Minggu, 07 April 2013

Kelas V SD Semester 1

RIWAYAT HIDUP BUDDHA GOTAMA


A. Masa Remaja
Raja Sudhodana sangat mengharapkan agar puteranya menjadi seorang raja, untuk menggantikannya memimpin kerajaan. Sewaktu pangeran telah berusia 16 tahun, raja membangun 3 (tiga) buah istana yaitu istana musim panas (suramma), musim dingin (ramma) dan musim hujan (subha).
Untuk membahagiakan puteranya, setiap hari hiburan kesenian, tari-tarian, musik, makanan istimewa selalu disiapkan di istana. Pangeran dilayani oleh wanita-wanita cantik dan pemuda-pemuda yang tampan dan gagah perkasa. Raja Sudhodana tidak ingin melihat puteranya menderita sehingga berbagai macam cara diusahakan agar pangeran Sidharta terpikat dengan kesenangan duniawi. Kehidupan masa remaja pangeran Sidharta penuh dengan kemewahan dan kesenangan.


B. Masa Berkeluarga

Setelah pangeran Sidharta selesai studi dan berusia 16 tahun ia telah menjadi pria muda yang tampan dan gagah, namun perangainya yang suka merenung serta welas asihnya yang tanpa batas membuat ayahnya cemas karena teringat ramalan pertapa Asita bahwa pangeran akanmenjadi Buddha. Atas usulan para mentrinya raja Sudhodana membuat undangan kepada 8000 kerabat Sakya agar mengirimkan anak gadisnya ke pesta, yang diadakan di kerajaan. Namun para orang tua mengacuhkan atau bersikap masa bodoh terhadap undangan itu, karena menganggap pangeran Sidharta tidak paham kesenian, tata pemerintahan dan ilmu perang. Mengetahui hal ini, pangeran Sidharta lalu meminta kepada orang tuanya untuk mengadakan perlombaan (sayembara) untuk memilih seorang gadis tercantik.
Sayembara yang dipertandingkan adalah menunggang Kuda, menjinakkan kuda liar, mengunakan pedang dan memanah. Banyak yang mengikuti sayembara itu, dan sebagai pemenangnya adalah pangeran Sidharta. Dalam sebuah pesta besar yang kemudian diselenggarakan dan dihadiri tidak kurang dari 40.000 gadis cantik, Pangeran Sidharta memilih Yasodhara sebagai isterinya. Yasodhara adalah anak Supabudha dan Ratu Amita, dari kerajaan Kolia. Setelah dinikahkan kekhawatiran raja Sudhodana menjadi berkurang sebab raja Sudhodana selalu ingat ramalan pertapa Asita bahwa kelak pangeran akan menjadi Buddha. Raja sudhodana berharap pangeran akan terikat dengan kesenangan dunia. Sejak kecil pangeran selalu dijaga untuk tidak melihat 4 (empat) peristiwa yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan pertapa suci.


C. Melihat 4 ( empat ) Peristiwa

Sesuai dengan ramalan pertapa Asita dan ramalan 108 Brahmana sewaktu masih kecil, bahwa jika pada suatu saat pangeran Sidharta melihat empat peristiwa maka ia akan meninggalkan istana dan keluargannya menjadi seorang pertapa, dan berjuang untuk menjadi seorang Buddha.Dalam perjalanannya keliling kota melalui empat pintu gerbang kerajaan, dengan ditemani oleh pembantunya yang bernama Channa, Pangeran Sidharta melihat 4 macam pemandangan yang belum pernah dilihatnya. Empat macam pemandangan itu adalah orang tua, orang sakit, orang meninggal dan seorang pertapa suci. Pangeran menanyakannya pada Channa, dan Channa memberikan penjelasan bahwa kita semua akan menjadi tua, mengalami sakit dan akhirnya meninggal. Setelah melihat 4 peristiwa itu pangeran Sidharta tampak gelisah dan termenung, mencari-cari jawaban, mengapa orang bisa menjadi tua, sakit dan mengalami kematian. Maka timbullah tekad yang kuat dalam diri Pangeran Sidharta untuk menjadi seorang pertapa guna mencari obat agar orang tidak menjadi tua, sakit dan mati.

Kemurungan dan kesedihan pangeran Sidharta dilaporkan kepada Raja Sudhodana, raja menjadi sedih dan merasa khawatir Pangeran akan meninggalkan istana, maka raja Sudhodana memerintahkan untuk sering mengadakan pesta makan dan tari-tarian. Tetapi semuanya tidak dapat mengubah pendirian pangeran Sidharta untuk pergi meninggalkan istana.
Pada suatu kesempatan Pangeran Sidharta meminta ijin kepada ayahnya untuk meninggalkan istana dan keluarga. Namun Raja Sudhodana tidak memberikannya ijin. Sudah berkali-kali Pangeran Sidharta memohon ijin namun selalu ditolak oleh ayahnya, karena pangeran Sidharta adalah satu-satunya putera Mahkota yang akan menggantikan ayahnya menjadi seorang raja.
Ketika sedang merenungkan empat peristiwa secara mendalam, seorang pembantunya datang memberitahukan bahwa istrinya, Yasodhara telah melahirkan seorang bayi laki-laki. Mendengar berita itu pangeran bukannya gembira tetapi mukanya menjadi pucat, kemudian berkata “Sebuah belenggu telah lahir bagiku, ikatan besar telah timbul bagiku (rahulajato badhanam jatam) karena ucapan ini maka Raja Suddhodana memberi nama cucunya RAHULA yang berarti belenggu.



D. Pelepasan Agung

Untuk menyambut kelahiran cucunya raja Sudhodana mengadakan pesta besar dan meriah, tetapi pangeran tidak gembira. Dengan hati-hati ia mendekati ayahnya, memohon ijin untuk mencari obat terhadap usia tua, sakit dan mati. Raja menjadi marah. Kemudian pangeran Sidharta meminta 8 anugerah kepada ayahnya, kalau ayahnya dapat memenuhi ia akan tinggal di istana. Delapan anugerah itu adalah :

1. Anugerah supaya tidak menjadi tua
2. Anugerah supaya tidak sakit
3. Anugerah supaya tidak mati
4. Anugerah supaya ayah tetap bersamaku
5. Anugerah supaya semua wanita yang ada di istana bersama-sama kerabat lain tetap hidup
6. Anugerah supaya kerajaan ini tidak berubah dan tetap seperti sekarang
7. Anugerah supaya mereka yang pernah hadir pada pesta kelahiranku dapat memadamkan semua nafsu keinginannya
8. Anugerah supaya aku dapat mengakhiri kelahiran, usia tua dan kematian.

Raja Sudhodana tetap tidak memberikan ijin kepada puteranya. Pada suatu malam setelah orang-orang di istana tertidur lelap, Pangeran Sidharta pergi meninggalkan istana, anak dan istrinya untuk menjadi seorang pertapa. Kepergianya ini disebut mahabhinikkhamana). Kepergian Pangeran Sidharta ditemani oleh Channa dan menunggang kuda Kanthaka hingga sampailah di tepi sungai Anoma (tidak sia-sia). Kemudian Pangeran Sidharta melepaskan semua tanda kebesaran kerajaan, dan memotong rambutnya yang panjang lalu sambil berkata “Jika aku memang menjadi Buddha, biarlah rambut ini tetap melayang diudara, kalau tidak biarlah rambut ini jatuh ketanah, lalu dilempar keudara. Sungguh mengherankan rambut itu tetap melayang diudara. Sakka raja para dewa dengan segera menampung rambut itu ke dalam keranjang permata lalu didirikan cetiya Culamani untuk meyemayamkan rambut tersebut. Ketika pangeran Sidharta berpikir tidak layak seorang pertama mengenakan baju kerajaan Selanjutnya Brahma Chantikara yang kebetulan sahabatnya jaman Buddha kassapa menyaksikan Bodhisatva tengah melakukan pelepasan agung dari kediamannya dialam Akanittha Brahma ia turun ke dunia manusia mempersembahkan keperluan seorang bhikkhu kepada pertapa Sidharta berupa jubah luar, jubah dalam, kain dalam, ikat pinggang, pisau cukur, jarum dan saringan air. Setelah mengenakan jubah tersebut dengan baik jubah itu juga disebut sebagai panji arahatta phala. Bodhisatva melontarkan pakaian kerajaannya keudara. Brahma Chantikara lalu meraih baju itu dan mendirikan Cetiya dussa di alam Akanittha Brahma untuk menyemayamkannya.
Pangeran Sidharta serta menyuruh Channa untuk kembali ke Kapilavastu dan memberitahukan kepada ayahnya, bahwa kini ia telah menjadi seorang pertapa . Pada waktu itu pangeran berusia 29 tahun.

Latihan

1. Pangeran Siddharta pergi dari istana bersama...
a. Rahula c. Dewadatta
b. Ananda d. Channa
2. Pada perjalanan pertama Pangeran Siddharta melihat...
a. orang tua c. orang mati
b. orang sakit d. pertapa suci
3. Kuda tunggangan pangeran Siddharta bernama...
a. kanthaka c. si putih
b. sembrani d. kundhali

4. Orang tua renta yang dilihat Pangeran Siddharta sebenarnya adalah...
a. kakeknya c. pertapa
b. dewa d. setan
5. Setelah putranya lahir, perasaan pangeran Siddharta menjadi...
a. bahagia c. kacau
b. gelisah d. sedih

II. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Kuda Kantaka mati karena...
2. Putra Pangeran Sidharta bernama....
3. Rambut Pangeran pertapa Sidharta disimpan di...
4. Tujuan pangeran Siddharta meninggalkan istana untuk mencari obat supaya orang bebas dari..
5. Peristiwa kepergian Pangeran Siddharta dari istana dikenal dengan...




HUKUM KESUNYATAAN

A. Pengertian

Hukum Kesunyatan adalah hukum kebenaran yang universal, yang berlaku bagi semua mahkluk dan segala benda yang ada di alam semesta ini. Sang Buddha telah menemukannya dan mengajarkannya kepada para dewa dan manusia. Hukum kesunyataan berlaku bagi semua makhluk yang hidup di 31 alam kehidupan. Hukum Kesunyataan tidak berlaku di Nibbana, karena Nibbana telah terbebas dari kelahiran dan kematian. Nibbana bersifat kekal abadi, tidak ada lagi penderitaan. Nibbana merupakan tujuan tertinggi umat Buddha.

B. Macam-macam Hukum Kesunyataan

Yang termasuk hukum kesunyataan adalah :
1. Empat kebenaran Mulia (Catur Arya Satyani)
2. Hukum perbutan dan Kelahiran kembali (Hukum Kamma dan Punarbhava)
3. Hukum Tiga corak universal(Tilakahana)
4. Hukum sebab musabab yang saling bergantungan (Paticcasamupada)



CATUR ARYA SATCANI

Catur Ariya sacani artinya empat kesunyataan mulia yanitu:

Kesunyataan tenang adanya dukkha (Dukkha ariya sacca)
Kesunyataan asal mula dukkha (dukkha samudaya)
Kesunyatan tentang lenyapnya Dukkha ( Dukkha Niroda)
Kesunyataan tentang jalan untuk melenyapkan Dukkha (dukkha Niroda Gaminipatipada)


A. Dukkha Ariya Sacca

Dukkha Ariya Sacca artinya kesunyataan adanya Dukkha. Dukkha artiya tidak memuaskan, tidak menyenangkan atau menderita. Semua orang didalam hidupnya pernah merasa tidak puas tidak senang. Ketidakpuasan dan ketidak senangan ini mengakibatkan kita menderita.
Semua yang dilahirkan akan mengalami dukkha atau penderitaan. Penderitaan disebabkan oleh karena sakit, umur tua dan mati. Menderita karena berpisah dengan orang yang kita cintai atau berkumpul dengan orang yang kita benci. Tidak tercapai apa yang kita inginkan atau apa yang kita cita-citakan pun menderita. Penderitaan seperti itu disebut Dukkha-dukkha artinya penderitaan biasa
Ada pula penderitaan disebabkan karena adanya Anicca, ketidak kekalan, misalnya kehilangan barang yang kita sangat sukai atau kehilangan pekerjaan. Suka duka yang bergantian datangnya ini disebut Viparinama dukkha, artinya penderitaan yang diakibatkan perubahan (Anicca). Demikian juga Jasmani dan Rohani juga dapat menimbulkan penderitaan, misalnya sakit perut, kecewa dan lainnya penderitaan ini disebut Sangkhara dukkha yaitu penderitan yang di sebabkan badan jasmani dan rohani. Untuk mengatasi duka tersebut kita harus mengetahui apa sebabnya kita menderita. Sang Buddha memberitahukan kepada kita apa penyebab dukkha ini. Kalau kita ketahui sebab dari penderitaan ini, pasti dapat kita musnahkan. Sebab penderitaan inilah yang harus dimengerti dan dipahami.



B. Dukkha Samudaya

Kesunyataan tentang asal mulanya dukkha atau sebab penderitaan disebut Dukkha Samudaya. Kalau kita ingin bebas dari penderitaan, kita harus mengetahui sebab dari penderitaan itu. Kalau kita tidak mengetahui sebab dari penderitaan itu, kita tidak mungkin dapat bebas dari penderitaan.
Tanha atau keinginan nafsu indera yang tidak pernah terpuaskan adalah sebab dari dukkha. Kita semua memiliki nafsu keinginan, keinginan nafsu untuk memiliki harta yang banyak. Nafsu keinginan dapat membuat kita memiliki sifat serakag. Bila kita memiliki sifat serakah, kita tidak akan pernah puas dengan apa yang telah kita miliki, selalu ingin lebih dan akibatnya akan membuat kita menderita. Adanaya tanha karena kita diliputi Avijja yaitu kebodohan.
Avidya merupakan akar dari Tanha. Dengan mengembangkan kebijaksanaan, kita dapat mengendalikan Tanha, mengurangi Tanha,
Tanha terdiri dari tiga yaitu:
Kama Tanha
Bhava Tanha
Vibhava Tanha

Kama Tanha adalah nafsu keinginan untuk menikmati kesenangan keduniawian. Kita semua ingin hidup senang, mempunyai harta dan uang yang banya. Kalau keinginan kita yterpenuhi kita menjadi senang, tetapi kalau keinginan nafsu kita tidak tercapai, kita sedih dan menderita. Karena itu kita hendaknya dapat mengendalikan keinginan nafsu kita. Sebab hidup ini bukan untuk bersenang-senang, tetapi kita harus belajar, bekerja dan banyak berbuat kebaikan.

Bhava Tanha adalah keinginan untuk dilahirkan dialam kehidupan ini. Kita mengetahui bahwa hidup di dunia ini penuh dengan penderitaan, kita akan menderita sakit, usia tua dan mati. Sang Buddha menganjurkan kita agar kita berusaha untuk selalu berbuat banyak kebajikan dan melaksanakan dhamma dalamnkehidupan ini agar dapat mencapai nibanna

Vibhava Tanha adalah keinginan untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri. Orang bunuh diri karena putus asa. Bunuh diri biasanya dilakukan orang yang bermental lemah dan cepat putus asa, Agama Buddha tidak membenarkan orang bunuh diri apapun alasannya. Dalam Buddha Dhamma diterangkan bahwa bunuh diri dapat terlahir kembali di alam yang tidak menyenangkan.

Latihan
Berilah tanda silang pada huruf a, b,c atau d pada jawaban yang paling benar !

1. Penderitaan atau sesuatu yang tidak memuaskan disebut….
a. Dukkha arya sacca b. Dukkha samudaya
c. ukkha niroda d. Dukkha Niroda gaminipatipada
2. Emapat kesunyataan mulia adalah arti dari….
a. Tilakana b. Catur ariya satyani
c. Punabhava d. kamma
3. Dukkha Samudaya artinya….
a. lenyapnya dukkha b. Asal mula dukkha
c. jalan lenyapnya dukkha d. kebenaran adanya dukkha
4. Penderitaan yang nyata dari tubuh dan batin disebut….
a. Dukka ariya sacca b. Sankhara dukkha
c. dukkha-dukkha d. viparinama dukkha
5. Sebab timbulnya dukkha adalah…
a. Tanha b. kamma
c. cetana d. avija

II. Jawablah dengan uraian yang jelas dan tepat !

1. Jelaskan arti Tanha
2. Jelaskan isi dari Empat kesunyataan mulia
3. Tanha ada tiga macam sebutkan
4. Akar dari Tanha adalah…
5. Kalau kita ingin bebas dari penderitaan, apa yang harus kita ketahui…

C. Dukkha Nirodha

Dukkha Nirodha artinya lenyapnya penderitaan. Lenyapnya penderitaan berarti Nibbana yang merupakan tujuan akhir agama Buddha. Kalau kita sudah bebas dari dukkha berarti kita telah mencapai Nibbana. Nibbana adalah bebasnya dari peneritaan karena lahir, sakit, usia tua dan mati. Nibbana dibagi menjadi 2 yaitu:
Saupadisesa Nibbana: Nibbana yang dicapai saat arahat masih hidup. Dan Anupadesisa Nibbana nibana yang dicapai saat meningal dunia
Untuk mencapai dukkha nirodha. Sang Buddha telah menunjukan jalannya kepada kita.

D. Dukkha Nirodha Gaminipatipada

Dukkha Niroda gaminipatipada adalah Kesunyataan tentang jalan menuju lenyapnya dukkha. Jalan menuju lenyapnya dukkha adalah jalan mulia berunsur delapan atau Hasta Arya Magga. Jalan untuk melenyapkan penderitaan ini juga disebut jalan tengah atau Majjhima- Patipada, Hasta Arya Magga atau Ariya atthangika Magga terdiri dari delapan bagian yaitu:
1. Samma Ditthi artinya Pengetian benar
2. Samma sankappa artinya pikiran benar
3. Samma Vaca artinya Ucapan benar
4. Samma Kamanta artinya perbuatan benar
5. Samma Ajiva artinya Penghidupan benar
6. Samma Vayama artinya Daya upaya benar
7. Samma Sati artinya Perhatian benar
8. Samma Samadhi artinya Konsenterasi benar

Dari delapan jalan utama tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:
Kelompok Pannya atau kebijaksanaan yaitu: pengertian benar dan pikiran benar
Kelompok sila yaitu: ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar
Kelompok samadhi yaitu: daya upaya benar, perhatian benar dan konsenterasi benar.


Pengertian benar
Pengertian benar berarti mengerti ajaran Sang Buddha dan selalu hidup dengan melaksanakan Dhamma. Hendaknya kita mengerti tentang hidup ini dalam suatu pengertian benar. Dengan adanya pengetahuan hendaknya kita mengerti hukum kamma, mengerti faedah berdana, mengerti bahwa segala adalah tidak kekal dan mengerti bahwa ada kehidupan berikut sesudah kehidupan ini dan juga bebarti ada kehidupan lain sebelum kehidupan kita sekarang. Kita juga akan mengetahui bahwa penderitaan atau kebahagian kita ini adalah akibat perbuatan buruk dan perbuatan baik kita sendiri.

Pikiran benar
Pikiran benar adalah pikiran yang tidak mementingkan diri sendiri. Pikiran yang tidak membenci tidak serakah tidak iri hati dan tidak bodoh. Hendaknya kita memikirkan hal-hal untuk kepentingan bersama

Ucapan benar
Ucapan benar adalah ucapan sopan, ramah yang berguna ucapan yang tidak menyinggung perasaan orang lain, berkata jujur tidak berdusta atau menipu dan tidak memfitnah.

Perbuatan benar
Perbuatan benar adalah perbuatan yang baik, tidak merugikan orang lain atau diri sendiri, Jangan berbuat sesuatu yang dapat menimbulkan akibat-akibat jelek bagi diri sendiri dan orang lain. Berbuatlah kebajikan dan senantiasa bersedia menolong orang lain agart dapat juga menjalani kehidupan tenang bersih dan terhormat.

Penghidupan benar
Penghidupan atau mata pencaharian benar artinya bahwa kita seharusnya mempunyai penghidupan yang tidak mencelakanan atau merugikan orang lain. Sebaiknya kita tidak menipu, korupsi, menjual senjata, menjual makhluk hidup dan minuman keras.

Usaha benar
Usaha benar adalah berusaha mencegah munculnya sifat-sifat yang tidak baik, berusaha menyingkirkan sifat-sifat tidak baik pada diri kita, berusaha memunculkan sifat-sifat yang baik pada diri kita, berusaha meningkatkan sifat-sifat baik pada diri kita.

Perhatian benar
Perhatian benar adalah bahwa kita harus selalu memperhatikan pikiran, ucapan dan perbuatan kita sehari-hari, agar kita tidak melakukan kejahatan.

Konsentererasi benar
Konsenterasi benar adalah memusatkan pikiran kita pada satu obyek meditasi, maka kita akan mencapai Jhana dan kita mendapatkanketenangan batin.

Latihan

I. Berilah tanda silang pada jawaban a, b, c, dan d pada jawaban yang benar!
1. Lenyapnya penderitaan adalah arti dari….
a. dukkha niroda b. dukkha nirodagaminipatipada
c. dukkha samudaya d. dukkha ariya sacca
2. Nibbana dibagi menjadi….
a. 4 macam b. 3 macam
c. 2 macam d. 1 macam
3. Nibbana yang masih terdapat sisa-sisa kehidupan disebut….
a. parinibbana b. anupadisesa nibbana
b. saupadisesa nibana d. nivarana
4. Delapan jalan beruas delapan dikelompokan menjadi….
a. 1 b. 2
c. 3 d. 4
5. Unsur sila dalam delapan jalan utama adalah….
a. samadi benar b. pikiran benar
c. konsenterasi benar d. ucapan benar.

I. Jawablah pertanyaan-petanyaan di bawah ini
1. Dukkha samudaya artinya?
2. Apa yang harus kita ketahui, bila kita ingin bebas dari penderitaan?
3. Apa yang menyebabkan kita menderita?
4. Apa arti avija dan tanha?
5. Apa arti kama tanha?

HUKUM KARMA/HUKUM KAMMA

1. Pengertian Kamma

Dalam bahasa Pali Kamma secara harafiah berarti perbuatan/tindakan. Segala macam tindakan yang disengaja, baik batin/pikiran, ucapan atau jasmani dipandang sebagai kamma. Secara umum semua perbuatan baik dan buruk membentuk kamma. Dengan pengertian umum kamma berarti semua kehendak baik dan buruk. Suatu perbuatan dapat disebut sebagai kamma apabila suatu perbuatan tersebut dilakukan karena adanya kehendak atau niat (cetana). Tindakan yang dengan tidak sadar, tak disengaja atau tidak disadari walaupun secara teknis merupakan perbuatan tidak membentuk kamma karena kehendak (cetana), faktor terpenting dalam menbentuk kamma tidak ada.
Seperti yang termuat dalam Anguttara Nikaya III, 415 Sang Buddha menyatakan: “ O, para bhikkhu kehendak itulah yang kusebut dengan kamma, setelah timbul kehendak dalam batinnya seseorang melakukan perbuatan melalui jasmani, ucapan dan pikiran”.

Dalam proses kamma pikiran memegang peranan penting. Semua perbuatan dan ucapan dibentuk oleh pikiran atau kesadaran yang kita rasakan pada saat ini, jika pikiran tidak terjaga, maka tindakan jasmani tidak terjaga, ucapan juga tidak terjaga, dan buah pikiran juga tidak terjaga. Jadi walaupun seseorang belum melakukan suatu tindakan/perbuatan melalui badan jasmani atau ucapan tetapi telah muncul suatu kehendak untuk berbuat di dalam pikiran, maka hal ini sudah dapat disebut kamma.

Karma dapat dibilang dalam bahasa anak-anak yang sederhana : berbuatlah baik dan kebaikan akan datang kepadamu, sekarang dan sesudahnya. Berbuatlah jahat dan kejahatan akan datang kepadamu, sekarang dan sesudahnya.
Dalam bahasa penuai, karma dapat dijelaskan dengan cara seperti ini : jika kamu menabur benih yang baik, kamu akan menuai panen yang baik. Jika kamu menabur benih yang buruk, kamu akan menuai panen yang buruk.
Sedangkan kalau dijelaskan dalam bahasa ilmu pengetahuan, karma disebut hukum sebab dan akibat, setiap sebab mempunyai akibat.
Dalam pengertian akhir/kebenaran tertinggi, karma berarti baik dan jahat, aksi mental atau kehendak. Karma adalah kehendak. Jadi karma bukanlah suatu wujud melainkan suatu proses, aksi, energi dan daya. Sebagian orang menafsirkan kekuatan ini sebagai “aksi-pengaruh” . Perbuatan kita sendirilah yang bereaksi pada diri kita. Sakit dan kebahagiaan yang kita alami merupakan hasil perbuatan, kata-kata dan pikiran sendiri yang bereaksi pada diri kita sendiri. Perbuatan, ucapan dan pikiran kita menghasilkan Khemakmuran dan kegagalan kita, juga kebahagiaan dan kesengsaraan kita.

2. Hukum Kamma adalah Hukum Universal

Hukum Kamma adalah salah satu ajaran penting dalam agama Buddha. Hukum Kamma berlaku dimana-mana, kapan saja, tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan keadaan.
Hukum Kamma tidak membeda-bedakan, tidak pilih-pilih, tidak mengenal suku, budaya, bahasa, ras, dan sebagainya. Selama seseorang melakukan suatu perbuatan, apakah perbuatan itu baik atau jahat yang dilandasi dengan niat (kehendak) maka ia akan menerima akibat dari perbuatannya. Hukum Kamma berlaku adil dan dipandang sebagai hukum sebab akibat yang bekerja sendiri, bersifat kekal dan biasa disebut hukum perbuatan (hukum moral)
Sesungguhnya Kemampuan untuk mengetahui sifat dan fungsi Hukum Kamma hanya dimiliki oleh para Buddha.

3. Kamma Buruk (Akusala Kamma) dan Kamma Baik (Kusala Kamma)

Perbuatan yang disertai dengan kehendak yang tercetus melalui badan jasmani, ucapan atau pikiran, yang dilakukan oleh seseorang tidak sepenuhnya baik dan juga tidak sepenuhnya buruk. Orang yang senang dalam berbuat kejahatan tidak selamanya melakukan kejahatan tetapi dia juga pernah melakukan kebaikan, demikian pula sebaliknya orang yang melakukan kebaikan tentu juga pernah melakukan kejahatan.

Dari segi perbuatan kamma dibedakan tiga macam :
1. Mano kamma : dilakukan melalui pikiran
2. Vaci kamma : dilakukan melalui ucapan/kata-kata
3. Kaya kamma : dilakukan melalui badan jasmani

Sifat kamma dibagi 2 yaitu :
Kusala Kamma (karma baik) yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan oleh pikiran, ucapan, dan badan jasmani
Contoh karma baik melalui pikiran : Cint akasih, kasih sayang, empati, tidak mendendam, dll
Contoh karma baik melalui ucapan : berbicara jujur, tidak membual, tidak berdusta, tidak memfitnah
Contoh karma baik melalui badan jasmani : berdana, merawat orang tua, merawat teman yang sakit, membebaskan burung/ikan yang tertangkap, dll

Akusala Kamma (karma buruk) : semua perbuatan jahat/tidak baik yang dilakukan oleh pikiran, ucapan, dan badan jasmani.
Akar/sumber perbuatan jahat adalah lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha ( kebodohan ).
Contoh karma buruk yang dilakukan oleh pikiran : serakah, dendam, benci, iri hati, keinginan jahat, Kebodohan
Contoh karma buruk yang dilakukan oleh ucapan : Berdusta, Berbicara kasar/menghina, menfitnah, Omong kosong
Contoh karma buruk yang dilakukan oleh badan jasmani : Membunuh, Mencuri, merampok, memperkosa, Berzinah / berbuat tidak senonoh

Karma-karma buruk yang sering dilakukan akan mendorong suatu makhluk terlahir di alam-alam rendah seperti alam setan (Peta), alan binatang, alam raksasa atau di alam neraka, sesuai dengan jenis dan kekuatan perbuatan jahat yang dilakukannya.

Terdapat lima macam perbuatan jahat yang termasuk dalam karma berat (Garuka Akusalakamma), jika salah satu dari karma ini dilakukan maka akan menyebabkan seseorang terlahir di Neraka Avici
Lima perbuatan itu adalah :
1. Membunuh ibu sendiri,
2. Membunuh ayah sendiri,
3. Membunuh seorang Arahat,
4. Melukai tubuh seorang Buddha dan
5. Menyebabkan terjadinya perpecahan dalam Sangha

Hukum Kamma berbunyi : “Sesuai dengan benih yang telah ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya, ia yang berbuat baik akan menerima kebaikan (kebahagiaan) dan ia yang berbuat jahat akan menerima kejahatan (penderitaan).

Pada suatu kesempatan seorang Pemuda Brahmana bernama Subha bertanya kepada Sang Buddha, “Wahai Gotama, mengapa ada umat manusia yang berusia pendek dan ada yang berusia panjang, berpenyakit dan sehat, buruk dan rupawan, tak berkuasa dan berkuasa, miskin dan kaya, lahir dalam keluarga rendah dan lahir dalam keluarga bangsawan, bodoh dan pandai. Wahai Gotama, apakah alasannya, apakah sebabnya maka diantara manusia ada yang terlahir hina dan ada yang mulia ?”
Sang Buddha menjawab, “Wahai Brahmana Muda, setiap makhluk adalah pemilik kammanya sendiri, pewaris kammanya sendiri, lahir dalam kammanya sendiri, bersaudara dengan kammanya sendiri dan dilindungi oleh kammanya sendiri. Kamma yang menentukan makhluk-makhluk menjadikan mereka hina dan mulia”.

Hasil dari suatu perbuatan disebut Kammaphala dan akibat dari suatu perbuatan disebut kamma Vipaka, dan yang menjadi akar/sumber perbuatan jahat adalah lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha ( kebodohan ).

Pembagian Kamma menurut kitab Visudhi Magga :
a. Menurut Waktunya kamma dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
1. kamma yang memberikan akibat pada masa kehidupan sekarang ini.
2. kamma yang akibatnya dialami dalam kehidupan setelah hidup sekarang ini.
3. kamma yang akibatnya akan dialami pada masa kehidupan berikut yang kedua, ketiga atau seterusnya dalam kehidupan berikutnya.
4. kamma yang tidak memberikan akibat, karena jangka waktu untuk memberikan akibat telah habis atau kamma tersebut telah menghasilkan akibat secara penuh, sehingga kekuatannya habis sendiri. biasa disebut Ahosi Kamma

b. Menurut Fungsinya kamma dibedakan menjadi :
1. Janaka Kamma : Karma penghasil, menyebabkan kelahiran sesuai dengan macam dan sifatnya, yang menentukan perbedaan-perbedaan dalam dunia manusia.
2. Upatthambaka kamma : kamma yang berfungsi membantu memperkuat apa yang telah dihasilkan oleh Janaka Kamma.
3. Uppapilaka Kamma : Kamma yang berfungsi mengurangi pengaruh dari apa yang telah dihasilkan oleh Janaka Kamma, memperlemah kekuatannya atau mempersingkat waktu menghasilkan akibat.
4. Upaghataka kamma : kamma yang berfungsi melemahkan, melenyapkan dan menghancurkan kekuatan dari Janaka Kamma.
c. Menurut Kekuatannya dibedakan menjadi :
1. Garuka Kamma : kamma yang paling berat dan akan masak terlebih dahulu
2. Bahula Kamma atau Acinna Kamma : kamma yang sering dan berulang kali dilakukan oleh seseorang melalui badan jasmani, ucapan atau pikiran, sehingga tertimbun dalam wataknya. Akan memberikan akibat jika tidak melakukan Garuka Kamma
3. Asana Kamma : kamma yang diperbuat seseorang pada saat menjelang kematian.
4. Kattata Kamma : kamma yang dilakukan berdasarkan kehendak tertentu, dilakukan sekali saja atau beberapa kali. Semua perbuatan yang tidak termasuk dalam Garuka Kamma, Acinna kamma atau Asana Kamma termasuk dalam Kattata kamma.


4. Manfaat yang diperoleh dari Pelajaran Hukum Kamma

Jika kita dapat mengetahui dengan baik proses berjalannya Hukum Kamma, maka kita dapat memetik pelajaran yang sangat berharga dan bermanfaat antara lain :
1. Belajar menjadi orang yang memiliki kesabara
2. Meneguhkan keyakinan dan Khemampuan diri sendiri, di dunia ini tidak perlu ada yang ditakuti kecuali perbuatan kita sendiri yang tidak baik
3. Kepercayaan kepada diri sendiri ; yang lampau membuat diri kita yang sekarang ini dan yang sekarang akan menentukan keadaan kita pada waktu yang akan datang.
4. Pengendalian diri; perbuatan jahat akan kembali menimpa diri kita sendiri sehingga kita akan lebih berhati-hati dalam perbuatan, ucapan dan pikiran.
5. Memperoleh Khemampuan; dengan melakukan kebajikan terus menerus akan dapat mematahkan belenggu kehidupan untuk mencapai nibbana; tujuan akhir dari umat Buddha


HUKUM PUNABHAVA


A. Konsep Hukum Punabhava

Buddhisme berkeyakinan bahwa doktrin tentang kelahiran kembali tidak hanya semata-mata teori, tetapi sebagai kenyataan yang dapat dibuktikan. Namun demikian kelahiran kembali hanya terbatas pada umat Buddha saja. Sebagai contoh ada ilmuwan bernama Pythagoras dan Plato yang dapat mengingat kelahiran sebelumnya dan bahkan kelahiran di alam binatang.
Ada tiga alasan yang dapat disampaikan berkenaan dengan Kelahiran Kembali, yaitu :
1. Jika kita mempercayai adanya masa sekarang, akan datang, dan masa lampau adalah logis dan masuk akal.
2. Adanya keaneka ragaman kelahiran bayi yang luar biasa didunia ini. Contoh : William James Sidis (USA) dapat membaca dan menulis pada usia 2 tahun dan mampu berbicara dalam berbagai bahasa seperti: Perancis, Rusia Inggris, Jerman dan beberapa bahasa Latin dan Yunani ketika berusia 8 tahun. Jika bukan karena akumulasi karma dikehidupan lampau atau mungkin sekarang dia belum tentu sepandai sekarang ini. Karena kita tahu didunia ini tidak ada orang yang mendadak pandai tanpa sebab sama sekali.
3. Adanya keanehan bayi lahir dengan memiliki cacat fisik/mental sejak lahir. Hal ini mengindikasikan adanya sebab-sebab yang dilakukannya pada kehidupan yang lampau.

B. Pengertian Punabhava

Punabhava terdiri dari dua kata yaitu Puna dan bhava. Puna artinya lagi, sedangkan bhava artinya jadi/menjadi. Jadi Punabhava artinya menjadi lagi atau biasa dikenal dengan kelahiran kembali (rebirth). Ajaran mengenai punarbhava sangat erat hubunganya dengan hukum kamma. Ajaran tumimbal lahir dalam agama Buddha membuktikan adanya kehidupan makhluk yang berulang-ulang, sampai seseorang dapat mencapai Nibbana. Orang yang telah mencapai kesucian Nibbana disebut Arahat.
Alam dimana manusia dapat bertumimbal lahir ada 31 alam kehidupan yaitu:
a. Emapt alam yang menderita (apaya bhumi)
b. Satu alam manusia
c. Enam alam surga atau alam dewa
d. Dua puluh alam Brahma atau alam surga tertinggi

Makhluk-mahluk yang diam di 31 alam kehidupan itu masih mengalami kelahiran dan kematian, masih mengalami derita. Tiga puluh satu alam kehidupan tidak kekal adanya. Sebaliknya Nibbana itu terbatas dari kelahiran dan kematian, terbebas dari derita, tidak termusnah, dan tidak berubah, kekal adanya.

Bia seseorang berbuat baik akan dilahirkan di sorga atau alam –alam Brahma, bila berbuat jahat akan diahirkan di alam yang menderita yaitu alam neraka, alam setan, alam binatang atau alam raksasa. Bia kita melakukan salah satu Akusala Garuka Kamma, akan dilahirkan di alam yang sangat menderita yaitu alam neraka.

Agar dapat dilahirkan di alam manusia dengan kehidupan yang bahagia, dilahirkan di alam sorga atau alam Brahma, umat Buddha dianjurkan agar berusaha hidup melaksanakan Delapan jalan Utama dan mengerti hukum kesunyataan.


C. Pengaruh Kelahiran Pada Jasmani

Manusia terdiri dari kombinasi antara jasmani dan batin (Nama dan Rupa). Hubungan antara jasmani dan batin bagaikan hubungan erat anatar bunga dan bau, jasmani sebagai bunga dan batin sebagai bau, sedangkan kematian hanya merupakan pemisahan antara dua faktor ini. Apabila seseorang berada pada saat-saat kematian maka jasmani dan batinnya lemah.


D. Ada empat cara makhluk-mahluk tumimbal lahir:

1. Jalabuja Yoni adalah kelahiran makhluk melalui kandungan Contoh : kuda, manusia, kerbau, sapi, ikan Hiu, dll
2. Andaja Yoni adalah makhluk yang lahir melalui telur Contoh : itik, bebek, ayam, buaya, dll
3. Sansedaja Yoni adalah kelahiran makhluk melalui kelem baban Contoh : nyamuk, cacing, ikan, katak, dll
4. Opapatika Yoni adalah kelahiran makhluk secara spontan Contoh : makhluk Neraka, makhluk Dewa, Surga, Brahma, dll

Yang menyebabkan terlahirnya makhluk adalah Janaka Kamma


MARANA

A. Pengertian Kematian

Kehidupan adalah tidak pasti tetapi kematian adalah pasti. Semua yang hidup pasti mati, Kematian dalam agama Buddha disebut Marana. Maka kematian adalah hal yang wajar.


B. Sebab-sebab kematian

1. Kematian disebabkan uasianya telah habis, dimaksukan disini mati bila sudah tua, atau mati setelah mencapai batas usia (ayuhkhaya marana)
2. Kematian disebabkan kammanya telah habis, yaitu orang yang mati itu masih usia muda, masih bayi atau kanak-kanak, masih bujang atau gadis yang belum mencapai batas usia. (kammakkhaya marana)
3. Kematian yang disebabkan usia dan kamma sama-sama habis yaitu karena sudah umur tua dan kamma pendorong untuk hidup sudah tidak ada lagi (Ubhayakkhaya Marana)
4. Kematian yang belum habis usia dan kammanya, sebab adanya musibah sehingga menimbulkan kematian, seperti kena tembak, tergilas mobil, tenggelam, kena penyakit menular dan lain-lainnya (Upacchedaka marana)

Empat sebab kematian ini dapat diumpamakan seperti empat sebab kepadaman pelita yaitu: karena habisnya sumbu, habisnya bahan bakar, habisnya sumbu serta bahan bakar dan karena ditiup angin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar