Selasa, 09 November 2010

MATERI KELAS 9 SEMESTER 2

MATERI KELAS IX SEMESTER 2
MEDITASI

1. Meditasi sama dengan Samadhi/Bhavana yang artinya memusatkan pikiran pada satu obyek meditasi.

2. Sang Buddha mengajarkan Samadhi pertama kali pada saat khotbah di Taman Rusa Isipatana disampaikan kepada Lima orang pertapa.

3. Khotbah pertama Buddha dikenal dengan nama "Dhammacakkapavatthana Sutta" artinya khotbah pemutaran Roda Dhamma yang Pertama

4. Dhammacakkapavatthana Sutta biasa disebut dengan Jalan Tengah (Majjhimapatipada = Delapan jalan utama) .

5. Meditasi atau Samadhi terdiri dari 2 macam yaitu:
a. Samatha bhavana adalah meditasi yang bertujuan untuk mencapai ketenangan batin. Hasil dari meditasi ini adalah Abhinna (Kekuatan batin). Obyek meditasi ini berjumlah 40 macam terdiri dari:
 10 Kasina ( wujud benda)
 10 Asubha ( wujud mayat)
 10 Anussati (perenungan)
 4 Apamana (Metta, Karuna, Mudita, Upekkha)
 4 Ruang Tanpa batas
 1 Makanan menjijikkan (Aharapatikulasanna)
 1 Analisa terhadap 4 unsur(tanah, air, api, warna)

b. Vipassana Bhavana adalah meditasi yang bertujuan untuk mencapai pandangan terang. Hasil meditasi ini adalah Kesucian atau Nibbana. Obyek meditasi ini adalah Nama/Rupa (Batin/Jasmani)


6. Contoh murid Buddha yang berhasil mencapai kesucian atau Nibbana antara lain : Ananda, Sariputta, Moggallana, Kisa Gotami, Kondanna, Vappa, Assaji, Mahanama, dll.

7. Manfaat meditasi antara lain : Pikiran tenang dan terkendali, Wajah berseri-seri, Bangun tidur dengan segar, Tidak mudah marah-marah, Sabar menghadapi segala permasalahan, dll

8. Meditasi akan berhasil dan bermanfaat jika orang yang bermeditasi memiliki moral (sila) yang baik.

9. Meditasi tidak sama dengan mengosongkan pikiran, tetapi meditasi harus memusatkan pikiran dengan mengambil satu obyek, misalnya obyek benda( Buddha Rupang)

10. Siapa saja yang boleh bermeditasi ? Jawab : siapapun boleh bermeditasi bila ia memenuhi persyaratan untuk meditasi.


Gangguan Meditasi (Palibodha)


1. Gangguan meditasi bisa berupa fisik dan bisa berupa batin.
2. Gangguan fisik dalam bermeditasi disebut Palibodha.
3. Macam-macam Palibodha adalah :

 Tempat tinggal (avasa)
 Keluarga (Kula)
 Pendapatan (Labha)
 Para Siswa (Gana)
 Kegiatan (Kamma)
 Bepergian (Addhana)
 Kerabat (Nati)
 Sakit (Abadha)
 Belajar (Gantha)
 Kemampuan Batin (Iddhi)


4. Dari sepuluh palibodha ini, sembilan gangguan (kecuali gangguan kemampuan batin), merupakan gangguan meditasi bagi pemula.

5. Gangguan ini merupakan gangguan umum, dan dapat diatasi jika kita dapat mengendalikan pikiran kita dengan baik dan terkendali.

6. Bagi orang yang baru melatih meditasi (pemula/awal) sebaiknya dalam bermeditasi harus ada guru pembimbing.









Rintangan Batin (Nivarana)


1. Rintangan/hambatan saat bermeditasi disebut Nivarana.

2. Nivarana dapat menyebabkan pikiran cepat sekali kacau/buyar.

3. Nivarana merupakan gangguan batin.

4. Nivarana lebih sulit dihindarkan, diendapkan atau dilenyapkan dari pada palibodha.

5. Nivarana sebagai perintang batin yang umumnya telah ada dalam batin setiap orang.

6. Macam-macam Nivarana adalah :

• Kelambanan/kemalasan (thinamiddha)
• Kekacauan/kekhawatiran (uddhacchakukuca)
• Keragu-raguan/ketidakpastian (vicikiccha)
• Nafsu keinginan untuk pemuasan indria (kamachanda)
• Kemauan untuk menyakiti orang lain (byapada)


7. Cara mengatasi Nivarana
• Nivarana dapat diatasi setelah seseorang dapat memusatkan pikirannya dengan baik, yaitu dengan munculnya faktor-faktor jhana.

• Hal ini dapat tercapai, karena ketika bermeditasi palibodha dapat ia singkirkan dan nivarana dapat dikendalikan yang akhirnya faktor jhana muncul.


Cara Meditasi


A. Hal-hal Yang Mendukung Meditasi

1. Untuk dapat melaksanakanameditasi dengan berhasil, seseorang harus memperhatikan syarat meditasi sebagai berikut :

• Memiliki keinginan yang kuat (tekad)
• Memiliki moral yang baik (sila)
• Sehat jasmani dan batin
• Tempat yang tenang
• Memiliki waktu senggang
• Adanya guru pembimbing
• Memiliki buku pedoman Meditasi (Kitab Suci)
• Memiliki obyek meditasi yang sesuai dengan sifatnya
• Saat bermeditasi posisi tubuh rileks/santai
• Suhu tempat meditasi yang sesuai
• Memiliki teman yang bermoral.


2. Tempat bermeditasi adalah yang sepi, jauh dari keramaian dan tenang.

3. Maksudnya jauh dari hal-hal yang dapat mengganggu orang yang akan meditasi.

4. Tempat meditasi yang sering digunakan pada zaman Sang Buddha adalah hutan.
5. Meditasi juga dapat dilakukan dibawah pohon yang rindang, gua, alam terbuka, kuburan, taman atau kuti yang jauh dari kota.

6. Diantara tempat-tempat tersebut diatas yang paling ideal adalah hutan.


B. Cara Melaksanakan Meditasi

1. Waktu meditasi yang tepat adalah bila jasmani kita segar, semua pekerjaan telah selesai, gangguan fisik dan batin tidak ada.

2. Meditasi dapat dilaksanakan pada pagi hari (pkl. 04.00 – 07.00) dan malam hari (pkl. 17.00 - 22.00).

3. Jadi waktu dalam berlatih meditasi sebaiknya dilakukan setiap hari dalam waktu yang sama secara teratur dan terus menerus (continue).







4. Sang Buddha mengajarkan 4 cara bermeditasi yaitu :
a. Meditasi dengan cara duduk
Meditasi dengan cara ini biasanya dilakukan bagi pemula dan tingkat lanjut. Caranya duduk bersila (padmasana) badan tegak tetapi rilek, sebaiknya tidak bersandar pada dinding atau sandaran lain, mata dipejamkan, batin tenang dan pikiran dipusatkan pada obyek yang dipilih.

b. Meditasi dengan cara berdiri.
Berdiri dengan kaki sedikit renggang, kedua tangan didepan dada, tangan kanan memegang tangan kiri, usahakan dapat menjaga keseimbangan tubuh supaya batin tenang, pikiran berkonsentrasi pada obyek yang dipilih.

c. Meditasi dengan cara berjalan
Meditasi berjalan disebut cankamana. Meditasi ini dapat dipraktikkan dengan beberapa cara, al:
• Berjalan denganmenghitung langkah kaki
• Berjalan dengan menyadari langkah maju, mundur, kekiri, kekanan. Menghitung langkah kaki kanan melangkah atau menyadari kaki kiri melangkah dst.
• Berjalan dengan menggunankan obyek meditasi nimitta (bayangan) tubuh kita sendiri.

d. Meditasi dengan cara berbaring.
Berbaring dengan posisi tubuh miring kekanan atau kekiri (kaki kanan/kiri diatas) seperti posisi tubuh Sang Buddha ketika parinibbana (wafat), kaki lurus, kepala ditopang dengan tangan kanan/kiri, mata dipejamkan, batin tenang dan pikiran terpusat pada obyek meditasi yang dipilih.


C. Manfaat Meditasi

Meditasi yang benar akan memberikan manfaat bagi orang yang melaksanakannya. Manfaat yang didapat dari praktik meditasi antara lain :
• membebaskan diri dari ketegangan/ beban.
• memenangkan diri.
• membangkitkan keberanian
• mengembangkan kekuatan untuk mengatasi persoalan
• menumbuhkan rasa percaya diri.
• Menguatkan ingatan
• Akan mendapatkan perubahan dan perkembangan batin
• menimbulkan rasa puas
• percaya diri
• mengenal diri sendiri lebih mendalam
• tidak ragu-ragu dalam menghadapi segala masalah, dll


D. Carita Manusia

1. Carita artinya sifat/karakter/watak.

2. Bagi seseorang yang ingin melaksanakan meditasi sebaiknya memperhatikan sifat/watak-nya sendiri, sehingga lebih mudah dalam bermeditasi.

3. Jika seseorang belum mengetahui sifat/wataknya sendiri maka hal ini akan mengganggu pemusatan pikiran dalam bermeditasi dan biasanya sulit untuk berkonsentrasi.

4. Carita/sifat/watak manusia secara umum terdiri dari 7 macam, yaitu :

 Nafsu keinginan (Ragacarita)
 Kebencian (dosacarita)
 Ketidaktahuan (mohacarita)
 Kekhawatiran/pikiran tidak terkendali(vitakkacarita)
 Mudah percaya (saddhacarita)
 Intelektual(budhicarita)
 Campuran/kombinasi(sabbacarita)



HUBUNGAN SIFAT MANUSIA DENGAN OBYEK MEDITASI

1. Bila seseorang memiliki sifat Raga Carita (sifat penuh dengan nafsu) obyek meditasi yang cocok adalah 10 obyek Asubha(obyek mayat) dan kayagatasati (perenungan terhadap badan jasmani).
orang yang memiliki watak ini cenderung sensitif dengan nilai-nilai keindahan dan keharmonisan, mudah sekali terpengaruh oleh kecantikan/ketampanan orang lain, suka mendengarkan musik yang indah-indah, dll.






2. Bila seseorang memiliki sifat Dosa Carita (sifat kebencian/kemarahan) obyek meditasi yang cocok adalah 4 Brahma Vihara (sifat luhur) yaitu metta, karuna, mudita, upekkha dan 4 obyek Kasina Warna yaitu warna hijau, putih, merah dan kuning.
Orang yang memiliki watak ini mudah tersinggung, cepat bosan, jengkel, kesal, marah-marah, cemburu, irihari, dendam, dll

3. Bila seseorang memiliki sifat Moha Carita (sifat ketidaktahuan) obyek meditasi yang cocok adalah anapanassati (perenungan terhadap keluar dan masuknya pernafasan).
Orang yang memiliki watak ini cenderung kurang cerdas, karena tidak ada usaha untuk belajar lebih baik.

4. Bila seseorang memiliki sifat Vitaka carita (sifat kekhawatiran) obyek meditasi yang cocok adalah anapanassati
Orang yang memiliki watak ini biasanya sering cemas dalam menghadapi kesukaran/kesulitan, mudah merubah prinsip sehingga ia disebut orang yang tidak memiliki pendirian tetap.

5. Bila seseorang memiliki sifat Saddha carita (sifat mudah percaya) obyek meditasi yang cocok adalah 6 anussati (perenungan) yaitu Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, Silanussati, caganussati, Devanussati.
Orang yang memiliki watak ini adalah memiliki tanda kurang cerdas karena segala sesuatu yang ia dengar walaupun informasinya belum jelas, ia dengan mudah menerimanya bagaikan kebenaran.

6. Bila seseorang memiliki sifat Buddhi Carita (sifat intelektual/kecerdasan) obyek meditasi yang cocok adalah Tilakkhana (Tiga Corak Umum yaitu anicca, Dukkha, Anatta), marananussati, Upasamanussati, aharapatikulasanna dan catudhatuvavathana.
Orang yang memiliki watak ini biasanya kurang beruntung. Kelebihannya yang dimiliki dapat menjadi suatu kerugian apabila suatu sikap batin yang tidak benar sebagai pengetahuan besar. Hal ini akan menyeret seseorang kedalam pandangan ekstrim/salah. Jika kebenaran disertai pengetahuan benar akan membawa seseorang dapat menembus empat kesunyataan mulia dengan benar.


Tingkat Samadhi

1. Tingkat Samadhi, terdiri dari:
a. Meditasi Permulaan (Parikamma Samadhi)
b. Meditasi mendekati Pencapaian (Upacara Samadhi)
c. Meditasi Tercapai (Appana Samadhi)

Keterangan :
a. Ketika pikiran mulai dipusatkan pada sebuah obyek yang dipilih sesuai dengan carita, maka meditasi permulaan ini disebut Parikamma Samadhi.

b. Jika pikiran untuk sementara telah bebas dari kekacauan,atau pikiran tidak tergoyahkan, hal ini disebut Upacara Samadhi.

c. Apabila keadaan ini dapat dipertahankan terus, walaupun dengan perlahan tapi pasti hingga pemusatan pikiran benar-benar tidak tergoyahkan, maka hal ini disebut Appana Samadhi.

2. Pencapaian Appana Samadhi berarti Rupa Jhana I telah tercapai.



Bayangan atau Gambaran Meditasi(Nimitta)

1. Nimitta adalah tanda/lambang/bayangan/gambaran dalam bermeditasi.

2. Dalam hal ini nimitta merupakan gambaran/bayangan yang muncul sebagai hasil dari pemusatan pikiran pada sebuah obyek.

3. Nimitta biasa muncul sesuai dengan sifat masing-masing orang dan meditasi dapat dicapai apabila seseorang telah dapat melenyapkan nivarana dan palibodha.

4. Macam-macam Nimitta, al:
• Parikamma Nimitta : Bayangan atau gambaran permulaan
• Uggaha Nimitta : Bayangan tercapai
• Patibhaga Nimitta : Bayangan atau gambaran sebanding.





5. Hubungan Nimitta dengan Tingkat Samadhi adalah :
• Ketika mulai menggunakan obyek (Parikamma Nimitta), maka ia berada padatingkat Parikamma Samadhi.

• Ketika ia memiliki Ugaha Nimitta, maka ia telah berada pada tingkat Upacara Samadhi

• Ketika ia memiliki Patibhaga Nimitta, maka ia mencapai Appana Samadhi atau Jhana I dengan semua factor jhana kuat.

Contoh Nimitta :
Apabila seseorang bermeditasi menggunakan obyek warna, karena yang bersangkutan Dosa Carita, maka warna yang digunakan akan nampak lebih cemerlang dan segala sesuatu diliputi oleh warna obyeknya. Sehingga dia tidak bisa membedakan warna dengan dirinya sendiri, karena semua warna menjadi satu. Hal ini terjadi bila mereka berada pada patibhaga nimitta.




JHANA dan ABHINNA

A. Pengertian Jhana

1. Meditasi benar adalah meditasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mencapai ketenangan batin dan pandangan terang.

2. Dalam bermeditasi para siswa diharapkan untuk memilih salah satu dari 40 obyek yang sesuai dengan sifatnya.

3. Bila seseorang melaksanakan Samatha bhavana maka akan menghasilkan jhana dan abhinna.

4. Jhana artinya kesadaran pikiran yang melekat dan perpusat kuat pada obyek meditasi.


B. Macam-macam Jhana

1. Jhana terdiri dari empat (4) tingkatan yaitu Jhana I, Jhana II, Jhana III, Jhana IV.

2. Faktor untuk mencapai jhana ada lima (5), antara lain:

 Vitakka : usaha pikiran untuk menangkap obyek
 Vicara : pikiran yang telah menangkap obyek
 Piti : kegiuran atau kenikmatan
 Sukkha : kebahagiaan
 Ekaggata : pikiran terpusat dengan kuat
 Upekkha : keseimbangan batin

3. Setelah mengetahui bahwa factor jhana ada lima (5), maka para siswa harus melatihnya hingga mahir atau ahli.

4. Keahlian atau kemahiran dalam jhana disebut Vasita

5. Jika seorang siswa telah mahir dalam meditasi maka ia akan mudah untuk keluar masuk dalam jhana.

6. Perolehan jhana antara lain :
a. Jhana I dapat dicapai dengan melaksanakan : vitakka, vicara, piti, sukkha, ekaggata
b. Jhana II dapat dicapai dengan melaksanakan: piti, sukkha, ekaggata
c. Jhana III dapat dicapai dengan melaksanakan: sukkha, ekaggata
d. Jhana IV dapat dicapai dengan melaksanakan: ekaggata, upekkha

7. Faktor jhana upekkha hanya muncul pada tingkat jhana ke-empat saja karena yang mampu memunculkan upekkha hanya mereka yang batinnya telah tenang.








C. Pengertian Abhinna

1. Abhinna artinya kemampuan atau kekuatan batin luar biasa.

2. Abhinna hanya dapat diperoleh dengan melaksanakan meditasi.

3. Abhinna dapat muncul dalam diri orang biasa dan orang suci.


D. Macam-macam Abhinna

1. Abhinna terdiri dari dua (2) macam, yaitu Lokiya Abhinna dan Lokuttara Abhinna.

A. Lokiya Abhinna
1. Lokiya Abhinna artinya kekuatan batin yang bersifat duniawi.

2. Disebut demikian karena kekuatan batin tersebut tidak membebaskan manusia dari penderitaan.

3. Lokiya abhinna terdiri dari :
• Iddhividhi adalah kekuatan batin yang dapat mengubah diri sesuai yang diinginkan. Contoh : menghilang, berjalan diatas air, menembus dinding, memperbanyak diri menyelam dalam tanah, melayang di angkasa, dll.

• Dibbasota (Telinga Dewa) yaitu kemampuan untuk mendengar suara dari alam lain. Contoh: alam Dewa, alam Setan, alam Neraka, alam Brahma baik yang dekat maupun jauh.

• Dibbacakkhu(Mata Dewa) yaitu kemampuan untuk melihat alam lain yang dekat maupun jauh. Orang yang memiliki Dibbacakkhu sanggup untuk melihat muncul dan lenyapnya makhluk-makhluk dari alam lain. Kemampuan ini disebut Catupapatanana.

• Cetopariyanana yaitu kemampuan untuk mengetahui atau membaca pikiran makhluk lain.

• Pubbenivasanussati-nana yaitu kemampuan untuk mengingat kehidupan yang lampau dari orang lain maupun diri sendiri.


B. Lokuttara Abhinna

1. Lokuttara Abhinna artinya kemampuan batin diatas duniawi, karena kekuatan batin ini bertujuan mencapai pandangan terang yang dapat membebaskan manusia dari penderitaan hingga mencapai Nibbana.

2. Lokuttara Abhinna ada satu yaitu Asavakkhaya-nana yaitu kemampuan untuk menghilangkan Asava (kekotoran batin yang sangat halus).

2. Perlu kita perhatikan bahwa walaupun seseorang telah mencapai jhana IV (Arupa Jhana) dan memiliki Abhinna, belum tentu orang tersebut telah mencapai kesucian.

3. Kesucian hanya dicapai dengan melenyapkan belenggu(Samyojana) dengan melaksanakan meditasi Vipassana bhavana.

4. Dengan memiliki Abhinna, seseorang dapat melacak kebenaran bahwa Sang Buddha pernah hidup.

5. Selain itu ia juga mampu melihat makhluk alam Surga dan Neraka, kelahiran seseorang setelah kematian, dll.

6. Jhana dan Abhinna bersifat tidak kekal karena hal tersebut hanya dapat dipertahankan melalui meditasi benar.

Senin, 08 November 2010

MATERI KELAS 9 SEMESTER 1

MATERI KELAS IX SEMESTER 1
TEMAN YANG BAIK DAN TIDAK BAIK


A. KALYANAMITTA
Kalyanamitta adalah sahabat sejati . Kita hendaknya dapat membedakan antara sahabat sejati dengan sahabat palsu. Ciri sahabat sejati adalah seorang sahabat yang senantiasa :
1. Siap dan mampu membantu kita dengan cara yang baik
2. Memiliki rasa simpati kepada kita baik didalam keadaan suka maupun duka
3. Menunjukkan hal-hal yang berguna kepada kita
4. Memiliki rasa persahabatan yang akrab

Sahabat yang siap dan mampu membantu kita dengan cara yang baik, maksudnya:
 Melindungi dan memperingatkan kita pada saat kita lengah, atau tidak waspada
 Melindungi harta kekayaan kita dalam keadaan kita lengah dan tidak waspada
 Melindungi kita dalam keadaan bahaya

Sahabat yang memiliki rasa simpati kepada kita baik didalam keadaan suka maupun duka, maksudnya :
• Membuka rahasia pribadinya kepada kita sebagai sahabat sejati
• Menjaga rahasia kita dan tidak membocorkannya kepada orang lain
• Tidak meninggalkan kita pada saat kita mengalami banyak masalah
• Bersedia mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan sahabatnya

Sahabat yang menunjukkan hal-hal yang berguna kepada kita, maksudnya :
• Mencegah berbuat kejahatan
• Menganjurkan kita melakukan kebaikan
• Memberitahukan kita hal-hal yang belum pernah kita dengar
• Memberitahu kita cara-cara mencapai alam kebahagiaan

Sahabat yang memiliki rasa persahabatan yang akrab, maksudnya :
• Ikut merasakan penderitaan kita pada saat kita susah
• Merasa bahagia bila kita mendapatkan kebahagiaan
• Membela kita apabila kita terkena masalah
• Membenarkan siapa saja yang memuji kita

B. AKALYANAMITTA
Akalyanamitta artinya sahabat palsu atau sahabat tidak baik. Karena sahabat palsu dapat menjerumuskan kita. Ada 4 teman palsu yang harus kita waspadai, yang ciri-cirinya al :
1. Mereka mengajak bersahabat dengan tujuan menipu
2. Mereka yang hanya manis dimulut saja
3. Mereka yang memuji-muji dan membujuk
4. Mereka yang menganjurkan kepada seseorang menuju jalan kehancuran

Sahabat palsu yang mengajak kita untuk tujuan menipu, cirinya :
 Mereka hanya memikirkan keuntungan dari kita
 Memberi sedikit, tetapi menginginkan imbalan yang banyak
 Apabila mereka berada dalam keadaan bahaya, mereka akan melakukan hal-hal yang menyebabkan kita percaya
 Bergaul dengan kita dengan tujuan mendapat keuntungan

Sahabat palsu yang menis dimulut saja, cirinya :
• Senantiasa membicarakan hal-hal yang lalu yang tidak berguna
• Cenderung membicarakan hal-hal yang belum terjadi
• Membantu mengerjakan sesuatu yang tidak berguna
• Apabila diminta untuk membantu selalu mecari alasan untuk menghindar

Sahabat palsu yang memuji-muji dan membujuk, cirinya :
 Jika kita berbuat jahat, mereka setuju dan membiarkan berbuat jahat
 Jika kita berbuat baik, mereka setuju dan membiarkan berbuat baik
 Dihadapan kita mereka akan selalu mmemuji-muji kita
 Dibelakang kita mereka akan mencela kita


Sahabat palsu yang menganjurkan kepada seseorang menuju jalan kehancuran, cirinya :
• Mengajak kita minum-minuman yang memabukkan
• Mengajak kita berkeliaran dimalam hari
• Membuat kita untuk melekat pada kesenangan
• Membuat kita menjadi penjudi

Kalau kita bersahabat dengan sahabat yang baik, kita akan selamat, tetapi sebaliknya bila kita bersahabat dengan sahabat palsu, kita tidak akan selamat. Oleh karena itu berhati-hatilah memilih sahabat. Seorang sahabat palsu yang mau bersahabat dengan kita karena ia mempunyai tujuan yang kurang baik terhadap kita. Kita juga harus waspada dengan sahabat sejati, karena sahabat sejati sewaktu-waktu bisa berubah menjad sahabat palsu.



HAK DAN KEWAJIBAN TIMBAL BALIK DALAM KELUARGA DAN MASYARAKAT

C. SIGALOVADA SUTTA

1. Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam didekat Rajagaha di Veluvana di Kalandakanivapa, pada waktu itu Sigala yang muda belia, putra seorang kepala keluarga bangun pagi-pagi sekali, pergi keluar Rajagaha. Dengan rambut dan pakaian basah, ia mengangkat kedua tangan yang dirangkapkan menyembah enam arah dimulai dari arah Timur, Selatan, barat, Utara, atas dan Bawah.
2. Pada waktu itu Sang Buddha hendak mengumpulkan makanan dengan cara berpindapata (berkeliling membawa mangkuk/bowl). Ketika beliau melihat Sigala yang muda belia sedang memuja, Beliau bertanya : “ Kepada keluarga yang muda bel;ia, mengapa engkau bangun pagi-pagi dan meninggalkan Rajagaha dengan rambut dan pakaian basah, serta memuja berbagai arah ? “
3. “ Bhante, ayah hamba ketika mendekati ajalnya, telah berpesan kepada hamba : ananda yang baik, engkau harus engkau harus menyembah enam arah. Demikian bhante, karena menghormati kata-kata ayah hamba melakukannya, dan apakah benar yang saya lakukan tersebut bhante ? hamba mohon petunjuk “.

4. Karena pertanyaan tersebut Sang Buddha menjelaskan ada 14 aspek negatif yang harus dihindari oleh siapa saja, al :
a. Empat cacat tingkah laku yang harus kita singkirkan yaitu : membunuh, mencuri, berbuat asusila(cabul), kata-kata dusta(bohong).
b. Empat dorongan yang membuat seseorang melakukan kejahatan yaitu : nafsu, kebencian, kebodohan, ketakuatan.
c. Empat saluran menghabiskan kekayaan yaitu : minum minuman keras, berjudi, keluyuran dijalan tidak pada waktunya, bergaul dengan wanita/pria penghibur, bergau dengan teman yang malas dan jahat.

5. Sigalovada Sutta adalah sutta yang berisikan wejangan Sang Buddha kepada Sigala yang patuh dan taat kepada perintah ayahnya. Dalam kesempatan tersebut sang Buddha menjelaskan makna enam arah yang dipuja oleh Sigala, al :
 Arah Timur menghormati orang tua
 Arah Selatan menghormati guru
 Arah Barat menghormati anak dan istri
 Arah Utara menghormati sahabat, keluarga
 Arah Atas (Zenith) menghormati para rohaniwan/atasan
 Arah Bawah (Nadir) menghormati bawahan


DASA PUNNAKIRIYAVATTHU

Dasa Punnakiriyavatthu terdiri dari empat kata, yaitu dasa, punna, kiriya dan vatthu. Dasa artinya sepuluh, Punna artinya jasa, baik, bajik, manfaat, berguna, Kiriya artinya melakukan, vatthu artinya dasar, hal, cara. Dasa Punnakiriyavatthu artinya sepuluh cara untuk melakukan perbuatan bajik atau baik. Bagi umat Buddha sangat dianjurkan untuk melaksanakan salah satu atau keseluruhan dari dasa punnakiriyavatthu tersebut. Sepuluh cara untuk melakukan perbuatan baik terdiri dari :
1. DANA
Dana berarti beramal/memberi/membantu/menolong makhluk lain tanpa mengharapkan balasan dari mereka yang telah menerima dana kita. Dana dapat diberikan dalam bentuk materi/barang dan non materi(contoh: memberi nasehat, mendorong mobil mogok, dll). Dana terdiri dari 4 macam, al:
• Amisadana : dana yang diberikan dalam bentuk materi atau barang. Misalnya : memberikan uang, beras, makanan, pakaian, obat-obatan, dll.
• Dhammadana : berdana dalaam bentuk pengorbanan atau pemberian dalam bentuk memberi penerangan, khotbah, ceramah atau mengajar dhamma kepada seseorang atau banyak orang. Dhammadana adalah dana yang paling tinggi nilainya atau pahalanya.
• Atidana : berdana dalam bentuk pengorbanan diri sendiri demi kepentingan umat manusia.
Contoh : usaha Pangeran Siddharta untuk menjadi Buddha.
• Mahatidana : berdana dalam bentuk pengorbanan diri atau kehidupannya sendiri untuk mencapai cita-cita luhur.
Contoh : - Pertapa Gautama berusaha menyempurnakan paramita hingga mencapai Nibbana.
- Para pahlawan yang rela mengorbankan diri atau kehidupan mereka demi membela tanah air.
Gemar berdana akan berakibat terlahir dalam keadaan kaya raya.


2. SILA
Sila artinya hidup bersusila, perbuatan, etika, moral. Sila terdiri dari :
• Pancasila (lima latihan kemoralan) Pancasila dilaksanakan oleh umat Buddha dalam kehidupan sehari-hari.
• Atthasila (delapan latihan kemoralan). Atthasila dilaksanakan oleh umat Buddha biasa yang berlatih menjalankan hidup sederhana. Biasanya atthasila dilaksanakan setiap tanggal 1,8,15,23 setiap bulan pada penanggalan bulan.
• Dasasila (Majjhima Sila) terdiri dari sepuluh latihan kemoralan. Sila ini dilaksanakan oleh samanera atau samaneri (calon bhikkhu/ni) dalam kehidupan sehari-hari. Samanera hidup sebagai pertapa(hidup berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain).
• Patimokkhasila adalah sila yang dilaksanakan oleh para bhikkhu dan bhikkhuni dalam kehidupan sehari-hari. Bhikkhu melaksanakan sila berjumlah 227 latihan, bhikkhuni melaksanakan sila berjumlah 311 latihan.
Hidup yang benar akan berakibat terlahir dalam keluarga luhur yang berbahagia.
3. BHAVANA
Bhavana/meditasi/samadhi artinya mengembangkan pikiran yang baik tertuju pada satu obyek. Bhavana terdiri dari 2 macam, yaitu :
• Samatha bhavana : meditasi yang bertujuan untuk mencapai ketenangan batin. Obyek meditasi ini berjumlah 40 macam. Hasil dari meditasi ini adalah Abhinna (kekuatan batin).
• Vipassana bhavana : meditasi yang bertujuan untuk mencapai pandangan terang. Obyek meditasi ini berjumlah 2 macam yaitu Nama dan Rupa. Hasil meditasi ini adalah kesucian atau Nibbana.
Dengan melaksanakan meditasi kelah akan terlahir di alam Dewa dan alam Brahma.
4. APACAYANA
Artinya berendah hati dan hormat (menghormat mereka yang lebih tua dan yang pantas diberi hormat). Dengan berendah hati dan hormat kelak akan terlahir dalam keluarga luhur. Sifat sombong adalah lawan dari sifat apacayana. Merasa dirinya lebih hebat, lebih pintar, lebih tinggi statusnya dari orang lain adalah sifat sombong.
5. VEYYAVACCA
Artinya berbakti serta bersemangat dalam melakukan hal-hal yang patut dilakukan. Berbakti mengakibatkan seseorang memperoleh penghargaan dari masyarakat. Contoh : memberi dana pada bulan Kathina, menjadi panitia pada hari besar keagamaan, dll.
6. PATTIDANA
Artinya suka membagi kebahagiaan terhadap orang lain, tidak kikir dan tidak mementingkan diri sendiri. Pattidana juga berarti melaksanakan perbuatan baik atas nama keluarga kita yang telah meninggal dengan harapan semoga mereka ikut berbahagia melihat kita berbuat kebaikan. Dalam melaksanakan hal ini berakibat terlahir dalam keadaan tidak kekurangan bahkan berlebihan dalam berbagai hal.
7. PATTANUMODANA
Artinya bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain, tidak merasa irihati. Pattanumodana sama dengan Mudita. Contoh : ikut senang melihat kebahagiaan orang lain, memberi ucapan selamat ulang tahun, dll. Dengan melaksanakan hal ini kelak akan terlahir dalam lingkungan yang menggembirakan.
8. DHAMMASAVANA
Artinya mempelajari dan sering mendengarkan dhamma ( khotbah/ceramah dhamma ). Sering mendengarkan dhamma akan menambah kebijaksanaan. Lima macam berkah atau keuntungan mendengarkan dan mempelajari dhamma, al:
1. Dapat mendengarkan dhamma yang belum pernah didengar
2. Akan lebih dimengerti bagi mereka yang telah mendengarnya
3. Dapat menghilangkan keragu-raguan akan kebenaran dhamma
4. Akam memiliki pandangan yang terang
5. Pikiran akan menjadi bersih

9. DHAMMADESANA
Artinya menyebarkan atau menerangkan dhamma. Menyebarkan dan mendengarkan dhamma berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan. Yang melaksanakan Dhammadesana adalah bhikkhu, bhikkhuni, samanera, atau Pandita.

10. DITTHUJUKAMMA
Artinya berpandangan hidup yang benar. Pandangan hidup yang benar lahir dari pikiran yang benar. Pikiran benar adalah pikiran yang telah terbebas dari Lobha, Dosa, Moha dan Irsia. Berpengertian dan berpandangan hidup yang benar berbuah dengan diperkuatnya keyakinan.


DASA AKUSALAKAMMA

Dasa Akusalakamma berasal dari kata Dasa, akusala, kamma. Dasa artinya sepuluh, akusala artinya jahat atau tidak baik, kamma artinya perbuatan. Dasa Akusalakamma artinya sepuluh perbuatan jahat, terdiri dari :
1. Dilakukan oleh Pikiran (Akusala Mano Kamma) terdiri dari :
a. Keserakahan (Lobha). Akibat melakukan hal ini adalah tidak tercapainya keinginan baik dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang.
b. Kebencian/kemarahan (Dosa). Akibatnya wajah buruk, menderita penyakit, watak tercela.
c. Kebodohan (Moha). Akibatnya adalah terikat pada benda maupun keadaan, kurang bijaksana, kurang kecerdasan, mengidap penyakit menahun, memiliki pendapat yang tercela.

2. Dilakukan oleh Badan Jasmani (Akusala Kaya Kamma), terdiri dari:
a. Membunuh, akibatnya : umur pendek, berpenyakitan, senantiasa dalam kesedihan.
b. Mencuri, akibatnya : hidup dalam kemiskinan, dinista dan dihina, cita-cita tidak tercapai, hidup tergantung orang lain
c. Perzinahan/berbuat asusila, akibatnya : memiliki banyak musuh, beristri atau bersuami yang tidak disenangi, terlahir dalam keadaan waria.

3. Dilakukan oleh Ucapan (Akusaka Mano Kamma), terdiri dari :
a. Berdusta, akibatnya : menderita karena berbicara tidak baik, menjadi sasaran penghinaan, tidak dipercaya oleh orang lain.
b. Berbicara kasar/menghina, akibatnya : sering dituduh yang tidak-tidak oleh orang lain sekalipun tidak bersalah, menerima suara yang tidak enak didengar.
c. Berbicara tentang keburukan orang lain, akibatnya akan kehilangan sahabat tanpa sebab yang berarti.
d. Omong kosong (berbicara hal-hal yang tidak perlu), akibatnya : menderita penyakit karena bagian dari badan jasmani tidak berfungsi dengan baik, ucapannya tidak dipercaya orang lain.

MATERI KELAS 8 SEMESTER 2

MATERI KELAS VIII SEMESTER 2
DHARMAYATRA

A. Arti Dharmayatra

1. Dharmayatra terdiri dari dari dua kata yaitu dhamma dan yatra. Dhamma artinya kebenaran, ajaran, suci, sedangkan Yatra artinya ditempat mana. Jadi Dhammayatra artinya berziarah ditepat-tempat suci.

2. Dharmayatra muncul pada abad ke III ketika Raja Asoka berkuasa di Jambudipa. Dalam Kitab Mahavastu dan Asokavadana dikisahkan di ibukota Jambudipa yaitu pataliputta berkuasa seorang Raja bernama Bindusara.

3. Raja memiliki banyak permaisuri dan 100 orang anak. Salah satu anak tersebut bernama Asoka yang memiliki penampilan, kekuatan yang luar biasa melampaui saudaranya.

4. Karena keahlian yang dimiliki maka Asoka berambisi menjadi Raja untuk menggantikan ayahnya. Sebelum menjadi Raja Asoka telah membunuh 99 orang saudaranya, sehingga ia berharap memiliki kerajaan yang utuh tanpa ada yang mengganggu.

5. Hal ini terjadi pata tahun 218 SM setelah Sang Buddha Parinibbana, dan empat tahun kemudian Asoka dinobatkan menjadi Raja di Pataliputta. Ia telah menguasai Jambudipa.

6. Sebagai seorang Raja ia memerintah dengan keras dan ia dipandang sebagai Raja yang bengis serta kejam, sehingga ia dijuluki sebagai “CANDASOKA” (Asoka Jahat).

7. Pada mulanya Raja Asoka tidak mengenal Buddha Dhamma, namun pada suatu hari selagi Raja berdiri didekat sebuah jendela, ia melihat seorang pertapa yang tenang sekali, yaitu Samanera Nigroda, putra dari Sumana, kakak tertua dari semua Raja Bindusara. Dengan kata lain Samanera Sumana adalah kemenakan Raja asoka sendiri.

8. Raja Asoka mengundang Samanera Sumana ke istananya. Di istana Samanera membabarkan Appamanavagga(khotbah tentang segala hal tanpa batas) kepada Raja yang akhirnya Raja Asoka menjadi umat Buddha. Sejak menjadi umat Buddha Raja melakukan banyak berdana dan hal-hal baik lainnya.

9. Menurut Kitab Mahavamsa, Raja Asoka menjadi umat Buddha karena bertemu dengan Samanera Sumana, sedangkan menurut Kitab Asokavadana Raja bertemu dengan bhikkhu Samudra, dalam pertemuan tersebut bhikkhu Samudra menunjukkan kekuatan batin (abhinna) dengan cara melayangkan tubuhnya ke angkasa, setengah tubuhnya mengeluarkan api dan setengah tubuhnya yang lain mengeluarkan air, dan karena pertunjukkan inilah Raja menjadi umat Buddha.

10. Setelah Raja Asoka menjadi umat Buddha selain berdana dan berbuat baik lainnya , ia juga banyak mendirikan vihara .

11. Karena jasa perbuatan baik yang sangat banyak maka Raja Asoka dikenal dengan nama “Dhammasoka”(Asoka yang hidup sesuai dengan dhamma).

12. Setelah mantap menjadi umat Buddha lalu ia dibimbing oleh bhikkhu Samudra dan bhikkhu Upagupta. Atas bantuan bhikkhu Upagupta Raja Asoka melakukan banyak ziarah ketempat-tempat yang ada hubungannya dengan kehidupan Sang Buddha.







B. PAHALA BERDHARMAYATRA

1. Pahala yang didapat dari berdharmayatra sangat besar sekali. Karena berdharmayatra dengan disertai niat dan kemauan yang tulus akan membantu dan menentukan kelahiran kita dialam yang penuh dengan kebahagiaan (terlahir disurga)

2. Dalam Mahaparinibbana Sutta Sang Buddha menjelaskan dharmayatra kepada Ananda, sebagai berikut: “ Ananda, bagi mereka yang dengan keyakinan kuat melakukan ziarah ke tempat-tempat yang ada hubungannya dengan dhamma, maka setelah meninggal dunia, mereka akan terlahir kembali di alam surga”.

3. Ketika kita berada di tempat dharmayatra sebaiknya kita merenungkan sifat luhur dari Sang Buddha dan kita berusaha melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.


C. TEMPAT-TEMPAT BERDHARMAYATRA

1. Sang Buddha menyebutkan ada empat tempat yang wajib dikunjungi oleh umat Buddha, al:
a. Taman Lumbini
adalah tempat dimana Pangeran Siddharta dilahirkan dibawah pohon sala kembar pada tahun 623 SM, ketika ibunya dalam perjalanan kerumah neneknya ke Kerajaan Devadaha. Setelah sampai ditengah hutan Ratu Mahamaya bermaksud istirahat, lalu melahirkan seorang putra dengan posisi berdiri dibawah pohon sala kembar dengan tangan memegang ranting. Bayi yang baru lahir langsung bisa berjalan 7 langkah dimana bekas langkahnya tumbuh bunga teratai. Dilangkah terahir bayi tersebut langsung mengangkat tangan dengan berkata : “ Akulah pemimpin dunia ini, Akulah teragung didunia ini, Akulah tertua didunia ini, Inilah kelahiranku yang terakhir”.
Di Taman Lumbini terdapat Pilar Asoka dan dibangun Vihara bernama Mayadevi

b. Buddha Gaya
adalah tempat dimana Pertapa Gautama menjadi Buddha pada tahun 588 SM, stelah bertapa selama 6 tahun dengan cara menyiksa diri. Pertapa Gautama bertapa dibawah pohon Bodhi (Ficus Religiosa). Ditempat ini telah dibangun Stupa Maha Bodhi dengan tinggi 170 kaki. Ketika bertapa Pertapa Gautama duduk beralaskan rumput pemberian seorang pemuda bernama Sothiya. Tempat duduk Pertapa Gautama yang terletak dibawah pohon bodhi disebut VAJRASANA. Dan diatas tempat inilah Pertapa Gautama bermeditasi hingga akhirnya menjadi Buddha.

c. Taman Rusa Isipatana
adalah tempat dimana Sang Buddha membabarkan khotbah pertama kali kepada lima orang pertapa. Khotbah pertama ini dikenal dengan nama “Dhammacakkapavatthana Sutta = khotbah pemutaran roda dhamma yang pertama”. Isi khotbah ini tentang empat kesunyataan Mulia. Di tempat ini telah dibangun dua buah stupa oleh Raja Asoka yaitu Dhamek Stupa dan Dharmarajika stupa. Kedua stupa tersebut telah dirusak atau dihancurkan oleh Jagad Signh dari Benares pada tahun 1794. Tidak jauh dari kedua stupa tersebut tepatnya sebelah utara dibangun MULAGANDHAKUTI yang berfungsi sebagai tempat kebaktian. Lalu sebelah baratnya didirikan Pilar asoka terletak persis dimana Sang Buddha membentuk Sangha pertama kali.

d. Kusinara
adalah tempat dimana Sang Buddha Parinibbana(wafat) pada tahun 543 SM pada usia 80 tahun. Jenasah sang Buddha dikremasi pada hari ke delapan setelah kematiannya dengan tubuh dibungkus 500 lembar kain kafan dan dari manusia dan para dewa. Suatu keajaiban terjadi yaitu kain terluar dan kain terdalam diterbakar. Untuk mengenang Sang Buddha ditempat ini didirikan Mahaparinibbana Stupa dan Vihara dengan Buddha Rupang besar dengan posisi tidur. Untuk memperingati tempat dimana jasad Sang Buddha dikremasi maka dibangun Makutabandhana Cetiya (Stupa Kremasi).

Ke-empat tempat tersebut diatas telah disarankan oleh sang Buddha untuk dikunjungi. Tetapi setelah Sang Buddha Parinibbana, umat Buddha berdharmayatra bukan hanya ketempat-tempat yang dipandang penting oleh umat Buddha yang berhubungan dengan kehidupan Beliau. Tempat tersebut, al:

1. Rajagaha
Adalah ibukota Magadha, yang diperintah oleh Raja Bimbisara. Kerajaan Magadha telah runtuh, namun tidak menyurutkan niat kita untuk mengunjungi karena disini masih terdapat bukit yang bernama Gijjhaguta atau puncak burung nazar. Dipuncak bukit ini Sang Buddha sering tinggal.
Didekat bukit ini terdapat Goa satapani, yaitu tempat Sidang sangha pertama dimana bhikkhu Ananda mengulang Sutta Pitaka dengan dihadiri oleh 500 orang bhikkhu Arahat dipimpin oleh bhikkhu Maha Kassapa Thera.

2. Savatthi
Adalah ibukota Kerajaan Kosala. Ditempat ini terdapat vihara Jetavana yang didirikan oleh Anathapindika. Di Vihara ini terdapat Gandhakuti. Selain tempat tersebut masih banyak tempat di India seperti Nalanda, Vesali, Sankisa adalah tempat dimana Sang Buddha turun dari Surga Tavatimsa setelah mengajar dhamma di alam tersebut.



CANDI-CANDI BUDDHIS SI INDONESIA

SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA
DI INDONESIA

A. SRIWIJAYA

1. Kerajaan Sriwijaya sekarang diperkirakan terletak disekitar kota Palembang, Sumatra selatan
2. Kerajaan ini didirikan sekitar abad ke VII, para Raja di kerajaan ini umumnya menganut agama Buddha, hal ini dapat dilihat dari catatan bahwa di ibu kota terdapat Perguruan Tinggi agama Buddha.
3. Di Perguruan tinggi ini banyak bhikkhu yang belajar agama dan ilmu pengetahuan lainnya.
4. Di Kerajaan ini tinggal seorang pujangga yang sangat terkenal yaitu Dharmapala dan sakyakirti yang sempat belajar di Perguruan tinggi ini.
5. Agama Buddha di Sriwijaya juga diberitakan oleh seorang pemuda dari daratan China bernama Itsing.
6. Itsing datang ke Sriwijaya pada tahun 671, setelah ia berziarah ke India. Itsing tinggal di sriwijaya selama 6 bulan sebelum ia kembali lagi ke India.
7. Untuk kedua kalinya Itsing datang kembali ke Sriwijaya pada tahun 688 dan menetap selama 7 tahun.
8. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Itsing para bhikkhu yang belajar berjumlah 1.000 orang.

B. MATARAM I WANGSA SYAILENDRA

1. Kerajaan Mataran dipimpin oleh Raja Wangsa Syailendra pada abad ke VIII antara tahun 775-850.
2. Pada zaman ini agama Buddha berkembang sangat pesat sekali karena pada saat itulah Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Kalasan, Candi Sewu didirikan oleh seniman bangsa Indonesia.
3. Candi-candi tersebut dapat berdiri atas perintah Raja syailendra
4. Setelah raja Samaratungga meninggal, Mataram diperintah kembali oleh Raja dari Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu, namum agama Buddha dan Hidu dapat berkembang dengan rukun dan damai.

C. MAJAPAHIT

1. Kerajaan ini dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada tahun 1292-1478.
2. Dibawah Raja-raja Majapahit, yang menganut agama Hindu dan agama Buddha tetap berkembang dengan baik.
3. Untuk membina rakyat yang beragama Buddha dan Hindu raja mengangkat dua penasehat agung yaitu Dharmadhyaksa Ring Kasogatan dari golongan Buddha dan Dharmadhyaksa Ring Kasewan dari golongan Hindu.
4. Kerukunan tetap terjaga berkat ide cemerlang dari seorang Pujangga Buddhis bernama Mpu Tantular terkenal dengan bukunya Sutasoma.
5. Salah satu syair yang terdapat dalam buku tersebut adalah : Ciwara Buddha Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.
6. Kalimat ini sampai saat ini masih kita jumpai dengan nama Bhinneka Tunggal Ika.

D. ZAMAN PENJAJAHAN

1. Pada zaman ini agama Buddha tidak terdengar lagi kabarnya karena kedatangan penjajah Belanda dan setelah berdirinya VOC pada abad XVII-XX
2. Para penjajah tidak mengenal agama Buddha karena mereka beragama Kristen, Katolik dan Islam, tetapi agama Buddha dan Hindu masih ada dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari .
3. Lambat laun agama Buddha mulai muncul kembali tetapi di klenteng-klenteng dimana kegiatannya menitikberatkan pada upacara seremonial saja.
4. Pada abad ke XX agama Buddha mulai muncul kembali dengan dipelopori oleh orang belanda yang benama Josias Van Dienst di Bogor dan Ernest E. Power di Jakarta pada tahun 1920-an yang akhirnya mendirikan erkumpulan agama Buddha di Jawa.
5. Pada tahun 1934 seorang bhikkhu dari Srilanka bernama Narada mahathera datang ke Indonesia atas undangan Theosofi dari Bandung untuk menyebarkan agama Buddha di Bandung dan jakarta.


E. KEBANGKITAN AGAMA BUDDHA setelah INDONESIA MERDEKA.

1. Agama Buddha mulai bangkit dan berkembang pada zaman penjajahan Belanda dan datangnya seorang bhikkhu dari Srilanka.
2. Mulai tahun 1950-an mulai dibentuk organisasi umat Buddha yang mengkoordinir pembabaran dharma diseluruh Indonesia.
3. Karena kurangnya Sangha maka para pandita membantu perkembangan Buddha dhamma hingga saat ini.
4. Dengan jerih payah para pandita(dharmaduta) maka menghasilkan organisasi yang menjadi wadah tunggal umat Buddha yaitu WALUBI pada tahun 1979 di Yogyakarta.
5. WALUBI singkatan Perwalian Umat Buddha Indonesia.

TOKOH-TOKOH PEJUANG PENYIARAN AGAMA BUDDHA DI INDONESIA

Materi kelas 8 semester 1

ATERI KELAS VIII SEMESTER 1
PANGERAN SIDDHARTA MENINGGALKAN ISTANA


1. Untuk menyambut kelahiran cucunya, Raja menyelenggarakan satu pesta yang sangat besar dan meriah. P. Siddharta kelihatan tidak senang dan murung,
2. P. Siddharta dengan berhati-hati mendekati Raja untuk memohon ijin untuk mencari obat terhadap usia tua, sakit dan meninggal.
3. Raja sangat marah luar biasa dan menyebabkan P. Siddharta mengajukan 8 macam anugerah. Lalu Raja megabulkan permohonan tersebut dengan mengatakan “ lebih baik aku turun tahta dari pada aku tidak mengabulkan permohonanmu “.
4. Delapan macam anugerah tersebut terdiri dari :
a. Anugerah supaya tidak menjadi tua
b. Anugerah supaya tidak sakit
c. Anugerah supaya tidak meninggal
d. Anugerah supaya Ayah tetap bersamaku
e. Anugerah supaya semua wanita yang ada di Istana bersama-sama dengan kerabat lain tetap hidup.
f. Anugerah supaya kerajaan ini tidak berubah dan tetap seperti sekarang
g. Anugerah supaya mereka yang pernah hadir pada pesta kelahiranku dapat memadamkan semua nafsu keinginan
h. Anugerah supaya aku dapat mengakhiri kelahiran, usia tua dan kematian.

5. Mendengar pernyataan diatas Raja Suddhodana menjadi kaget dan kecewa dan Raja menjawab semua hal tersebut diatas itu berada diluar kemampuannya.
6. Raja tetap tidak memberi ijin dan P. Siddharta masuk ke kamar istri dan anaknya dan memandangi anaknya dengan perasaan gembira dan haru karena tidak lama lagi Beliau akan meninggalkannya berhubung tekadnya yang sudah bulat untuk mencari obat agar tidak menjadi tua, sakit dan meninggal.
7. Pangeran memanggil Channa dan memerintahkan untuk menyiapkan kuda Kantaka, Pangeran kembali lagi ke kamar istri dan anaknya lalu pergi meninggalkan Istana.
8. Pada saat meninggalkan Istana Pangeran Siddharta berusia 29 tahun tepat pada bulan Asadha.
9. Perjalanan dilanjutkan melintasi perbatasan negara Sakya, Koliya dan Malla dan kemudian dengan satu kali loncatan menyeberangi sungai Anoma.
10. Sampai ditepi sungai Anoma pangeran turun dari kuda, melepas pakaian dan perhiasannya dan diberikan kepada Channa, mencukur rambut dengan pedang dan Melemparkannya ke udara (di sambut oleh Dewa Sakka dan membawanya ke surga Tusita untuk dipuja di Culamani Cetiya).
11. Rambut yang tersisa sepanjang dua Anguli (dua inci) sepanjang hidupnya dan tidak tumbuh-tumbuh lagi.
12. Selanjutnya Brahmana Ghatikara mempersembahkan kepada Pangeran keperluan seorang bhikkhu yang terdiri dari : Jubah Luar, Jubah Dalam, Kain Bawah, Ikat pinggang, mangkuk makanan (bowl), pisau cukur, jarum, saringan air.

13. Channa bersama kuda Kantaka kembali ke Istana, dan menyerahkan pakaian, perhiasan, pedang kepada Raja, menyampaikan salam perpisahan pangeran kepada Raja, Putri Yasodhara dan segenap keluarga. Dan Channa memberitahukan bahwa Pangeran sekarang berada di tepi sungai Anoma di negara Malla.
14. Sekalipun Raja cemas akan kepergian Pengeran, namun kepergiannya tersebut akan mendapatkan hasil yang dapat membantu semua makhluk terbebas dari penderitaan.



BERTAPA DI HUTAN URUVELA

1. Dari tepi Sungai Anoma Pangeran pergi Rajagaha tepatnya ke kebun mangga di Anupiya milik Raja Bimbisara. Setelah tujuh hari berdiam di Rajagaha, lalu pada suatu pagi pangeran berkeliling untuk mengumpulkan makanan (pindapata).
2. Dari Rajagaha pertapa Gautama meneruskan perjalanannya dan tiba ditempat pertapaan Alara Kalama. Ditempat ini Pertapa Gautama berguru kepada Alara Kalama dan dalam waktu singkat Pertapa Gautama sudah dapat menyamai kepandaian gurunya. Dari Alara Kalama Pertapa Gautama diajar cara-cara bermeditasi dan pengertian tentang Hukum Karma dan Tumimbal lahir. Karena merasa dengan kemampuan ini masih belum terjawab tentang sebab musabab dari kelahiran, lalu Pertapa Gautama pergi meninggalkan gurunya yang pertama.
3. Selanjutnya Pertapa Gautama berguru kepada Uddaka Ramaputta (pada zaman itu terkenal sebagai pertapa yang paling pandai). Dari Uddaka Ramaputta pertapa Gautama mendapat pelajaran tentang cara bermeditasi yang paling tinggi sehingga mencapai keadaan “ Bukan Pencerapanpun bukan pencerapan”. Dari pelajaran ini pertapa Gautama belum puas, sebab ia belum mendapat jawaban tentang bagaimana mengakhiri usia tua, sakit dan meninggal.
4. Pertapa Gautama kemudian pergi ke SENANIGAMA di URUVELA dan ditempat inilah ia bergabung dan bertapa dengan Lima Orang Pertapa lainnya (Kaondanna, Mahanama, Bhadiya, Vappa, Assaji)
5. Bersama lima orang pertapa ia berlatih dalam berbagai cara penyiksaan diri seperti: menjemur diri diterik matahari pada waktu siang hari dan berendam disungai dalam waktu yang sangat lama pada malam hari.
6. Kedua cara ini masih belum berhasil, maka pertapa Gautama melakukan latihan yang sangat keras lagi yaitu : merapatkan giginya dan menekan kuat-kuat langit-langit mulutnya sehingga keringat mengucur keluar dari ketiaknya. Demikian hebat sakit yang dideritanya sehingga dapat diumpamakan sebagai orang kuat yang gagah perkasa memegang seorang yang lemah tidak berdaya. Cara ini tidak berhasil .
7. Selanjutnya ia berpuasa dan tidak makan atau minum sampai batas waktu tidak ditentukan sehingga badannya kurus kering, namun tidak mendapatkan apa-apa.
8. Pertapa Gautama merubah cara bertapa dengan mulai makan dan minum, sehingga membuat badannya sedikit demi sedikit menjadi segar.
9. Atas bantuan seorang anak penggembala domba bernama NANDA, pertapa Gautama berhasil kembali bermeditasi dengan pikiran yang jernih.
10. Pertapa Gautama menjadi sadar bahwa cara bertapa yang dilakukan adalah salah setelah mendengar syair yang diucapkan oleh serombongan penari ronggeng. Bunyi syair tersebut adalah :
“ Kalau tali gitar ditarik terlalu keras, talinya putus. Kalau ditarik terlalu kendor maka suaranya akan lenyap. Oleh karena itu tidak boleh terlalu keras dan tidak terlalu kendor”.



MENCAPAI KEBUDDHAAN


1. Pertapa Gotama meneruskan perjalanannya dan pada sore hari tiba di GAYA. Ia memilih tempat untuk bermeditasi dibawah pohon Bodhi (Ficus Religiosa), kemudian mempersiapkan tempat duduk disebelah Timur pohon tersebut dengan beralaskan rumput kering pemberian seorang pemuda tukang rumput bernama SOTTHIYA.
2. Ditempat inilah Pertapa Gotama bermeditasi dengan menggunakan obyek Anapanassati ( meditasi dengan menggunakan obyek keluar masuknya pernafasan).
3. Ketika bermeditasi Pertapa Gotama digoda oleh Mara (makhluk jahat) dan bala tentaranya, yang bermaksud menghalang-halangi Pertapa Gotama memperoleh penerangan Agung.
4. Pertapa Gotama berhasil mengalahkan mara dan bala tentaranya, dan pertapa Gotama berhasil mencapai PUBBENIVASANUSSATINANA (Kebijaksanaan untuk dapat melihat dengan terang kelahirannya yang dahulu) hal ini terjadi pada waktu jaga pertama yaitu antara Pk. 18.00 – 22.00
5. Pada waktu jaga kedua, yaitu antara pk. 22.00 – 02.00, Pertapa Gotama memperoleh CUTUPAPATANANA (Kebijaksanaan untuk dapat melihat dengan terang kematian dan tumimbal lahir makhluk-makhluk sesuai dengan karmanya). Kebijaksanaan ini juga disebut DIBBACAKKUNANA ( Kebijaksanaan mata Dewa)
6. Pada waktu jaga ketiga, yaitu anatara pk. 02.00 – 04.00, Pertapa Gotama memperoleh ASAVAKKHAYANANA (Kebijaksanaan dapat menyingkirkan secara menyeluruh semua kekotoran batin).
7. Dengan muka bercahaya terang, penuh kebahagiaan, Pertapa Gotama dengan suara lantang mengeluarkan pekik kemenangan, sbb :
“ Dengan sia-sia aku mencari pembuat rumah ini.
Berlari berputar-putar dalam lingkaran tumimbal lahir.
Menyakitkan, tumimbal lahir yang tiada habis-habisnya.
O, Pembuat Rumah, sekarang telah kuketahui.
Engkau tak akan dapat rumah lagi.
Semua atapmu telah kurobohkan.
Semua sendi-sendimu telah kubongkar.
Batinku sekarang mencapai keadaan Nibbana.
Dan berakhirlah semua nafsu-nafsu keinginan”.

8. Dikisahkan bahwa pada saat itu bumi tergetar karena gembira dan di udara sayup-sayup terdengar suara musik yang merdu, semua tempat penuh dengan kehadiran para Dewa.
9. Demikianlah Pangeran Siddharta yang lahir pada tahun 623 SM, Menikah pada usia 16 tahun, Meninggalakn istana pada usia 29 tahun, Bertapa selama 6 tahun dihutan URUVELA, Menjadi Buddha pada usia 35 tahun.



MISI PENYIARAN AGAMA BUDDHA



1. Setelah mencapai penerangan sempurna, untuk pertama kalinya Sang Buddha membabarkan dhamma kepada lima orang pertapa yaitu Kondanna, Mahanama, Bhadiya, Vappa, Assaji.
2. Sang Buddha membabarkan dhamma atas permintaan Brahma Sahampati, karena mengetahui bahwa Sang Buddha ragu ada makhluk yang mampu atau tidak untuk mendengarkan dhammanya mengingat bahasa yang digunakan terlalu analitis.
3. Akhirnya dengan keyakinan yang kuat Sang Buddha mulai menyampaikan dhammanya yang pertama di kenal dengan nama Dhammacakkapavatthana Sutta yang artiny khotbah pemutaran roda dhamma.
4. Isi khotbah tersebut adalah tentang empat kesunyataan mulia yang terdiri dari Dukkha, Sebab dukkha, Lenyapnya dukkha dan Jalan menuju lenyapnya dukkha.
5. Setelah Sang Buddha selesai menyampaikan khotbah, Kondanna memperoleh mata dhamma yaitu mencapai tingkat kesucian pertama yaitu Sotapanna.
6. Kondanna mendapat gelar Anna(Annya) sehingga ia disebut Anna Kondanna. Disebut demikian karena ia tidak ragu-ragu lagi tentang kebenaran ajaran Sang Buddha.
7. Setelah mendapat gelar tersebut, Anna Kondanna menjadi bhikkhu pertama yang ditahbiskan dengan ucapan “Ehi Bhikkhu” artinya mari bhikkhu.
8. Dua hari setelah itu Vappa dan Bhadiya memperoleh mata dhamma dan ditahbis dengan ucapan Ehi bhikkhu.
9. Dua hari kemudian Mahanama dan Assaji juga memperoleh mata dhamma dan ditahbis dengan ucapan Ehi bhikkhu.
10. Lima hari setelah memberikan khotbah pertama, lalu Sang Buddha menyampaikan khotbah yang kedua dengan judul ANATTALAKKHANA SUTTA.
11. Inti khotbah kedua ini tentang Lima kelompok kehidupan (Panca khanda) itu sesungguhnya adalah tidak kekal dan selalu mengalami perubahan.
12. Lima kelompok kehidupan (pancakhanda) terdiri dari : Rupa/Nama(Batin/Jasmani), Vedana (Perasaan), Sanna (Pengalaman/pencerapan), Sankhara bentuk-bentuk pikiran) Vinnana (kesadaran).
13. Sewaktu kelima bhikkhu tersebut merenungkan khotbah kedua Sang Buddha ini, mereka mampu membersihkan pikirannya dari kekotoran batin dan kemelekatan, dan selanjutnya mencapai tingkat kesucian tertinggi yaitu Arahat.

YASA
1. Setelah lima pertapa selanjutnya Sang Buddha mengajarkan dhammanya kepada seorang pemuda bernama YASA.
2. YASA adalah anak seorang pedagang kaya raya seperti halnya P. Siddhata, Ia juga memiliki tiga buah istana dan hidup penuh dengan kemewahan serta dikelilingi oleh gadis-gadis cantik.
3. Yasa meninggalkan kehidupan yang mewah pada waktu tengah malam setelah melihat para pelayan tidur dengan pulas.
4. Yasa menemui Sang Buddha lalu memberi hormat dan duduk disampingnya. Sang Buddha membabarkan dhamma dengan judul ANUPUBBIKATHA yaitu uraian mengenai pentingnya berdana, hidup melaksanakan sila, lahir di surga sebagai akibat berbuat baik, menahan nafsu keinginan serta empat kesunyataan mulia.
5. Yasa kemudian memperoleh tingkat kesucian Arahat ketika Sang Buddha mengulang khotbah tersebut kepada ayah Yasa.



PERJALAN BUDDHA DALAM MEMBABARKAN DHAMMA
1. Pada suatu hari Sang Buddha memanggil murid-muridnya berjumlah 60 Arahat dan berkata :
“ Aku telah terbebas dari semua ikatan o, para bhikkhu, demikian dengan kalian semua. Sekarang kalian harus mengembara demi keselamatan dan kesejahteraan orang banyak. Jangan pergi berduaan ketempat yang sama. Khotbahlah dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhirnya,
2. Ke-60 Arahat oleh Sang Buddha diperkenankan untuk mentahbis bhikkhu yang baru dengan mengucapkan : Buddhang Saranang Gaccami, Dhammang Saranang Gacchami, Sanghang Saranang Gacchami artinya Aku berlindung kepada Buddha, Aku berlindung kepada Dhamma, Aku berlindung kepada Sangha.
3. Dalam kesempatan yang sama Sang Buddha ketika dalam perjalanan dari Uruvela ke Benares bertemu dengan 30 pemuda, yang diantaranya 29 orang telah menikah dan 1 orang belum menikah.
4. Ke-30 pemuda tersebut menemui Sang Buddha dan mohon ditahbiskan untuk menjadi bhikkhu . Sebelum ditahbis menjadi bhikkhu terlebih dahulu Sang Buddha mengajarkan dhamma tentang Empat kesunyataan mulia dan anupubbikatha.
5. Sang Buddha membabarkan dhamma selama 45 tahun dimulai dari usia 35 tahun setelah mencapai penerangan sempurna hingga usia 80 tahun.
6. Sepanjang tahun tersebut Beliau berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mengajarkan dhamma kepada manusia dan para Dewa.
7. Dibawah ini adalah tempat dimana Sang Buddha mengajarkan Dhamma :

Tahun ke 1 :
• Sang Buddha berdiam di Benares, setelah menyampaikan khotbah pertama kali kepada 5 orang pertapa. Khotbah ini dikenal dengan nama Dhammacakkapavatthana Sutta.
• Sang Buddha melaksanakan masa vassa (berdiam ditempat tertentu dimusim penghujan) di Taman Rusa Isipatana.

Tahun ke 2, 3, 4 :
• Sang Buddha melaksanakan vassa di Veluvana, Rajagaha.
• Sang Buddha mengunjungi Raja Bimbisara di Kerajaan Magadha di Rajagaha.
• Raja menawarkan hutan bambu (veluvana) untuk melaksanakan masa vassa kepada Sang Buddha dan murid-muridnya.
• Hutan bambu adalah tempat terpencil yang cocok untuk para bhikkhu tinggal, karena ditempat ini tidak terlalu jauh atau dekat dengan kota.
• Sang Buddha untuk pertama kalinya menunjukkan keajaiban ganda (Yamaka Patihariya) untuk mengatasi kebanggaan sanak saudaranya di Kapilawastu.

Tahun ke 5 :
• Sang Buddha berdiam di Vesali
• Sang Buddha mendengar bahwa Raja Suddhodana sedang sakit parah
• Sang Buddha mengunjungi ayahnya dan mengajarkan dhamma hingga Raja Suddhodana mencapai tingkat kesucian Arahat.
• Raja Suddhodana meninggal tujuh hari setelah mencapai Arahat.
• Sangha bhikkhuni untuk pertama kalinya terbentuk atas permintaan Pajapati Gotami.
• Sangha bhikkhuni terbentuk atas bantuan Y.A. Ananda, karena sesungguhnya Sang Buddha tidak setuju bila ada sangha bhikkhuni.
• Sebagai bukti kesungguhannya untuk menjadi bhikkhuni, Pajapati Gotami beserta wanita dari suku sakya dan suku Koliya berjalan kaki dari Kapilawastu sampai dengan Rajagaha.

Tahun ke 6 :
• Sang Buddha berdiam di bukit Mankulapabbata (lereng gunung Mankula) di Kosambi.
• Untuk kedua kalinya Beliau menunjukkan keajaibannya di bukit Mankula untuk mengatasi murid-muridnya yang saling bertentangan.
• Sang Buddha melarang murid-muridnya untuk mempertunjukkan keajaiban.

Tahun ke 7 :
• Sang Buddha berkunjung ke Surga Tavatimsa untuk mengajarkan Abhidhamma kepada Ratu Mahamaya (ibunya) dan para Dewa yang lain.
• Sang Buddha mengajar Abhidhamma selama 3 bulan
• Abhidhamma Pitaka adalah bagian ketiga dari kitab suci Tipitaka yang berisi tentang filsafat ajaran Buddha (ajaran yang lebih tinggi).

Tahun ke 8 :
• Sang Buddha berdiam di hutan Bhesakalavana.
• Sang Buddha bertemu dengan Nakulapita dan istrinya, yang dikehidupan yang lampau pernah menjadi ayah dan ibunya sampai 50 kali.

Tahun ke 9 :
• Sang Buddha berdiam di Kosambi.
• Raja tertarik dengan ketampanan Sang Buddha dan bermaksud menjodohkan dengan putrid tunggalnya bernama Magandiya.
• Sang Buddha menolak dengan mengatakan aku telah terbebas dari Tanha, Raga dan Arati.
• Putri Magandiya marah dan tersinggung lalu merencanakan untuk balas dendam kepada Sang Buddha.

Tahun ke 10 :
• Sang Buddha berdiam di hutan Parileyyaka di Kosambi.
• Terjadi perselisihan antara dua kelompok bhikkhu yang tidak mau didamaikan.
• Perselisihan terjadi karena satu kelompok mengerti tentang dhamma dan satu kelompok mengerti tentang vinaya(peraturan).
• Sang Buddha memberikan nasehat tetapi tidak membuat kedua kelompok saling berdamai.
• Selama berdiam ditempat ini Sang Buddha dilayani oleh seekor gajah dan kera.
• Selesai Sang Buddha melaksanakan Vassa para bhikkhu yang berselisih sudah berdamai.

Tahun 11 :
• Sang Buddha berdiam di Ekanala, desa Brahmana di ibukota Magadha.
• Sang Buddha mentahbiskan Kasi Bharadvaja menjadi seorang bhikkhu.

Tahun ke 12 :
• Sang Buddha berdiam di Veranja atas permintaan Brahmana Veranja.
• Di Veranja sedang terjadi kelaparan sehingga Sang Buddha beserta murid-muridnya hidup dari makanan yang diperuntukan untuk kuda.
• Makanan tersebut disediakan oleh 500 pedagang kuda, dan Sang Buddha menerima makanan tersebut dengan ketenangan hati yang sempurna.
• Moggallana menawarkan diri untuk menyediakan makanan yang layak dengan menggunakan kekuatan batinnya tetapi Sang Buddha menolak

Tahun ke 13 :
• Sang Buddha berdiam di Calikapabbata dan dilayani oleh seorang bhikkhu yang bernama Meghiya.

Tahun ke 14 :
• Sang Buddha berdiam di Vihara Jetavana ibukota Savathi.
• Y.M. Rahula ditahbiskan menjadi bhikkhu ketika berusia 20 tahun.

Tahun ke 15 :
• Sang Buddha berdiam di Kapilawastu.
• Raja Suppabuddha meninggal, setelah sebelumnya marah-marah kepada Sang Buddha karena meninggalkan putrinya yaitu Putri Yasodhara.

Tahun ke 16 :
• Sang Buddha berdiam di Kota Alavi.
• Yakkha Alavaka, mengamuk di kota Alavi.

Tahun ke 17 :
• Sang Buddha berdiam di Savatthi, tetapi Sang Buddha datang kembali ke Alavi karena merasa kasihan kepada seorang petani miskin.
• Setelah mendengar khotbah Sang Buddha petani tersebut mencapai tingkat kesucian pertama yaitu Sotapana.

Tahun ke 18 , 19 :
• Sang Buddha berdiam di Calikapabbata
• Sang Buddha juga mengunjungi Alavi lagi untuk bertemu dengan anak seorang penenun.

Tahun ke 20 :
• Sang Buddha berdiam di Rajagaha
• Ananda ditunjuk menjadi pembantu tetap Sang Buddha
• Ananda melayani Sang Buddha selama 25 tahun hingga Sang Buddha parinibbana di Kusinara.
• Ananda meninggal ketika berusia 120 tahun dengan cara tubuhnya meledak di atas sebuah batu ditengah sungai Rohini.
• Sang Buddha menaklukan seorang pembunuh keji yaitu Angulimala.
• Nama asli Angulimala adalah Ahimsaka
• Angulimala artinya si kalung jari.

Tahun ke 21-44 :
• Selama 18 vassa dilakukan Sang Buddha di Jetavanarama
• Selama 5 vassa dilakukan di Pubbarama, Savatthi.
• Vassa ke 44 dilakukan di Beluva, sebuah desa kecil yang terletak di Vesali.
• Raja Bimbisara meninggal 8 tahun sebelum Sang Buddha Parinibbana
• Dewadatta dengan paksa ingin mengambil alih pimpinan sangha yang dijabat oleh Sang Buddha.
• Karena perbuatan jahatnya Dewadatta terlahir di Neraka Avici. Ia akan berada di tempat ini selama 100 ribu kappa untuk kemudian lahir kembali pada zaman Buddha Maitreya dan akan menjadi Pacceka Buddha.

Tahun ke 45 :
• Sang Buddha parinibbana pada usia 80 tahun di Kusinara pada bulan Waisak purnamasidhi sebelum masa vassa tiba.

Materi Kelas 7 Semester 2

Senin, 07 Juni 2010
MATERI KELAS VII SEMESTER 2
FORMULASI SILA

A. PENGERTIAN SILA

1. Sila adalah etika atau moral yang dilakukan berdasarkan cetana atau kehendak. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ETHOS yang artinya kebiasaan atau adat.
2. Oleh karena itu etika sering dijelaskan sebagai moral. Dalam pandangan Buddhis sila memiliki banyak arti antara lain: norma (kaidah), peraturan, perintah, sikap, keadaan, perilaku, sopan santun, dan sebagainya
3. Sila pertama kali diajarkan Buddha kepada lima orang pertapa ketika menyampaikan khotbah pertama di Taman Rusa Isipatana.
4. Dalam khotbah tersebut dijelaskan tentang jalan menuju lenyapnya dukkha yang dinamakan jalan tengah.
5. Dalam jalan tengah sila memiliki kelompok Ucapan benar, Perbuatan benar dan Mata Pencaharian benar. Sila merupakan dasar yang paling utama dalam pengamalan kehidupan beragama.
6. Dengan memiliki agama merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mencapai kehidupan yang luhur. Hal tersebut disampaikan dalam Kitab Samyutta Nikaya V, 143, antara lain : “ Apakah permulaan dari batin yang luhur ? Sila yang sempurna “



B. CIRI, FUNGSI, WUJUD DAN SEBAB TERDEKAT DARI SILA

1. Ciri Sila (Lakkhana) adalah ketertiban dan ketenangan
2. Fungsi (rasa) adalah untuk menhancurkan yang salah (dussiliya) dan menjaga agar orang tetap tidak bersalah (ancajja)
3. Wujud sila (paccupatthana) adalah kesucian (soceyya)
4. Sebab terdekat adalah Hiri dan Ottapa, hiri adalah perasaan malu untuk berbuat jahat atau kesalahan, ottapa ada perasaan takut akan akibat dari perbuatan jahat. Hiri dan Ottapa disebut Lokapaladhamma atau pelindung dunia.



C. PEMBAGIAN SILA

1. Sila menurut jenisnya terdiri dari 2 macam, yaitu :
a. Pakati Sila artinya sila alamiah(sila yang tidak dibuat oleh manusia). Contohnya hukum tertib kosmis (utu, bija, kamma, dhamma, citta niyama)
b. Pannati Sila adalah sila yang dibuat oleh manusia berdasarkan kesepakatan atas dasa tujuan tertentu. Contoh : peraturan kebhikkhuan, adat istiadat, peraturan Negara, dan lain-lain

2. Sila menurut pelaksanaannya terdiri dari 3 macam, yaitu :
a. Sikkhapada sila yaitu melakukan latihan pengendalian diri
b. Carita sila yaitu sila dalam aspek positif (mengembangkan 10 perbuatan baik)
c. Varita sila yaitu sila dalam aspek negatif (10 karma buruk)

3. Sila menurut jumlah latihannya terdiri dari 3 macam, yaitu :
a. Cula Sila adalah cara pengendalian diri dari segala perbuatan dan ucapan yang tidak baik. Disebut Cula Sila karena jumlah sila tersebut paling sedikit yaitu lima sila yang dilaksanakan oleh umat biasa atau upasaka dan upasika.
b. Majjhima Sila adalah sila yang sedang dalam jumlah peraturun. Sila ini terdiri dari sepuluh latihan (Dasasila) dilaksanakan oleh samanera.
c. Maha Sila adalah sila yang banyak/berat dalam jumlah peraturan. Sila ini disebut Patimokkhasila dilaksanakan oleh para bhikkhu berjumlah 227 latihan dan bhikkhuni berjumlah 311 latihan.

4. Sila menurut jenis orang yang melaksanakan terdiri dari 3 macam, yaitu :
a. Sila upasaka-upasika adalah pancasila Buddhis. Bila kelima sila ini dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka akan memiliki 5 macam kekayaan, al:
• Keyakinan terhadap Triratna dan diri sendiri
• Kemurnian sila dan pelaksanaannya
• Keyakinan terhadap hukum karma
• Mencari kebaikan di dalam dhamma
• Berbuat baik sesuai dengan dhamma

b. Sila bagi Samanera-samaneri adalah majjhima sila (sila menengah). Untuk aliran Theravada melaksanakan 10 sila dan 75 sekhiya. Untuk aliran Mahayana melaksanakan 10 sila dan 100 siksakaranya.

c. Sila para bhikkhu dan bhikkhuni disebut patimokkhasila atau panita sila (sila yang tinggi). Sila bagi bhikkhu Theravada berjumlah 227 sila, bhikkhuni 311 sila. Khusus sila bagi para bhikkhuni Theravada telah dihapuskan sejak tahun 1257 m karena dalam aliran Theravada tidak ada lagi sangha bhikkhuni. Sila bagi bhikkhu Mahayana berjumlah 250 sila dan bhikkhuni 348 sila.


PANCASILA


1. Pancasila adalah lima latihan kemoralan yang wajib dilaksanakan oleh kita (umat Buddha) semua dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila (Lima latihan kemoralan) terdiri dari :
a. Panatipata Veramani artinya melatih untuk tidak membunuh
b. Adinnadana Veramani artinya melatih untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan (mencuri)
c. Kamesumicchacara Veramani artinya melatih diri untuk tidak berbuat asusila (berhubungan kelamin yang bukan sebagai suami/istri)
d. Musavada Veramani artinya melatih untuk tidak berkata kasar/berbohong/ memfitnah/omong kosong.
e. Suramerayamajjapamadatthana Veramani artinya melatih untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

2. Syarat terjadinya pelanggaran lima sila:
a. Syarat terjadinya pembunuhan adalah : adanya makhluk hidup, tahu bahwa makhluk itu hidup, ada niat/kehendak untuk membunuh, ada usaha untuk membunuh, makhluk tersebut mati/lenyap.
b. Syarat terjadinya terjadinya pencurian adalah : adanya barang, tahu bahwa barang itu, milik orang lain, ada niat/ kehendak untuk mengambil, ada usaha, barang tersebut berpindah tempat.
c. Syarat terjadinya perbuatan asusila adalah : ada obyek, ada niat untuk melakukan, ada usaha melakukan, berhasil melakukan.
d. Syarat terjadinya berkata kasar/berbohong/ memfitnah/omong kosong adalah : ada hal yang tida benar, ada niat untuk menyampaikan, ada usaha, ada orang lain yang percaya.
e. Syarat terjadinya karena minuman keras, adalah: adanya barang yang memabukan, mempunyai niat untuk meminum, melakukan usaha untuk minum, terjadi mabuk

3. Akibat Pelanggaran Pancasila
a. Akibat buruk dari membunuh yaitu: umur pendek, sering sakit-sakitan, selalu bersedih karena berpisah dengan yang dicintai, selalu ketakutan
b. Akibat buruk dari mencuri yaitu: kemiskinan, penderitaan, kekecewaan, hidup tergantung pada pihak lain
c. Akibat berbuat asusila yaitu: mempunyai banyak musuh, mendapat suami atu istri yang tidak diinginkan, lahir dengan keadaan biologis yang tidak sempurna
d. Akibat ucapan tidak benar:
• Berbohong yaitu: menjadi sasaran fitnah dan cacimakian, tidak dipercaya,mulut berbau
• Akibat memfitnah: pecahnya persahabatan tanpa sebab
• Akibat berkata kasar: dibenci pihak lain walaupun tidak mutlak salah, memiliki suara parau
• Akibat bergunjing adaah: cacat aat tubuh, sering bicara tidak masuk akal sehingga orang lain tidak percaya
e. Akibat Minum-minuman yang memabukkan Akibat dibicarakan banyak orang, kecerdasan menurun, tergantung pada orang lain


C. MANFAAT PELAKSANAAN SILA

1. Manfaat sila bagi perumah tangga sesuai dengan Kitab Maha Parinibbana Sutta adalah :
• Penyebab seseorang memiliki banyak harta kekayaan
• Nama dan kemasyurannya akan bertambah luas
• Menghadiri pertemuan tanpa ketakutan dan keragu-raguan
• Sewaktu akan meninggal hatinya tenang
• Penyebab terlahir di alam surga
2. Tujuan tertinggi melaksanakan sila adalah untuk mencapai Nibbana. Nibbana tidak sama dengan surga. Bedanya: Surga adalah tempat berdiamnya makhluk yang menerima akibat perbuatan baiknya.
3. Nibbana adalah keadaan dimana semua makhluk terbebas dari tanha dan kilesa.
4. Hubungan dhamma dan vinaya sangat erat karena, mengajar dhamma tanpa vinaya sama artinya mengajarkan jalan tanpa menunjukkan bagaimana cara memulai dan menempuhnya.
5. Pahala melaksanakan sila :
• Bebas dari penyesalan
• Bebas dari penyesalan menimbulkan kebahagiaan
• Kegembiraan dapat menimbulkan kegiuran (piti)
• Kegiuran dapat menimbulkan ketenangan (passadi)
• Ketenangan akan menimbulkan pemusatan pikiran (ekaggata)
• Pemusatan akan menimbulkan pengetahuan mengenai kesunyataan (anulomanana)
• Pengetahuan mengenai kesunyataan akan mendorong untuk mencari kebenaran (muncitukannyata nana)
• Usaha untuk mencari kebebasan akan mendapatkan pengetahuan tentang kebebasan (nibbana nana)
• Pengetahuan tentang kebebasan akan membawa orang kepada kebebasan (nibbana).


PANCADHARMA

Jika Pancasila bersifat bersifat pasif maka pancadharma bersifat aktif. Sifat aktif inilah yang membuat pancadharma disebut kalyanadharma yaitu memuliyakan seseorang yang mempraktekkannya.

1. Metta – Karuna adalah cinta kasih dan belas kasihan terhadap semua makhluk. Kalau seseorang dapat melaksanakan metta – karuna dengan baik, maka ia akan dapat menghindari pembunuhan makhluk hidup, sehingga sila I dalam Pancasila Buddhis akan akan dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Samma-Ajiva adalah matapencaharian benar, maksudnya adalah mencari penghidupan dengan cara yang baik, yaitu :
 tidak mengakibatkan pembunuhan
 wajar dan halal (bukan hasil pencurian, mencopet dan merampok)
 tidak berdasarkan penipuan
 tidak berdasarkan ilmu yang rendah seperti meramal, perdukunan, dll
Jika kita dapat melaksanakan dhamma kedua ini dengan baik, maka kita akan dapat melaksanakan sila ke II dalam Pancasila Buddhis.
3. Santutthi artinya puas dengan apa yang dimiliki. Puas disini adalah puas dalam hal hawa nafsu. (Contoh : jika sudah punya istri harus puas dengan istri tersebut dan tidak melakukan perjinahan dengan orang lain (sadarasantutthi), jika sudah punya suami harus puas dengan suami tersebut dan tidak melakukan perjinahan dengan orang lain (pativatti). Jika kita dapat melaksanakan hal tersebut maka kita dapat melaksanakan sila ke III dalam Pancasila Buddhis.
4. Sacca artinya kebenaran atau kejujuran. Jujur disini berhubungan dengan pembicaraan seseorang terhadap orang lain yang disertai kehendak/niat. Jika kita dapat melaksanakan sacca berarti kita melaksanakan sila ke IV dari pancasila Buddhis
5. Sati-Sampajanna artinya ingat dan waspada
Jika kita selalu ingat pada jenis-jenis makan dan minuman yang dapat menimbulkan lenyapnya kesadaran serta tidak akan terjerat oleh semua hal sejenisnya, kewaspadaan dapat di bagi menjadi empat yaitu: kewaspadaan terhadap makanan, pekerjaan, tingkah laku, hakekak hidup dan kehidupan. Dengan memiliki sati-sapajanna maka kita akan dapat melaksanakan Sila ke V dari Pancasila Buddhis.



BRAHMA VIHARA

Brahma vihara adalah sifat batin yang luhur atau mulia atau tempat berdiamnya makhluk Brahma (makhluk dewa yang telah mencapai kesucian batin). Sifat ini terdapat dalam diri manusia baik yang jahat maupun yang baik. Manusia menurut pandangan Buddhis terdapat 7 sifat terdiri dari :

• 2 sifat baik (keyakinan dan kebijaksanaan)
• 4 sifat tidak baik ( serakah, kenafsuan, kebencian, mudah tersinggung)
• 1 sifat campuran dari 6 sifat diatas.


Perbuatan Baik Perbuatan Buruk
1. Metta : Cinta Kasih 1. Lobha : Keserakahan
2. Karuna : Belas kasihan 2. Dosa : Kebencian/Kemarahan
3. Mudita : Perasaan Simpati 3. Moha : Kebodohan
4. Upekkha : Keseimbangan Batin 4. Irsia : Irihati

Moha tidak sama dengan Avijja (kegelapan batin). Moha adalah orang yang malas melakukan segala sesuatu, sedangkan Avijja adalah orang yang sudah mengerti berpura-pura tidak mengerti. Lobha dapat dihilangkan dengan mengembangkan Karuna, Dosa dapat dihilangkan dengan mengembangkan Metta, Moha dapat dihilangkan dengan mengembangkan Panna (Kebijaksanaan), Irsia dapat dihilangkan dengan mengembangkan Mudita. Bila manusia memiliki sifat terikat pada apa yang disenangi, dan sifat menolak pada apa yang tidak disenangi dapat dihilangkan dengan mengembangkan Upekkha.
Sifat luhur ini hendaknya dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari agar kita dapat menjadi manusia yang mulia baik dalam tingkah laku, pikiran dan ucapan. Keempat sifat luhur(baik) tersebut merupakan keadaan tanpa batas (appamana). Disebut demikian karena tidak ada yang merintangi atau yang membatasi semua makhluk termasuk dalam alam menyedihkan untuk mengembangkan sifat luhur tersebut.

A. METTA (CINTA KASIH)
Sifat luhur yang pertama adalah Metta (cinta kasih) yang universal (menyeluruh terhadap semua makhluk. Metta bukan berarti cinta kasih yang dilandasi oleh nafsu atau kecenderungan pribadi, karena kedua hal ini akan menimbulkan kesedihan. Metta dapat diumpamakan sebagai: “ seorang ibu yang melindungi anaknya yang tunggal, sekalipun mengorbankan kehidupannya, seharusnya seseorang yang memelihara cinta kasih yang tidak terbatas itu kepada semua makhluk “. Nasihat sang Buddha tersebut adalah perasaan cinta kasih yang tidak didasarkan pada nafsu seorang ibu terhadap anaknya, melainkan keinginan yang murni untuk membahagiakan anaknya.
Sifat yang baik dan mulia adalah corak yang khas dari metta. Orang yang melatih metta selalu gembira dalam memajukan kesejahteraan orang lain. Pahala melaksanakan metta, al:
1. Orang yang penuh metta akan tidur dengan tenang dan bahagia.
2. Wajah berseri-seri.
3. Tidur dengan nyenyak
4. Dicintai banyak orang
5. Disayang oleh makhluk lain (termasuk binatang)
6. Kebal terhadap ilmu hitam (kecuali karma buruknya sedang berbuah)
7. Akan dilindungi oleh para dewa
8. Dengan mudah memusatkan pikirannya
9. Meninggal dengan tenang
10. Dengan pancaran cinta kasih bila meninggal wajahnya berseri-seri.

Cara melatih metta adalah :
Pertama kali metta harus dilatih terhadap dirinya sendiri. Ketika melatih metta pikiran harus tenang, positif, bahagia. Setelah itu ia harus merenungkan agar hidup tenang, terbebas dari penderitaan, kesakitan, kegelisahan, ketakutan, dan seterusnya dengan pikiran tidak melekat dengan apa yang kita pikirkan. Hal ini harus dilatih sesering mungkin agar mendapatkan hasil yang maksimal. Sang Buddha bersabda : “ Ditengah-tengah orang yang membenci, hendaklah seseorang hidup bebas dari kebencian”. Sasaran utama mengembangkan metta adalah terhadap semua makhluk.


B. KARUNA (BELAS KASIHAN)

Sifat luhur yang kedua adalah Karuna (belas kasihan), yang dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat menggetarkan hati ke arah rasa kasihan bila mengetahui orang lain sedang menderita, atau kehendak untuk meringankan penderitaan orang lain. Dalam Jataka diceritakan, Dimana Sutasoma sebagai seorang Bodhisatva telah mengorbankan dirinya demi menolong seekor macan betina kelaparan yang ingin memakan anak-anaknya sendiri yang masih kecil-kecil guna menghilangkan laparnya. Bodhisatva Sutasoma mencegah niat macan itu, dan sebagai gantinya ia memberikan tubuhnya sendiri untuk dimakan.
Sesungguhnya, unsur kasih sayang-lah yang mendorong seseorang menolong orang lain dengan ketulusan hati. Orang yang memiliki kasih sayang yang murni tidak hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk semua makhluk. Orang-orang yang pantas kita beri belas kasihan tidak hanya orang miskin saja tetapi juga orang yang kejam, pendendam, serakah, irihati, pemarah, serakah, mau menang sendiri, sakit, senang dan lain-lain. Sasaran utama mengembangkan karuna adalah terhadap makhluk yang sengsara dan menderita.


C. MUDITA (PERASAAN SIMPATI)

Sifat luhur yang ketiga adalah Mudita (perasaan simpati), yaitu ikut senang melihat orang lain senang atau perasaan gembira atas keberhasilan orang lain. Namun tidak bisa kita pungkiri bahwa sifat manusia yang menonjol adalah sifat irihati, karena untuk memberi ucapan selamat kepada orang yang berhasil tersebut kita tidak pernah melakukannya, jika ada jumlahnya sangat sedikit sekali. Salah satu cara untuk menghilangkan perasaan irihati ini adalah mengembangkan mudita, karena mudita dapat mencabut akar irihati yang merusak. Mudita juga dapat menolong orang lain mencapai kebahagiaan. Sasaran utama mengembangkan mudita adalah terhadap semua makhluk yang makmur dan sejahtera.


D. UPEKKHA (KESEIMBANGAN BATIN)

Sifat luhur yang keempt adalah Upekkha (keseimbangan batin). Keseimbangan batin penting sekali terutama bagi umat awam yang hidup dalam dunia yang kacau balau, ditengah gelombang keadaan yang naik turun tidak menentu ini. Sang Buddha bersabda : “ Orang bijaksana tidak menunjukkan rasa gembira maupun kecewa dengan pujian dan celaan. Mereka tetap teguh bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai”. Demikianlah mereka melatih keseimbangan batin.
Contoh Cerita : Pada suatu ketika Sang Buddha diundang oleh seorang Brahmana untuk bersantap dirumahnya, oleh karena diundang, maka Sang Buddha datang ke rumah Brahmana tersebut, tetapi ia bukannya menjamu Sang Buddha, melainkan malah mencerca Sang Buddha dengan kata-kata yang sangat kotor. Sang Buddha dikatakan seperti babi jalang, anjing, buaya, bangsat, dan sebagainya. Tetapi Sang Buddha tidak sedikitpun merasa terkejut, marah, membantah, dan sang Buddha sama sekali tidak dendam.

D. SIGALOVADA SUTTA
1. Sigalovada Sutta adalah khotbah yang berisi wejangan/nasehat Sang Buddha kepada seorang pemuda bernama Sigala, putra seorang kepala keluarga yang tinggal di Rajagaha.

2. Orang tuanya adalah penganut agama Buddha yang taat dan berbakti kepada Sang Buddha, tetapi tidak berhasil mengajak putranya mengikuti jejaknya.

3. Berbagai usaha telah dilakukan agar Sigala mau bertemu dengan Sang Buddha tau siswa-siswanya untuk mendengarkan dhamma.

4. Sigala beranggapan bahwa tidak ada gunanya mengunjungi Sang Buddha dan sangha(perkumpulan para bhikkhu dan bhikkhuni), karena hal tersebut tidak mendatangkan keuntungan materi, bahkan akan mengakibatkan kerugian materi.

5. Pikiran Sigala hanya tertuju pada kesejahteraan materi dan beranggapan kegiatan mental spiritual tidak ada gunanya.

6. Ketika ayahnya akan meninggal dunia, Ia berpesan agar Sigala melaksanakan permintaannya untuk menghormat enam penjuru pada waktu pagi-pagi sekali(subuh).

7. Ayahnya meminta Sigala melakukan hal tersebut dengan harapan agar suatu ketika Sang Buddha atau para siswanya melihat dan berkesempatan untuk memberikan dhamma yang sesuai dengan Sigala.

8. Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di hutan bambu dekat Rajagaha, dan melihat Sigala dengan pakaian dan rambut yang basah melaksanakan pesan ayahnya untuk memuja enam arah, meskipun tidak tau apa artinya dan ia melakukan sebagai rasa bakti dan penghormatan terhadap ayahnya.

9. Sang Buddha memberitahu Sigala bahwa dalam ajaran-Nya tentang Ariyasa Vinaya(peraturan ariya), enam penjuru itu mempunyai arti :
a. Arah Timur berarti menghormati orang tua
b. Arah Selatan berarti menghormati guru
c. Arah Barat berarti menghormati anak dan istri
d. Arah Utara berarti menghormati sahabat
e. Arah Atas(Zenith) berarti menghormati rohaniawan
f. Arah Bawah(Nadir) berarti menghormati pelayan/karyawan

Ke-enam kelompok ini dalam agama Buddha diperlakukan sebagai sesuatu yang pantas dihormati dan dijaga.
10. Bagaimana cara menghormat atau menjaga mereka? Sang Buddha bersabda bahwa kita dapat menghormat mereka dengan cara melaksanakan kewajibannya dengan baik dan benar. Terdapat 14 aspek negative yang harus dihindari oleh kita antara lain :
a. Empat cacat tingkah laku, antara lain : melakukan pembunuhan, melakukan pencurian, berhubungan kelamin(berzinah), berkata yang tidak benar.
b. Empat dorongan melakukan kejahatan, antara lain : nafsu keinginan, kebencian, ketakutan, kebodohan.
c. Enam saluran menghabiskan kekayaan, antara lain : minuman keras, judi, keluyuran tidak pada waktunya, bergaul dengan wanita/pria penghibur, memiliki teman yang jahat, malas.

11. Aspek positif yang harus kita kembangkan adalah melaksanakan kewajiban timbal balik kepada mereka, antara lain :
a. Kewajiban anak terhadap orang tua, yaitu:
 Mendengarkan nasehatnya
 Membantu orang tua dalam keadaan senang dan susah
 Menjaga nama baik orang tua
 Menghormati dan menjaga nama baiknya.

b. Kewajiban orang tua terhadap anak, yaitu :
 Memberikan pendidikan yang baik
 Memberikan warisan kepada anaknya pada saat yang tepat
 Menganjurkan anaknya berbuat kebaikan
 Mencegah anaknya melakukan perbuatan yang tidak baik

c. Kewajiban guru terhadap murid, yaitu :
 Menjaga nama baik muridnya
 Memberikan nasehat, petunjuk yang baik
 Memberikan ilmu yang telah dimiliki
 Menjaga muridnya dari bahaya

d. Kewajiban murid terhadap guru, yaitu :
 Menegur atau memberi salam bila bertemu
 Bertekad untuk belajar yang sungguh-sungguh
 Mengerjakan tugas yang telah diberikan
 Memperhatikan dengan baik ketika belajar
Diposkan oleh Dhamma Khatulistiwa di 08.57

Materi kelas 7 semester 1

MATERI KELAS 7 SEMESTER I
SADDHA (KEYAKINAN)

Saddha artinya keyakinan. Keyakinan disini bukan berarti kepercayaan yang membabi buta, atau asal percaya saja, akan tetapi keyakinan yang berdasarkan pada fakta dan kebenaran. Yang dimaksud kebenaran adalah kesunyataan (Paramatha Sacca). Agama Buddha mempunyai keyakinan (Saddha) akan adanya :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Tiratana atau Tri Ratna (Tiga Permata/Mustika)
3. Tipitaka/Tripitaka (Kitab Suci)
4. Bodhisatta/Bodhisatva (Calon Buddha)
5. Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
6. Cattari Ariya Saccani (Empat Kesunyataan Mulia)
7. Kamma dan Punabhava (Perbuatan dan Kelahiran Kembali)
8. Paticcasamuppada (Hukum Sebab Akibat yang Saling bergantungan)
9. Nibbana/Nirvana(Kebahagiaan Tertinggi)

Dalam Kitab Suci Tipitaka yaitu pada Sutta Pitaka terdapat 4 keyakinan, al:
1. Keyakinan terhadap hukum kamma/karma (Kamma Saddha)
2. Keyakinan terhadap akibat dari kamma/karma (Vipaka Saddha)
3. Keyakinan bahwa semua makhluk mempunyai karma masing-masing dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya (Kammassakata Saddha)
4. Keyakinan terhadap pencapaian penerangan sempurna dari Sang Buddha.




HAKEKAT TUHAN YANG MAHA ESA



Setiap agama apapun bersendikan Ketuhanan YME, meskipun makna dan pengertian yang diberikan oleh setiap agama terhadap Tuhan berlainan antara agama yang satu dengan agama yang lain. Demikian juga agama Buddha meyakini Tuhan YME tidak sama dengan meyakini benua atau hal yang lain.
Keyakinan terhadap Tuhan YME melalui proses decara penalaran (akal) melalui penerangan sempurna. Dalam agama Buddha telah di ajarkan Ketuhanan YME sejak Sang Buddha membabarkan Dhammanya yang pertama kali di Taman Rusa Isipatana, yang memungkinkankita terbebas dari Samsara (lingkaran kelahiran kembali).
Tidak benar sama sekali seandainya ada sementara orang yang beranggapan bahwa agama Buddha tidak ber-Tuhan. Mungkin sementara orang tersebut menuntut adanya suatu nama sebutan untuknya, seperti apa yang mereka ketahui dalam agama mereka. Akam tetapi mereka itu kalau mau mempelajari Kitab Suci Tipitaka, maka akan menemukan sabda Sang Buddha tentang Ketuhanan YME.
Dalam Kitab Udana VIII,3 Sang Buddha bersabda sebagai berikut :
“ Para bhikkhu ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang Mutlak. Dan Para bhikkhu, bila tidak ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang Mutlak, maka tidak dapat tergambarkan dalam bentuk apapun”.
Kitab Udana VIII,3 terdapat dalam Sutta Pitaka bagian Khuddhaka Pitaka (buku yang kelima).
Sesuai dengan sabda Sang Buddha tersebut diatas jelaslah bagi kita bahwa Sang Buddha juga mengajarkan tentang Ketuhanan YME. Hanya saja konsep Ketuhanan dalam agama Buddha tidak sama dengan konsep Ketuhanan dari agama lain. Setelah mengetahui konsenya lalu timbul pertanyaan : “siapakah nama Tuhan dalam agama Buddha ? “ Tuhan dalam agama Buddha bukan pribadi yang bisa diberi nama oleh karena itu agama Buddha menyebut Tuhan Yang Mutlak “. Namun Tuhan juga dapat disebut Sang Hyang Adi Buddha, Parama Buddha, Sang Tattagatha.
Dalam agama Buddha yang mutlak/Tuhan tidak dipandang sebagai suatu pribadi, yang kepada-Nya umat Buddha memanjatkan doa dan menggantungkan hidupnya, akan tetapi agama Buddha mengajarkan bahwa nasib, penderitaan, kebahagiaan, keberuntungan, kerugian, adalah hasil dari perbuatannya sendiri dimasa lampau.


KITAB SUCI AGAMA BUDDHA



Tipitaka (bahasa Pali) atau Tripitaka (Sansekerta) berarti Ti : tiga, pitaka ; kelompok/kerangjang. Tipitaka berarti tiga kelompok/kerangjang, terdiri dari :

1. Vinaya Pitaka:
Adalah kelompok peraturan yang berisikan tentang peraturan atau tata tertib bagi para bhikhu atau bhikhuni. Vinaya Pitaka terdiri dari :
a. Sutta Vibhaga : memuat tentang 227 peraturan para bhikkhu (patimokkha sila)
b. Khandaka, yang terdiri dari Maha Vagga dan Cula Vagga (penyelesaian masalah dalam Sangha, sejarah sidang Sangha)
c. Parivara ( penjelasan masalah dalam Sutta Vibhaga dan khandaka)
2. Sutta Pitaka :
Adalah kelompok kotbah, yang berisikan tentang kotbah-kotbah, dialog dan tanya jawab oleh Sang Buddha dengan para siswanya beliau, par apertapa, maupun orang lain. Dibagi dalam 5 kumpulan (NIKAYA) yaitu :
a. Digha Nikaya : kumpulan kotbah yang berukuran panjang, terdiri dari 3 Vagga memuat 34 kotbah
b. Majjhima Nikaya : kumpulan kotbah berukuran sedang; terdiri dari 15 vagga, memuat 152 kotbah
c. Samyutta Nikaya : kumpulan kotnah yang biasanya berukuran pendek, singkat terdiri 56 samyutta, ribuan kotbah
d. Anguttara Nikaya : kumpulan kotbah yang bersifat kelompok, misal kelompok satu, dua, tiga, dst.. hingga kelompok sebelas, terdiri atas 11 kelompok, ribuan kotbah
e. Khuddhaka Nikaya ; biasa disebut kelompok kecil (Khuddhaka:kecil), terdiri dari 15 kitab, yaitu ; 1
1. Khuddakapatha
2. Dhammapada : 423 syair, 16 bab (vagga)
3. Udana : 8 vagga, 80 Udana (kotbah inspirasi)
4. Itivuttaka
5. Sutta Nipata
6. Vimanavatthu
7. Petavatthu
8. Theragatha
9. Therigatha
10. Jataka (memuat 547 cerita, tentang kehidupan Bodhisatta sebelum menjadi Buddha)
11. Niddesa
12. Patisambhidamagga
13. Apadana
14. Buddhavamsa
15. Cariyapitaka
3. Abhidhamma Pitaka
Berisi tentang Dhamma yang rinci dan dalam, disusun secara analisis dan mencakup berbagai bidang, seperti psikologi, logika, etika dan lain-lain. Terdiri dari 7 buah buku :
1. Dhammasangani
2. Vibhaga
3. Dhatukhata
4. Puggalapannati



TEMPAT IBADAH


Kebaktian atau upacara keagamaan yang dilakukan oleh umat Buddha dengan corak ragam yang berbeda-beda bila diteliti memiliki makna yang sama. Sesuatu yang disebut upacara keagamaan atau kebaktian akan diterima oleh umat untuk dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan sekaligus menjadi kebutuhan hidup batinnya. Oleh karena itu akan menjadi salah satu kebiasaan hidupnya, yang sering dilakukan. Dalam semua bentuk upacara agama Buddha, sebenarnya terkandung prinsip-prinsip :
• Menghormati dan merenungkan sifat-sifat luhur Sang Tiratana
• Memperkuat keyakinan (saddha) dengan tekat (aditthana)
• Mengembangkan empat sifat luhur (Brahma Vihara)
• Mengulang dan merenungkan kembali khotbah Sang Buddha
• Membagi perbuatan baik kita kepada makhluk lain (dengan mengucapkan anumodana)


Manfaat langsung yang diperoleh dari melaksanakan kebaktian atau upacara antara lain:
• Keyakinan atau bakti akan berkembang (Saddha)
• Empat sifat luhur akan berkembang(Brahma Vihara)
• Indria akan terkendali (samvara)
• Perasaan puas (santuthi)
• Kedamaian (santi)
• Kebahagiaan (Sukha)
Sikap yang benar pada saat kebaktian/upacara, antara lainl:
1. Anjali, adalah merangkapkan kedua tangan didepan dada dengan membentuk kuncup bunga teratai. Ketika kita membaca doa/paritta tangan kita diletakkan didepan dada, mata dipejamkan dan berkonsentrasi.
2. Namaskara, adalah bersujud dengan membentuk lima titik (Pancanga Patittha) yaitu dua siku, dua lutut, dan dahi menyentuh lantai pada saat yang bersamaan.
3. Pradaksina, adalah bekeliling vihara, candi, stupa, sebanyak tiga kali putaran searah jarum jam dengan tangan bersikap anjali.
4. Uthana adalah penghormatan dengan cara berdiri
5. Samicikamma, membantu yang patut dibantu tanpa harus menunggu diminta.

Tempat kebaktian umat Buddha yang benar, antara lain:
1. Vihara, adalah tempat kebaktian umat Buddha yang lengkap.
Syarat disebut vihara harus ada :
• Gedung uposathagara (tempat untuk mentahbis calon bhikkhu) dan tempat untuk mengadakan upacara hari raya
• Gedung dhammasala (tempat untuk khotbah dan belajar dhamma)
• Kuti (tempat tinggal bhikkhu/bhikkhuni)
• Gedung perpustakaan (tempat untuk menyimpan ajaran Buddha)
2. Cetiya, adalah tempat kebaktian umat Buddha yang lebih sederhana
3. Arama, adalah tempat kebaktian yang lebih lengkap dari vihara.
Syarat disebut Arama sama dengan syarat disebut vihara hanya saja ditambah Taman (tempat untuk melaksanakan meditasi).
4. Altar, adalah tempat untuk meletakkan amisa puja (perlengkapan sembahyang)
5. Candi, adalah tempat kebaktian umum umat Buddha
6. Stupa, adalah tempat untuk meletakkan abu jenasah atau relik orang suci.
Orang yang pantas dibuatkan stupa setelah meninggal adalah Sammasam Buddha, Pacceka Buddha, Savaka Buddha, Raja Cakkavati (Raja Sejagad).
Kebaktian terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Kebaktian Umum yang dihadiri oleh bhikkhu
Bila kebaktian dihadiri oleh bhikkhu maka kita wajib membaca paritta Aradana Tisarana dan Pancasila (Permohonan untuk mengulang tiga mustika dan lima latihan kemoralan)
2. Kebaktian Umum yang tidak dihadiri oleh bhikkhu
Bila kebaktian tidak dihadiri oleh bhikkhu, kita membaca paritta sesuai dengan buku tuntunan kebaktian.
Salam dalam agama Buddha adalah namo Buddhaya (terpujilah para Buddha). Selesai baca doa kita ucapkan Sabbe Satta bhavantu Sukhitatta (artinya semoga semua makhluk hidup berbahagia ), Lalu kita menjawab Sadhu sadhu sadhu (semoga).


VIHARA

Pengertian secara umum adalah Tempat ibadah bagi umat Buddha. Kata ‘Vihara’ dalam bahasa pali berarti tempat tinggal. Vihara sebgai tempat tinggal para bhikkhu dan samanera. Terdapat dua jenis vihara yaitu:
1. Vihara sebagai tempat tinggal untuk keperluan badan jasmani
2. Vihara sebagai tempat tiggal batin/ pikiran

Vihara sebagai tempat tinggal jasmani

Vihara yang pertama dalam sejarah agama Buddha terletak di atas sebidang tanah yang dinamakan Isipatana Migadayavana didekat kotaBenares. Di vihara ini Buddha mengajarkan Dhamma kepada lima orang pertapa. Vihara sebagai tempat tinggal jasmani meliputi:
A. Uposathagara yang memiliki dua jenis Sima (batas) yaitu:
a. Baddha Sima (batas yang dibuat sangha)
b. Abaddha Sima (batas yang alami)
B. Dhammasala (tempat kebaktia, Dhammaklas, meditasi, upacara perkawinan dll)
C. Kuti (tempat tinggal bhikkhu/bhikkhuni dan samanera/samaneri
Vihara tempat tinggal bagi Rohani
A. Brahma Vihara (empat batin yang luhur
(metta, Karuna, Mudita dan Upekkha)
B. Dibba Vihara (dua hukum yang melindungi dunia dan manusia)
(Hiri dan Ottapa)
C. Dhamma vihara (Jantung kehidupan yang telah ditunjukan oeh Buddha)
(Jangan berbuat jahat, berusahalah untuk menambah kebaikan, sucikan hati dan pikiran, ini adalah ajaran Buddha)
D. Ariya Vihara ( jalan yang berunsur delapan yang dapat menghantarkan manusia menuju kebahagaan tertinggi. ( Sila, Samadhi dan panna)
Cara untuk membangun vihara di dalam batin adalah dengan berusaha agar memiliki Santi dan Sampajana



LAMBANG-LAMBANG DALAM AGAMA BUDDHA


1. Buddha Rupang, Bunga, Lilin, Air, Dupa
a. Buddha Rupang.
Simbol dari ketenangan batin seseorang. Buddha rupang bukan berhala yang harus disembah oleh umat Buddha, namun Buddha rupang adalah simbol dari ketenangan batin.
b. Bunga.
Simbol dari ketidak-kekalan. Bunga segar yang diletakkan di altar setelah berganti waktu dan hari akan menjadi layu. Begitu pula dengan badan jasmani kita, suatu waktu kelak pasti akan menjadi tua, sakit, lapuk akhirnya meninggal.
c. Lilin.
Simbol dari cahaya atau penerangan batin yang akan melenyapkan kegelapan batin dan mengusir ketidaktahuan (avijja)
d. Air
Simbol dari kerendahan hati. Dikatakan demikian karena air selalu mencari tempat yang lebih rendah dimanapun mengalir. Sifat air adalah :
• Dapat membersihkan noda
• Menjadi sumber kehidupan makhluk
• Dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan
• Selalu mencari tempat yang lebih rendah
• Meskipun kelihatannya lemah, tetapi dalam keadaan tertentu dapat bangkit menjadi tempat yang dahsyat (misal banjir, sunami, dll)
e. Dupa.
Simbol dari keharuman nama baik seseorang. Bau wangi dupa yang dibawa angin akan tercium di tempat yang jauh, namum tidak dapat tercium di tempat yang berlawanan dengan arah angin. Begitu juga dengan perbuatan manusia yang baik akan diketahui oleh banyak orang, tetapi perbuatan tidak baik dimanapun berada juga akan diketahui oleh orang lain.
2. Bendera Buddhis, terdiri dari lima warna, al :
• Biru artinya bhakti
• Kuning artinya bijaksana
• Merah artinya cinta kasih
• Putih artinya suci
• Jingga/Orange artinya semangat
Bendera Buddhis berasal dari aura Buddha yang dipancarkan dari tubuh Buddha, baik yang melingkar dibelakang kepala maupun yang menyelubungi tubuhnya. Aura tubuh Buddha dalam bahasa pali disebut Buddharasmi atau Byamappabha. Aura Buddha terdiri dari 6 macam, yaitu: Biru (Nila), Kuning (Pita), Merah (Lohita), Putih (Odata), Jingga/orange(Manjettha), campuran (pabhasura). Aura tubuh Buddha muncul pertama kali setelah mencapai penerangan sempurna di hutan Uruvela pada tahun 588 sebelum masehi, ketika itu beliau berusia 35 tahun. Belakangan warna aura tubuh Buddha tersebut dijadikan sebagai Bendera Buddhis oleh J.R. De Silva dan Kolonel H.S.Olcott untuk menandakan kembali kebangkitan kembali agama Buddha di Ceylon.


3. Stupa
Pada mulanya merupakan gundukan peringatan berbentuk setengan bola. Belakangan, gundukan ini menjadi monumen yang dikeramatkan. Menurut legenda bentuk tersebut berasal dari petunjuk Buddha Sakyamuni yang memperlihatkan kepada siswanya bagaimana cara membangun stupa dengan benar. Dalam legenda ini, Buddha mengambil tiga lembar jubahnya, melipatnya hingga membentuk bujur sangkar, lalu diletakkan diatas tanah saling bertumpuk satu sama lain. Di atasnya diletakkan mangkuk (patha/bowl) secara terbalik dan diatasnya lagi diletakkan tongkat yang biasanya dibawa berkelana. Oleh karena itu stupa biasanya berbentuk tiga tingkat, al : tingkat dasar berbentuk trapezoid, bagian tengah berbentuk setengah bola, bagian atas berbentuk kerucut.
4. Dhammacakka
Secara harfiah artinya roda dhamma, bentuknya bulat dan didalamnya terdapat jari-jari berjumlah
Delapan buah, terdiri dari :
a. Pandangan benar : pandangan terhadap empat kesunyataan mulia
b. Pikiran benar : pikiran terhadap segala sesuatu yang bersifat positif
c. Ucapan benar : perkataan yang bermakna dan tidak menyakiti orang lain
Syarat ucapan disebut benar adalah :
• Ucapan itu benar
• Ucapan itu bermanfaat
• Ucapan itu beralasan
• Ucapan itu tepat pada waktunya.
d. Perbuatan benar : suatu tindakan yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain
e. Mata Pencaharian benar : melalukan kegiatan yang positif yang membawa kebahagiaan
f. Usaha benar : berusaha mengembangkan segala sesuatu yang positif demi kemajuan batin
Ada lima maca usaha/perdagangan yang sebaiknya dihindari oleh umat Byddha, yaitu :
• Berdagang manusia untuk dijadikan budak
• Berdagang senjata tajam
• Berdagang binatang buas (harimau, kucing, anjing, ular, dll)
• Berdagang racun
• Berdagang obat-obatan terlarang
g. Perhatian benar : mengendalikan gerak gerik prilaku diri sendiri secara wajar
h. Konsentrasi benar : memusatkan pikiran pada satu obyek
5. Relik
Adalah peninggalan khusus dari jenazah seseorang yang dipandang suci. Peninggalan khusus ini biasanya berupa potongan kuku, rambut, abu jenazah, gigi, tulang, atau benda tertentu yang terdapat dalam tubuh setelah dikremasi. Pemujaan terhadap relik mulai sejak kematian Buddha Gautama setelah abu jenazahnya dibagi menjadi sepuluh bagian dan disimpan dalam stupa yang didirikan di sepuluh negara. Sebagai contoh relik gigi Sang Buddha saat ini disimpan di vihara Dalada Valigwa, dekat kandy Srilanka, sedangkan relik Sariputta dan Mogallana disimpan di Sanci, India.
6. Swastika
Adalah lambang yang berbentu salib sumbu dengan ujung sumbu membentuk patahan sehingga seolah-olah mirip dengan dua huruf S dan Z yang saling bertumpang tindih tegak lurus. Bentuk ini melambangkan lingkaran kehidupan yang terus menerus. Swastika melambangkan kesejahteraan dan hidup panjang.
7. Tasbih
Dalam lingkungan agama Buddha digunankan sebagai alat bantu dalam bermeditasi untuk memusatkan pikiran. tAsbih ini biasanya memiliki biji yang berjumlah 108 buah. Secara umum biji-biji ini dipakai untuk membilang banyaknya mantra atau doa dalam Mahayana.
Gambar Tasbih :
8. Pagoda adalah lambang kesucian yang terdiri dari 7 tingkat kesempurnaan.
Bentuknya :
9. Pohon Bodhi adalah lambang kebijaksanaan atau kesadaran agung dari pertapa Gautama. Karena dibawah pohon inilah Pertapa Gautama mencapai kesempurnaan.
Gambar daun Bodhi :
10. Teratai adalah lambang kesucian. Teratai memiliki warna bermacam-macam, al: Warna Putih (Pundarika), warna biru (Upala), Warma merah (Lohita).
Gambar Teratai :
11. Genta adalah lambang akan dimulainya upacara atau kegiatan yang resmi.
Gambar Genta :



KRETERIA AGAMA BUDDHA DAN UMAT BUDDHA


Ditinjau dari cara hidupnya, umat Buddha terdiri dari dua golongan besar, yaitu:
- Umat Buddha Awam
- Umat Buddha Yang Meninggalkan Kehidupan Duniawi

a. Umat Buddha Awam
Yang dimaksud dengan umat awam adalah umat Buddha yang hidup berumah tangga, hidup di masyarakat yang mempunyai pekerjaan dan harta benda.
Umat Awam terdiri dari Upasaka dan Upasika. Upasaka adalah umat Buddha laki-laki, sedangkan Upasika adalah umat Buddha perempuan.

b. Umat Buddha Yang Meninggalkan Kehidupan Duniawi
Umat Buddha yang meninggalkan kehidupan duniawi terdiri dari Anagarika, Samanera, Samaneri, Bhikkhu dan Bhikkhuni.
- Anagarika adalah upasaka-upasika yang atas kemauannya sendiri menjalankan Dasasila atau sekurang-kurangnya Atthasila dalam kehidupan sehari-hari. Seorang Anagarika dalam kehidupan sehari-hari menjalankan pekerjaan Dharma sesuai dengan tujuan pengabdiannya, dan biasanya tinggal di Vihara, yang disebut Viharawan(Pria) dan Viharawati(wanita).
- Samanera-Samuneri adalah calon Bhikkhu-Bhikkhuni. Sebelum seseorang diterima menjadi Bhikkhu-Bhikkhuni, terlebih dahulu ia harus menjalani suatu masa percobaan yang disebut dari Samanera-Samuneri. Samanera-Samuneri diterima dan diangkat oleh seorang Bhikkhu-Bhikkhuni sebagi Pembimbingnya. Seorang Samanera-Samaneri dalam hidupnya sehari-hari menjalankan mahjjhima Sila (75 Sila) dan Dasa Sila sebagai pedoman Hidupnya.
- Bhikkhu-Bhikkhuni adalah Rohaniawan tertinggi dalam agama Buddha yang bertekat menjalani hidup dengan meninggalkan kehidupan duniawi. Tujuanya adalah berusaha mencapai kesucian dan mengabdi kepada agama Buddha sebagai wakil Sang Buddha dalam menyebarkan Dharma. Seorang Samanera-Samaneri yang telah memenuhi Syarat, akan ditahbiskan dalam suatu upacara yang disebut Upasampada. Bhikkhu Pentahbis disebut Upajjhaya dan Bhikkhu pembimbing disebut Acariya. Berdasarkan pengabdiannya Bhikkhu dibagi atas tiga yaitu
• Majjhimah Bhikkhu yaitu Bhikkhu telah menjalani kebhikkhuanya lebih dari 5 tahun.
• Thera atau Theri Bhikkhu yaitu Seorang Bhikkhu telah menjalani kebhikkhuanya lebih dari 10 tahun.
• Mahathera atau MahaTheri yaitu Seorang Bhikkhu telah menjalani kebhikkhuanya lebih dari 20 tahun.



SEJARAH PANGERAN SIDHARTA


KEHIDUPAN PERNIKAHAN

Ketika berusia 16 tahun Pangeran Siddharta menikah dengan saudara sepupunya yang cantik jelita bernama Yasodhara. Hampir 13 tahun dari pernikahan yang bahagia, penuh kemewahan, tanpa mengetahui perubahan yang ada diluar istana. Pangeran dibuatkan 3 buah istana yang sangat megah yaitu:
1. Istana musim hujan(Subba) dengan kolam renang dan bunga tertai berwarna Biru(Uppala),
2. Istana musim panas(Suramma) dengan kolam renang dan bunga teratai berwarna Putih (Pundarika)
3. Istana musim dingin(Ramma) dengan kolam renang dan teratai warna merah(Paduma).

Dengan berjalannya waktu, akhirnya dengan perlahan-lahan kebenaran menjadi nyata baginya. Sifatnya yang penuh kasih sayang ia merasa bosan tinggal dalam istana terus menerus dalam waktu yang sangat lama. Ia memohon ijin kepada ayahnya untuk berjalan-jalan diluar istana. Menyadari hal ini akan membahayakan bagi pangeran maka raja menyuruh seluruh rakyat menghias jalanan yang akan dilewati Pangeran.
Waktu telah tiba, jalanan sudah sangat ramai dan meriah, semua rakyat keluar rumah dan berdiri disepanjang jalan yang akan dilewati Sang Pangeran yang tampan. Namun tanpa terduga dalam kemeriahan tersebut Pangeran melihat suatu pemandangan yang sangat lain yaitu Orang tua yang bongkok berjalan dengan tongkat. Pangeran kaget dan menanyakan keadaan tersebut kepada kusirnya yaitu Channa. Siapa dan apa yang dia lakukan Channa ? Dia adalah orang tua.
Perjalanan dilanjutkan, Pangeran melihat peristiwa yang kedua yaitu Orang sakit kusta. Pangeran kembali bertanya dan memikirkan kenapa hal tersebut bisa terjadi? Tak lama setelah itu Pangeran kembali melihat peristiwa yang ketiga yaitu orang meninggal yang ditandu untuk dibawa ketempat pengkremasian. Pangeran kaget dan bahkan semakin bingung, kembali lagi bertanya ada apa Channa ? kenapa banyak sekali orang ? Channa menjawab itu adalah orang meninggal.
Dalam kegalauan hatinya Pangeran ingin kembali keistana, namun lagi-lagi Pangeran menyaksikan peristiwa yang keempat yaitu seorang pertapa suci yang sangat tenang dan agung. Melihat peristiwa yang terakhir hati Pangeran menjadi tenang dan bulatlah tekadnya untuk mengikuti jejak pertapa tersebut. Dalam perjalanan pulang keistana Pangeran disusul oleh pengawal kerajaan yang mengabarkan bahwa anaknya telah lahir.
Pangeran Siddharta kaget dan mukanya pucat, lalu mengangkat kepalanya keatas menatap langit yang sangat tinggi sambil berkata “ RAHULAJATO BANDANANG JATANG” artinya “satu ikatan telah lahir, satu belenggu telah lahir”. Setelah berkata-kata tersebut Pangeran melanjutkan perjalanan dan bertemu dengan seorang perempuan bernama KISA GOTAMI yang mengucapkan syair sebagai berikut :
“ Nibbuta Nuna Sa mata, Nibbuta nuna so pita, Nibbuta nuna sa nari, yassa yang idiso pati” artinya “Tenanglah ibunya, Tenanglah ayahnya, Tenanglah istrinya, Yang mempunyai seperti anda”.

Pangeran terkejut dan tergetar hatinya mendengar kata Nibbuta yang berarti tenang atau padamnya semua nafsu. Karena kagumnya terhadap syair yang diucapkan oleh perempuan tersebut Pangeran Siddharta menghadiahkan sebuah kalung emas yang sedang dipakainya.