RIWAYAT HIDUP BUDDHA GOTAMA
A. Masa anak-anak
Setelah
meninggalnya Ratu Maya, Raja Suddhodana mempercayakan Pangeran kepada
salah seorang selir, yang juga merupakan bibi pageran Sidharta yaitu
Prajapati Gotami untuk merawatnya. Maha Prajapati Gotami menganggapnya
sebagai anak sendiri dan merawatnya dengan baik. Tetapi kepergian Ratu
Maya yang begitu cepat merupakan suatu hal yang sangat disayangkan dalam
kehidupan Pangeran karena dia tidak melihat sang ibu kandung.
Dalam
perawatan Maha Pajapati Gotami yang penuh perhatian, Pangeran
beransur-ansur tumbuh dewasa. Dia menjadi anak yang berparas tampan,
sehat serta dicintai semua orang. Pada usia delapan tahun, raja sudodana
mengundang para guru terkenal dari berbagai bidang ilmu untuk memberi
pelajaran bahasa, berhitung, memanah seta bidang-bidang ilmu lainnya
kepada pangeran.
Dibawah bimbingan para gurunya, pangeran yang
pada dasarnya pandai itu degan cepat menguasai setiap ilmu dan tak
pernah melupakan hal yang telah dipelajarinya. Prestasinya selalu
terdepan diantara para pangeran yang lain. Prestasi yang mengagumkan ini
membuat semua orang terpukau, bahkan raja, bibi dan guru pembimbingnya
juga merasa luar biasa
Meskipun pandai dan merupakan putra
mahkota penerus tahta kerajaan, namun pangeran sangat menghormati para
gurunya. Dia yakin bahwa hanya dengan bimbingan guru sajalah seseorang
baru dapat memperoleh pengetahuan yang tinggi. Disamping itu, pangeran
sendiri berwatak lemah lembut, mengganggap semua orang adalah sederajat,
selalu hormat terhadap orang lain.
Selain memiliki watak yang
terpuji, pangeran juga memiliki keberanian. Dia tidak takut menerima
berbagai macam gemblengan fisik dan pertarungan. Sejak kecil dia telah
dibina menjadi seorang ksatria perkasa yang berhati lembut. Dia juga
sangat trampil dalam mengendari kereta perang.
Dalam suatu
pertandingan mengendarai kereta perang. Pangeran mengungguli lawan-lawan
tangguh dari seluruh kerajaan. Menghadapi pertandingan yang sagat keras
itu, Masing-masing pihak mengerahkan seluruh kemampuannya berusaha
merebut kemenangan. Tetapi meskipun pertandingan berlangsung dengan
keras dan tegang, Pangeran yang lembut hati tidak pernah lupa
memperlakukan kudanya dengan baik. Seakan mengerti akan kebaikan ini,
kuda itu berusaha membantu Pangeran meraih kemenangan dalam setiap
pertandingan..
Selain memperlakukan kudanya dengan baik, Pangeran
juga memperlakukan binatang yang lain dengan penuh kasih sayang.
Pangeran Sidharta, yang tidak pernah menderita dan mengalami kesusahan
dalam hidupnya, pada dasarnya memiliki hati yang penuh diliputi rasa
kepedulian. Dia menyadari bahwa seiap makhluk hidup, baik manusia
ataupun binatang, sangat mendambakan datangnya kebahagiaan, tidak ada
yang menginginkan penderitaan.
Saat berusia delapan tahun,
kewelas asihan hati Pangeran sudah tertampak jelas. Dimanapun berada,
dia berusaha untuk tidak mencelakai makhluk hidup. Dia selalu berusaha
untuk membebaskan makhluk hidup dari penderitaan. Pernah suatu ketika
Pangeran melihat seorang pembantunya sedang memukul seekor ular dengan
sebuah tongkat, dengan segera dia mencegah perbuatan itu.
Pada
suatu hari pangeran Siddharta bersama dengan teman-temannya bermain di
luar istana. Di antara mereka ada seorang pangeran yang bernama
Devadata. Dia adalah saudara sepupu Pangeran Siddharta, tetapi memiliki
watak yang berbeda dengan Pangeran Sidharta.
Pangeran Sidharta
lembut dan sopan, memiliki hati welas asih, tak pernah menindas orang
lain, bahkan menolong makhluk lain yang tertindas. Sebaliknya. Devadata
berwatak kejam, jahat, dengki dangemar menyakiti makhluk hidup. Suatu
hari Devadata memanah kawanan angsa yang sedang terbang. Seekor angsa
terpanah sayapnya dan jatuh.
Pangeran Sidharta segera berlari dan
memungut angsa itu. Mencabut panah yang menancap disayapnya. Lalu dia
membalut luka itu dengan daun muda untuk menghentikan pendarahan. Dengan
lembut dibelainya angsa itu agar menjadi tenang. Devadata yang marah
datang mendekatinya bermaksud merebut angsa itu. Dengan teriakan keras
dia meminta Pangeran Sidharta untuk menyerahkan angsa itu kepadanya.
Bagaimanapun
juga Pangeran Sidharta tidak bersedia menyerahkan angsa yang terluka
itu. Dia berkata, “Bila angsa ini mati maka dia menjadi milik orang yang
memanahnya. Tetapi selama dia masih hidup maka seharusnya menjadi milik
penolongnya.” Devadata pun bersikeras berkata, “ Aku yang memanah angsa
ini, sudah seharusnya dia menjadi milikku.” Keduanya bertengkar.
Akhirnya Pangeran Sidharta mengusulkan, “ Biar para bijak di kerajaan
kita yang memutuskannya !” Devadata menyetujuhinya.
Di dalam
ruang pertemuan pada hari itu, para orang bijak memiliki pandangan yang
berbeda dalam menentukan siapa yang berhak atas angsa itu. Ada yang
berpandangan bahwa angsa itu seharusnya menjadi hak pageran Sidharta
yang menyelamatkannya, tetapi ada pula yang menganggap seharusnya
menjadi milik Devadata yang memanahnya.
Pada akhirnya, seorang
bijak muda berdiri dan dengan lantangnyaberkata.” Setiap makhluk hidup
harus menjadi milik orang yang menyelamatkan hidupnya, bukan milik orang
yang mencelakannya. Dalam kasus kali ini, angsa yang terluka harus
diputuskan menjadi milik penyelamatannya, tapatnya, dia menjadi milik
Pangeran Sidharta.
Para orang bijak menyetujui pendapat bijak
muda itu. Akhirnya diambil keputusan : angsa seharusnya menjadi milik
Pangeran Sidharta, sebab Pangeranlah yang menyelamatkan hidupny.
Demikianlah, Pangeran Sidharta merawat luka angsa itu dengan cermat
hingga pulih. Lalu dilepaskannya kembali ke hutan agar berkumpul dan
hidup bebas bahagia bersama dengan habitatnya. Sejak hari itu. Devadata
mulai membenci dan berhasrat menghancurkan Pangeran Sidharta.
Meneladani
sifat-sifat luhur pangeran Sidharta. Kita hendaknya meneladani
sifat-sifat luhur pangeran Sidharta, Walaupun masih anak-anak Pangeran
Sidhart memiliki sifat-sifat luhur, suka menolong, welas asih kepada
sesama makhluk hidup. Pangeran Sidharta juga tidak sewena-mena walaupun
anak seorang raja, selalu menaruh hormat kepada orang-orang bijaksana
untuk memecahkan persoaalan secara adil.
Latihan soal
1. Ibu tiri Pangeran Sidharta bernama….
2. Ayah pangeran Sidharta bernama….
3. Dewadata memiliki watak….
4. Binatang yang dipanah dewadata adalah….
5. Binatang yang dipanah Dewadata menjadi milik….
BODHISATTA
Bodhisatta
dari bahasa pali atau bodhisatva berasal dari bahasa sansekerta artinya
calon Buddha atau seorang yang bercita-cita untuk mencapai Bodhi untuk
menjadi Buddha.
Bodhi artinya penerangan sempurna. Buddha artinya
Bodhisatva yang telah mencapai penerangan sempurna. Bodhisatva yang
ingin menjadi Buddha ia harus lahir di bumi ini menjadi manusia, Karena
hanya manusia yang dapat menjadi Buddha. Bhoddhisatva berdiam di alam
Sorga Tavatimsa. Bodhisatva yang telah lahir menjadi manusia adalah
Bodhisatva Sidharta lahir sebagai pangeran putra dari Raja Sodhodana,
lahir di Taman Lumbini pada tahun 623 S.M.
A. TANDA-TANDA BHODHISATVA
Tanda atau ciri-ciri pokok Bhodhisatta adalah sebagai berikut:
ia seorang yang penuh rasa belas kasih
ia ikhlas berkorban tanpa pamrih untuk orang lain
ia sama sekali tidak mementingkan diri sendiri
Bodhisatva
mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi, rasa kesetiakawanan sosialnya
juga sangat tinggi, ia tidak pernah memita selain memberi
B. SIFAT-SIFAT BODHISATVA
Sifat Bodhisatva ada enam yang disebut sad paramita artinya enam sifat luhur.
1. Dana paramita sifat luhur untuk selalu beramal berkorban untuk menolong makhluk yang menderita
2. Sila paramita sifat luhur untuk selalu berbuat baik (sila)
3. Virya paramita sifat luhur untuk selalu giat, aktif dan rajin bekerja dan belajar
4. Khanti paramita sifat luhur untuk selalu tenang dan sabar untuk menerima segala kesulitan, rintangan dan cobaan.
5. Dhyana paramita sifat luhur untuk selalu mengheningkan cipta atau meditasi
6. Panna paramita sifat luhur untuk selalu bijaksana dalam ucapan, pikiran dan perbuatan.
C. MACAM-MACAM BODHISATVA
Bodhisatta di bagi 3 macam yaitu:
1.
Bhodhisatva Saddhadika adalah Bodisatva yang dalam upayanya untuk
mencapai Bodhi atau peerangan Sempurna mengutamakan keyakinannya kepada
Buddha. Bodhi yang dicapai oleh seorang Bodhisatva Saddhadhika adalah
Savaka Bodhi yaitu penerangan sempurna yang dicapai dengan jalan berguru
kepada Buddha. Sedangkan Bddha yang dicapainya disebut Savaka Buddha.
2.
Bodhisatva Viryadhika, adalah Bodhisatva yang dalam upayanya untuk
mencapai Kebuddhaan mengutamakan semangat, aktif dan rajin untuk
menolong orang lain, yang pantas untuk ditolong. Bodhi yag dicapai
disebut Pacceka Bodhi, dan tingkat kebuddhaan yang dicapainya disebut
Pacceka Buddha
3. Bodhisatva Pannadikha adalah Bodhisatva yang dalam
upayanya untuk mencapai Bodhi mengutamakan kebijaksanaan (panna), Bodhi
yang dicapainya adalah Samma Sambodhi yaitu penerangan sempurna yang
paling tinggi dan sempurna, dan tingkat kebuddhaan yang dicapainya
adalah Samma Sambuddha yakni Buddha yang tersempurna
Latihan Soal
1. Bodhisatva berasal dari bahasa….
a. Pali c. cina
b. Sansekerta d. Bali
2. Bodhisatta artinya calon…
a. Samanera c. Upasaka
b. Bhikkhu d. Buddha
3. Bodhisatva mempunyai sifat…
a. pemalu c. belas kasihan
b. pendiam d. periang
4. Bodhisatva Sidharata lahir di bumi ini sebagai…
a. raja c. rakyat
b. pangeran d. mentri
5. Bodhisatva rela dan siap berkorban demi kepentingan semua makhluk…
a. bahagia c. di alam setan
b. menderita d. halus
6. Sifat-sifat Bodhisatva semua ada…
a. empat c. tujuh
b. lima d. empat
7. Sifat-sifat Bodhisatva disebut…
a. catur paramita c.sad paramita
b. panca paramita d. sapta paramita
8. Sifat luhur yang selalu mendorong seseorang Bodhisatva untuk selalu giat, aktif, rajin bekerja dan belajar disebut…
a. khanti paramita c. sila paramita
b. viriya paramita d. dana paramita
9. Tanda atau ciri seorang bodhisatva yang tidak dimiliki adalah…
a. penuh rasa belaskasih c. tidak mementingkan diri sendiri
b. ikhlas berkorban tanpa pamrih d. mempunyai sifat loba
10. Bodhisatva berdiam di surga…
a. tusita c. tavatimsa
b. loka d. brahma
II. Isilah dengan singkat dan tepat !
1. Tanda atau ciri yang dimiliki seorang Bodhisatwa berjumlah….
2. Surga Tusita tempat berdiam para….
3. Penerangan sempurna disebut juga…
4. Sifat Bodhisatva tidak pernah meminta, tetapi selalu….
5. Seorang Bodhisatva yang ingin menjadi Buddha ia harus lahir di….
Cerita-Cerita Bodhisatva
Bodhisatva terlahir sebagai raja Vessantara :
Sebelum
menjadi Buddha Bodhisatva Sidharta pernah terlahir menjadi seorang raja
termasyur bernama Vessantara. Ia memerintah dengan sangat bijaksana.
Dalam kerajaan terdapat seekor Gajah pusaka yang dipercaya oleh
rakyatnya dapat mendatangkan kejayaan dan kemakmuran.
Pada suatu hari
datanglah utusan dari kerajaan tetangga. Utusan itu menceritakan bahwa
telah terjadi bencana kekeringan dan kelaparan hebat diwilayahnya, oleh
karena itu ia berniat meminta bantuan dari raja Vessantara. Urtusan itu
meminta agar diberikan Gajah pusaka, supaya kekeringan dan kelaparan
lenyap. Raja Vessantara memberikan dan menyuruhnya membawa pulang gajah
yang diinginkan. Namun rakyatnya tidak terima dan akhirnya mengusir raja
Vesantara. Raja Vessantara pergi bersama istri dan anak-anaknya. Raja
Vessantara bertekap untuk menjadi seeorang pertapa, anak-anaknya diminta
oleh seorang Brahmana, begitu pula dengan istrinya. Dan dengan penuh
rasa tulus diberikan anak dan istrinya kepada orang yang memintanya.
Vessantara hidup damai sebagai seorang pertapa. Brahmana yang meminta
anak dan istrinya adalah jelmaan Dewa Sakka untuk menguji ketulusan raja
Vessantara.
Bhodisatva terlahir sebagai seekor Gajah.
Pada
kehidupan yang lampau Bodhisatva Sidharta juga apernah terlahir sebagai
seekor Gajah yang besar dan perkasa. Ia hidup damai bersama binatang
lainnya di hutan. Pada suatu hari ia melihat serombongan orang yang
sedang melakukan perjalanan jauh, rombongan itu tampak lesu tak
bergairah, ternyata mereka telah berhari-hari tidak makan, sehingga
tidak mempunyai tenaga, diantara mereka ada yang berbicara, “Kita semua
akan mati di sini, sebab disini tidak ada makanan, kita masih jauh dalam
perjalanan”. Mendengar ucapan mereka Bodhisatva lalu menemui mereka dan
berkata, “ Jangan takut, kalian tidak akan mati, pergilah di balik
bukit itu maka kalian akan menemukan makanan guna meneruskan
perjalanan”. Rombongan itu kemudian pergi ke arah yang ditunjukkan Gajah
itu. Sang Gajah sendiri kemudian pergi menaiki bukit, dengan memotong
jalan. Sampai dipuncak bukit kemudian sang gajah menjatuhkan dirinya,
agar dirinya dapat dijadikan makanan oleh rombongan itu. Betapa senang
hati rombongan itu setelah menemukan bangkai seekor Gajah. Namun mereka
sadar setelah kenyang, bahwa Gajah yang dimakan adalah Gajah yang
ditemuinya dikaki bukit itu. Demikianlah pengorbanan seorang Bodhisatva.
Bodhisatva terlahir sebagai Seekor Kelinci
Dikisahkan
bahwa pada kelahiran yang terdahulu bodhisatva Sidharta pernah terlahir
sebagai seekor Kelinci yang hidup di hutan. Ia hidup bersama seekor
kera, dan seekor Anjing laut. Mereka selalu melaksanakan puasa di bulan
purnama dan senang melakukan kebajikan. Mereka hidup rukun saling
membantu satu sama lainnya. Pada suatu kesempatan di bulan purnama
mereka dengan tulus ingin melakukan kebajikan dan berpikir “alangkah
bahagianya jika ada orang yang memerlukan bantuannya.”. Mengetahui tekad
yang kuat dari mereka istana dewa Sakka menjadi panas, kemudiaan dewa
Sakka turun ke Bumi untuk menguji tekad mereka dengan menyamar menjadi
seorang pertapa tua yang sedang mencari makanan. Pertapa itu mendatangi
ketiganya. Kemudian ketiganya menawarkan jasa masing-masing. Si kera
membawa buah-buahan dari dalam hutan untuk diberikan kepada pertapa itu,
sedangkan Anjing laut menangkap ikan, lalu diberikan kepada pertapa
itu. Si Kelinci berpikir, kawan-kawanku telah memberikan persembahan
terbaiknya pada pertapa itu, aku juga akan memberikan persembahan
terbaikku, tapi aku tidak mempunyai apa-apa. Maka si Kelinci
memerintahkan perta tua itu untuk mengumpulkan kayu kering dam
membakarnya. Setelah api menyala dengan besar maka Kelinci
mengibas-ngibaskan dirinya agar kutu-kutu yang ada dalam dirinya
terjatuh. Kemudian ia melompat ke dalam api, agar dapat dinikmati oleh
pertapa tua itu. Namun setelah ia masuk ke dalam api, api tidak dapat
membakarnya karena kekuatan kebajikannya, kemudian pertapa itu
menceritakan jati dirinya bahwa ia adalah dewa Sakka yang turun ke bumi
untuk menguji kesungguhan tekadnya. Si kelinci selamat dari kobaran api,
dan kembali hidup rukun bersama kera dan anjing laut.
PANCASILA BUDDHIS
A. Pengertian Pancasila
Pancasila Buddhis merupakan dasar latihan bagi setiap umat Buddha, agar menjadi orang yang bijak.
Pancasila
terdiri dari dua kata yaitu Panca yang berarti lima dan Sila yang
berarti kemoralan. Pancasila berarti lima latihan kemoralan. Lima Sila
yang harus dilatih seorang umat Buddha adalah bertekad melatih diri
menghindari :
mebunuhan makhluk hidup
mengambil barang yang tidak diberikan (mencuri)
perbuatan asusila (perbuatan yang tidak senonoh)
perkataan yang tidak benar (berbohong)
minum-minuman dan makanan yang memabukan
1. Sila Pertama
Sila pertama pancasila buddhis berbunyi :
Panatipata
veramani sikkhapadang samadiyami yang berarti aku bertekad melatih diri
menghindari pembunuhan makhluk hidup. Perbuatan yang melanggar sila
pertama ini contohnya adalah; membunuh ayam, memotong katak, mengail
ikan, menginjak semut, dan lain-lain. Sila pertama ini dilakukan melalui
badan jasmani.
Akibat melanggar sila pertama ( pembunuhan ) adalah :
Dapat
terlahir dengan usia pendek (pendek umur) mati terbunuh, berpenyakitan,
lahir cacat, terpisah dengan orang yang dicintai, wajahnya buruk,
berbadan lemah atau bisa lahir di neraka.
2. Sila kedua
Sila kedua pancasila buddhis berbunyi :
Adinadana
veramani sikkhapadang samadiyami yang artinya aku bertekad melatih diri
menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan (mencuri).
Contoh
perbuatan yang melanggar sila kedua adalah : mencuri uang, korupsi,
menyembunyikan barang teman untuk dimiliki, dan lain-lain
Akibat melanggar sila kedua (pencurian) adalah :
Dapat terlahir kembali dengan keadaan miskin, menderita kelaparan, sering rugi, sering ditipu, selalu gagal dalam bekerja.
3. Sila ketiga
Sila ketiga pancasila buddhis berbunyi :
Kamesumicchacara
veramani sikkhapadang samadiyami yang berarti aku bertekad melatih diri
menghidari perbuatan asusila (perbuatan yang tidak pantas)
Perbuatan
yang melanggar sila ketiga adalah mencintai isteri atau sumai orang
lain yang sah. (selingkuh), Merebut suami atau isteri orang lain,
pelecehan seksual
Akibat pelanggaran sila ketiga adalah :
Terlahir
kembali dengan kondisi : banyak musuh, lahir sebagai banci (bencong),
punya kelainan jiwa, sukar dapat jodoh, gagal dalam persahabatan
4. Sila keempat
Sila keempat pancasila buddhis berbunyi :
Musavada
veramani sikkhapadang samadiyami artinya aku bertekad melatih diri
menghindari ucapan yang tidak benar. Termasuk dalam ucapan yang tidak
benar adalah berbohong, memfitnah, omong kosng dan kata-kata kasar.
Akibat pelanggaran sila keempat adalah :
Terlahir
dengan kondisi ; mulutnya berbau busuk, perkataannya tidka dipercaya
orang lain, bicaranya tidak jelas (gagap), susunan giginya jelek.
5. Sila Kelima
Sila kelima pancasila buddhis berbunyi :
Sura
meraya majja pamadatthana veramani sikkhapadang samadiyami yang berarti
aku bertekad untuk melatih diri menghindari minum minuman dan makan
makanan yang lemahnya kewaspadaan (memabukkan.).
Segala jenis minuman
yang menyebabkan mabuk harus kita hindari. Narkoba, sabu-sabu, estasi
harus kita hindari karena dapat merusak mental/jiwa kita. Kalau
mental/jiwa kita terganggu maka ucapan dan perbuatan jasmani kita juga
akan kacau
Akibat melanggar sila kelima adalah dapat terlahir sebagi orang gila, bodoh, sulit mendapat pekerjaan.
Lima
latihan kemoralan jika kita laksanakan dengan benar akan membawa
kemajuan, kemakmuran menyebabkan terlahir sebagai manusia atau di surga
(alam-alam bahagia).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar