatan baik dan buruk
membentuk kamma. Dengan pengertian umum kamma berarti semua kehendak
baik dan buruk. Suatu perbuatan dapat disebut sebagai kamma apabila
suatu perbuatan tersebut dilakukan karena adanya kehendak atau niat
(cetana). Tindakan yang dengan tidak sadar, tak disengaja atau tidak
disadari walaupun secara teknis merupakan perbuatan tidak membentuk
kamma karena kehendak (cetana), faktor terpenting dalam menbentuk kamma
tidak ada.
Seperti yang termuat dalam Anguttara Nikaya III, 415 Sang
Buddha menyatakan: “ O, para bhikkhu kehendak itulah yang kusebut dengan
kamma, setelah timbul kehendak dalam batinnya seseorang melakukan
perbuatan melalui jasmani, ucapan dan pikiran”.
Dalam proses
kamma pikiran memegang peranan penting. Semua perbuatan dan ucapan
dibentuk oleh pikiran atau kesadaran yang kita rasakan pada saat ini,
jika pikiran tidak terjaga, maka tindakan jasmani tidak terjaga, ucapan
juga tidak terjaga, dan buah pikiran juga tidak terjaga. Jadi walaupun
seseorang belum melakukan suatu tindakan/perbuatan melalui badan jasmani
atau ucapan tetapi telah muncul suatu kehendak untuk berbuat di dalam
pikiran, maka hal ini sudah dapat disebut kamma.
Karma dapat
dibilang dalam bahasa anak-anak yang sederhana : berbuatlah baik dan
kebaikan akan datang kepadamu, sekarang dan sesudahnya. Berbuatlah jahat
dan kejahatan akan datang kepadamu, sekarang dan sesudahnya.
Dalam
bahasa penuai, karma dapat dijelaskan dengan cara seperti ini : jika
kamu menabur benih yang baik, kamu akan menuai panen yang baik. Jika
kamu menabur benih yang buruk, kamu akan menuai panen yang buruk.
Sedangkan kalau dijelaskan dalam bahasa ilmu pengetahuan, karma disebut hukum sebab dan akibat, setiap sebab mempunyai akibat.
Dalam
pengertian akhir/kebenaran tertinggi, karma berarti baik dan jahat,
aksi mental atau kehendak. Karma adalah kehendak. Jadi karma bukanlah
suatu wujud melainkan suatu proses, aksi, energi dan daya. Sebagian
orang menafsirkan kekuatan ini sebagai “aksi-pengaruh” . Perbuatan kita
sendirilah yang bereaksi pada diri kita. Sakit dan kebahagiaan yang kita
alami merupakan hasil perbuatan, kata-kata dan pikiran sendiri yang
bereaksi pada diri kita sendiri. Perbuatan, ucapan dan pikiran kita
menghasilkan Khemakmuran dan kegagalan kita, juga kebahagiaan dan
kesengsaraan kita.
2. Hukum Kamma adalah Hukum Universal
Hukum
Kamma adalah salah satu ajaran penting dalam agama Buddha. Hukum Kamma
berlaku dimana-mana, kapan saja, tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan
keadaan.
Hukum Kamma tidak membeda-bedakan, tidak pilih-pilih, tidak
mengenal suku, budaya, bahasa, ras, dan sebagainya. Selama seseorang
melakukan suatu perbuatan, apakah perbuatan itu baik atau jahat yang
dilandasi dengan niat (kehendak) maka ia akan menerima akibat dari
perbuatannya. Hukum Kamma berlaku adil dan dipandang sebagai hukum sebab
akibat yang bekerja sendiri, bersifat kekal dan biasa disebut hukum
perbuatan (hukum moral)
Sesungguhnya Kemampuan untuk mengetahui sifat dan fungsi Hukum Kamma hanya dimiliki oleh para Buddha.
3. Kamma Buruk (Akusala Kamma) dan Kamma Baik (Kusala Kamma)
Perbuatan
yang disertai dengan kehendak yang tercetus melalui badan jasmani,
ucapan atau pikiran, yang dilakukan oleh seseorang tidak sepenuhnya baik
dan juga tidak sepenuhnya buruk. Orang yang senang dalam berbuat
kejahatan tidak selamanya melakukan kejahatan tetapi dia juga pernah
melakukan kebaikan, demikian pula sebaliknya orang yang melakukan
kebaikan tentu juga pernah melakukan kejahatan.
Dari segi perbuatan kamma dibedakan tiga macam :
1. Mano kamma : dilakukan melalui pikiran
2. Vaci kamma : dilakukan melalui ucapan/kata-kata
3. Kaya kamma : dilakukan melalui badan jasmani
Sifat kamma dibagi 2 yaitu :
Kusala Kamma (karma baik) yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan oleh pikiran, ucapan, dan badan jasmani
Contoh karma baik melalui pikiran : Cint akasih, kasih sayang, empati, tidak mendendam, dll
Contoh karma baik melalui ucapan : berbicara jujur, tidak membual, tidak berdusta, tidak memfitnah
Contoh
karma baik melalui badan jasmani : berdana, merawat orang tua, merawat
teman yang sakit, membebaskan burung/ikan yang tertangkap, dll
Akusala Kamma (karma buruk) : semua perbuatan jahat/tidak baik yang dilakukan oleh pikiran, ucapan, dan badan jasmani.
Akar/sumber perbuatan jahat adalah lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha ( kebodohan ).
Contoh karma buruk yang dilakukan oleh pikiran : serakah, dendam, benci, iri hati, keinginan jahat, Kebodohan
Contoh karma buruk yang dilakukan oleh ucapan : Berdusta, Berbicara kasar/menghina, menfitnah, Omong kosong
Contoh karma buruk yang dilakukan oleh badan jasmani : Membunuh, Mencuri, merampok, memperkosa, Berzinah / berbuat tidak senonoh
Karma-karma
buruk yang sering dilakukan akan mendorong suatu makhluk terlahir di
alam-alam rendah seperti alam setan (Peta), alan binatang, alam raksasa
atau di alam neraka, sesuai dengan jenis dan kekuatan perbuatan jahat
yang dilakukannya.
Terdapat lima macam perbuatan jahat yang
termasuk dalam karma berat (Garuka Akusalakamma), jika salah satu dari
karma ini dilakukan maka akan menyebabkan seseorang terlahir di Neraka
Avici
Lima perbuatan itu adalah :
1. Membunuh ibu sendiri,
2. Membunuh ayah sendiri,
3. Membunuh seorang Arahat,
4. Melukai tubuh seorang Buddha dan
5. Menyebabkan terjadinya perpecahan dalam Sangha
Hukum
Kamma berbunyi : “Sesuai dengan benih yang telah ditabur, begitulah
buah yang akan dipetiknya, ia yang berbuat baik akan menerima kebaikan
(kebahagiaan) dan ia yang berbuat jahat akan menerima kejahatan
(penderitaan).
Pada suatu kesempatan seorang Pemuda Brahmana
bernama Subha bertanya kepada Sang Buddha, “Wahai Gotama, mengapa ada
umat manusia yang berusia pendek dan ada yang berusia panjang,
berpenyakit dan sehat, buruk dan rupawan, tak berkuasa dan berkuasa,
miskin dan kaya, lahir dalam keluarga rendah dan lahir dalam keluarga
bangsawan, bodoh dan pandai. Wahai Gotama, apakah alasannya, apakah
sebabnya maka diantara manusia ada yang terlahir hina dan ada yang mulia
?”
Sang Buddha menjawab, “Wahai Brahmana Muda, setiap makhluk adalah
pemilik kammanya sendiri, pewaris kammanya sendiri, lahir dalam
kammanya sendiri, bersaudara dengan kammanya sendiri dan dilindungi oleh
kammanya sendiri. Kamma yang menentukan makhluk-makhluk menjadikan
mereka hina dan mulia”.
Hasil dari suatu perbuatan disebut
Kammaphala dan akibat dari suatu perbuatan disebut kamma Vipaka, dan
yang menjadi akar/sumber perbuatan jahat adalah lobha (keserakahan),
dosa (kebencian) dan moha ( kebodohan ).
Pembagian Kamma menurut kitab Visudhi Magga :
a. Menurut Waktunya kamma dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
1. kamma yang memberikan akibat pada masa kehidupan sekarang ini.
2. kamma yang akibatnya dialami dalam kehidupan setelah hidup sekarang ini.
3. kamma yang akibatnya akan dialami pada masa kehidupan berikut yang kedua, ketiga atau seterusnya dalam kehidupan berikutnya.
4.
kamma yang tidak memberikan akibat, karena jangka waktu untuk
memberikan akibat telah habis atau kamma tersebut telah menghasilkan
akibat secara penuh, sehingga kekuatannya habis sendiri. biasa disebut
Ahosi Kamma
b. Menurut Fungsinya kamma dibedakan menjadi :
1.
Janaka Kamma : Karma penghasil, menyebabkan kelahiran sesuai dengan
macam dan sifatnya, yang menentukan perbedaan-perbedaan dalam dunia
manusia.
2. Upatthambaka kamma : kamma yang berfungsi membantu memperkuat apa yang telah dihasilkan oleh Janaka Kamma.
3.
Uppapilaka Kamma : Kamma yang berfungsi mengurangi pengaruh dari apa
yang telah dihasilkan oleh Janaka Kamma, memperlemah kekuatannya atau
mempersingkat waktu menghasilkan akibat.
4. Upaghataka kamma : kamma yang berfungsi melemahkan, melenyapkan dan menghancurkan kekuatan dari Janaka Kamma.
c. Menurut Kekuatannya dibedakan menjadi :
1. Garuka Kamma : kamma yang paling berat dan akan masak terlebih dahulu
2.
Bahula Kamma atau Acinna Kamma : kamma yang sering dan berulang kali
dilakukan oleh seseorang melalui badan jasmani, ucapan atau pikiran,
sehingga tertimbun dalam wataknya. Akan memberikan akibat jika tidak
melakukan Garuka Kamma
3. Asana Kamma : kamma yang diperbuat seseorang pada saat menjelang kematian.
4.
Kattata Kamma : kamma yang dilakukan berdasarkan kehendak tertentu,
dilakukan sekali saja atau beberapa kali. Semua perbuatan yang tidak
termasuk dalam Garuka Kamma, Acinna kamma atau Asana Kamma termasuk
dalam Kattata kamma.
4. Manfaat yang diperoleh dari Pelajaran Hukum Kamma
Jika
kita dapat mengetahui dengan baik proses berjalannya Hukum Kamma, maka
kita dapat memetik pelajaran yang sangat berharga dan bermanfaat antara
lain :
1. Belajar menjadi orang yang memiliki kesabara
2.
Meneguhkan keyakinan dan Khemampuan diri sendiri, di dunia ini tidak
perlu ada yang ditakuti kecuali perbuatan kita sendiri yang tidak baik
3.
Kepercayaan kepada diri sendiri ; yang lampau membuat diri kita yang
sekarang ini dan yang sekarang akan menentukan keadaan kita pada waktu
yang akan datang.
4. Pengendalian diri; perbuatan jahat akan kembali
menimpa diri kita sendiri sehingga kita akan lebih berhati-hati dalam
perbuatan, ucapan dan pikiran.
5. Memperoleh Khemampuan; dengan
melakukan kebajikan terus menerus akan dapat mematahkan belenggu
kehidupan untuk mencapai nibbana; tujuan akhir dari umat Buddha
HUKUM PUNABHAVA
A. Konsep Hukum Punabhava
Buddhisme
berkeyakinan bahwa doktrin tentang kelahiran kembali tidak hanya
semata-mata teori, tetapi sebagai kenyataan yang dapat dibuktikan. Namun
demikian kelahiran kembali hanya terbatas pada umat Buddha saja.
Sebagai contoh ada ilmuwan bernama Pythagoras dan Plato yang dapat
mengingat kelahiran sebelumnya dan bahkan kelahiran di alam binatang.
Ada tiga alasan yang dapat disampaikan berkenaan dengan Kelahiran Kembali, yaitu :
1. Jika kita mempercayai adanya masa sekarang, akan datang, dan masa lampau adalah logis dan masuk akal.
2.
Adanya keaneka ragaman kelahiran bayi yang luar biasa didunia ini.
Contoh : William James Sidis (USA) dapat membaca dan menulis pada usia 2
tahun dan mampu berbicara dalam berbagai bahasa seperti: Perancis,
Rusia Inggris, Jerman dan beberapa bahasa Latin dan Yunani ketika
berusia 8 tahun. Jika bukan karena akumulasi karma dikehidupan lampau
atau mungkin sekarang dia belum tentu sepandai sekarang ini. Karena kita
tahu didunia ini tidak ada orang yang mendadak pandai tanpa sebab sama
sekali.
3. Adanya keanehan bayi lahir dengan memiliki cacat
fisik/mental sejak lahir. Hal ini mengindikasikan adanya sebab-sebab
yang dilakukannya pada kehidupan yang lampau.
B. Pengertian Punabhava
Punabhava
terdiri dari dua kata yaitu Puna dan bhava. Puna artinya lagi,
sedangkan bhava artinya jadi/menjadi. Jadi Punabhava artinya menjadi
lagi atau biasa dikenal dengan kelahiran kembali (rebirth). Ajaran
mengenai punarbhava sangat erat hubunganya dengan hukum kamma. Ajaran
tumimbal lahir dalam agama Buddha membuktikan adanya kehidupan makhluk
yang berulang-ulang, sampai seseorang dapat mencapai Nibbana. Orang yang
telah mencapai kesucian Nibbana disebut Arahat.
Alam dimana manusia dapat bertumimbal lahir ada 31 alam kehidupan yaitu:
a. Emapt alam yang menderita (apaya bhumi)
b. Satu alam manusia
c. Enam alam surga atau alam dewa
d. Dua puluh alam Brahma atau alam surga tertinggi
Makhluk-mahluk
yang diam di 31 alam kehidupan itu masih mengalami kelahiran dan
kematian, masih mengalami derita. Tiga puluh satu alam kehidupan tidak
kekal adanya. Sebaliknya Nibbana itu terbatas dari kelahiran dan
kematian, terbebas dari derita, tidak termusnah, dan tidak berubah,
kekal adanya.
Bia seseorang berbuat baik akan dilahirkan di sorga
atau alam –alam Brahma, bila berbuat jahat akan diahirkan di alam yang
menderita yaitu alam neraka, alam setan, alam binatang atau alam
raksasa. Bia kita melakukan salah satu Akusala Garuka Kamma, akan
dilahirkan di alam yang sangat menderita yaitu alam neraka.
Agar
dapat dilahirkan di alam manusia dengan kehidupan yang bahagia,
dilahirkan di alam sorga atau alam Brahma, umat Buddha dianjurkan agar
berusaha hidup melaksanakan Delapan jalan Utama dan mengerti hukum
kesunyataan.
C. Pengaruh Kelahiran Pada Jasmani
Manusia
terdiri dari kombinasi antara jasmani dan batin (Nama dan Rupa).
Hubungan antara jasmani dan batin bagaikan hubungan erat anatar bunga
dan bau, jasmani sebagai bunga dan batin sebagai bau, sedangkan kematian
hanya merupakan pemisahan antara dua faktor ini. Apabila seseorang
berada pada saat-saat kematian maka jasmani dan batinnya lemah.
D. Ada empat cara makhluk-mahluk tumimbal lahir:
1. Jalabuja Yoni adalah kelahiran makhluk melalui kandungan Contoh : kuda, manusia, kerbau, sapi, ikan Hiu, dll
2. Andaja Yoni adalah makhluk yang lahir melalui telur Contoh : itik, bebek, ayam, buaya, dll
3. Sansedaja Yoni adalah kelahiran makhluk melalui kelem baban Contoh : nyamuk, cacing, ikan, katak, dll
4. Opapatika Yoni adalah kelahiran makhluk secara spontan Contoh : makhluk Neraka, makhluk Dewa, Surga, Brahma, dll
Yang menyebabkan terlahirnya makhluk adalah Janaka Kamma
MARANA
A. Pengertian Kematian
Kehidupan
adalah tidak pasti tetapi kematian adalah pasti. Semua yang hidup pasti
mati, Kematian dalam agama Buddha disebut Marana. Maka kematian adalah
hal yang wajar.
B. Sebab-sebab kematian
1. Kematian
disebabkan uasianya telah habis, dimaksukan disini mati bila sudah tua,
atau mati setelah mencapai batas usia (ayuhkhaya marana)
2. Kematian
disebabkan kammanya telah habis, yaitu orang yang mati itu masih usia
muda, masih bayi atau kanak-kanak, masih bujang atau gadis yang belum
mencapai batas usia. (kammakkhaya marana)
3. Kematian yang disebabkan
usia dan kamma sama-sama habis yaitu karena sudah umur tua dan kamma
pendorong untuk hidup sudah tidak ada lagi (Ubhayakkhaya Marana)
4.
Kematian yang belum habis usia dan kammanya, sebab adanya musibah
sehingga menimbulkan kematian, seperti kena tembak, tergilas mobil,
tenggelam, kena penyakit menular dan lain-lainnya (Upacchedaka marana)
Empat
sebab kematian ini dapat diumpamakan seperti empat sebab kepadaman
pelita yaitu: karena habisnya sumbu, habisnya bahan bakar, habisnya
sumbu serta bahan bakar dan karena ditiup angin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar