DANA
A. Pengertian Dana
Berdana berarti memberikan sesuatu
barang atau jasa kebajikan kepada orang lain dan/atau makhluk yang
membutuhkan tanpa mengharapkan suatu balasan atau imbalan. merupakan
satu langkah awal yang penting dalam praktek Buddhis. Berdana jika
diimbangi dengan moralitas yang baik, konsentrasi dan kebijaksanaan akan
menghasilkan pembebasan dari lingkaran tuimbal lahir (Samsara).
Dana paramita dapat dibedakan atas dua macam, sesuai kehendak seseorang yang melaksanakannya.
1. Dana yang dilakukan oleh orang biasa dan orang suci
a. Amisadana
b. Dhammadana
2. Dana yang hanya dapat dilakukan oleh orang suci
a. Atidana
b. Mahatidana
B. Macam-macam Dana
Menurut kitab Sangyang kamahayanikan dana di kelompokkan menjadi empat macam, yaitu:
a. Amisadana.
Amisadana
yaitu memberikan bantuan dalam bentuk barang-barang, uang atau bentuk
materi lainnya, Amisadana merupakan dana yang laing mudah dan paling
ringan dilakukan seseorang, sehingga disebut sebagai “ Hinadana”.
b. Atidana
Atidana
yaitu memberikan kepentingan diri pribadi untuk kebahagiaan dan
kesejahteraan makhluk lain. Atidana ini hanya dapat dilakukan oleh orang
yang telah terbebas dari keterikatan, karena kuatnya dorongan karuna
kepada semua makhluk, Sebagai contoh Sidharta Gotama, ia ikhlas
meninggalkan istananya dengan segala kekuasaan dan kesenangannya, anak
istrinya serta sanak keluarga yang dicintainya, demi untuk mencari jalan
guna membebaskan umat manusia dari pendritaan.
c. Mahatidana
Mahatidana
yaitu iklas memberikan jiwa-raga demi kepentingan mahluk-mahluk yang
menderita, yang membutuhkan pertolongannya, contohnya bodhisatva
sotasoma menyerahkan dirinya dimakan harimau yang sedang menderita
kelaparan dan hendak memakan anaknya sendiri.
Seorang pahlawan yang
berjiwa besar rela mengorbankan jiwa raganya demi kemerdekaan negaranya,
yang berarti menyelamatkan bangsanya dengan tidak mengharapkan jasa.
D. Dhammadana
Dhammadana
yaitu berdana dalam bentuk mental dan spritual berupa nasehat-nasehat,
yang biasa dilakukan para bhikkhu atau pandita atau upasakha – upasikha.
Contah orang yang kecanduan alkohol, jika di berikan uang mungkin akan
dibelikan minuman, tetapi jika diberikan nasehat dan bimbingan dhamma
mungkin akan meninggalkan kebiasaanya itu dan bisa sembuh, demikian juga
berdana mencetak paritta suci, mencetak buku agama, membangun vihara
juga disebut Dhammadana. Buddha menyatakan “Sabbadana Dhammadana Jinati”
artinya persembahan dana untuk kepentigan Dhamma melebihi dana apapun.
B. Cara berdana yang baik
Dalam
memberikan dana kita harus memperhatikan empat faktor agar pemberian
barang atau jasa yang kita lakukan dapat memberikan pahala yang
berlimpah-limpah yaitu:
1. Barang/jasa yang diberikan
2. Faktor niat (cetana)
3. Faktor tujuan berdana
4. Ladang untuk menanam jasa.
1.
Faktor barang/ jasa yang diberikan hendaknya barang-barang yang bersih,
artinya barang-barang tersebut bukan berasal dari hasil kejahatan.
Barang-barang yang baik, barang-barang yang layak, barang-barang yang
sesuai penerima, barang yang bersih akan membawa manfaat yang baik bagi
pemberi dana maupun penerimanya.
2. Berdana atau melakukan perbuatan
bajik apapun harus dimulai dengan niat (cetana) yang baik, niat dalam
melakukan dana dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Niat sebelum melakukan dana (pubbacetana)
b. Niat pada saat berdana (mucacetana)
c. Niat setelah memberikan dana (apara cetana)
Apabila
ketiga niat dalam berdana terpebuhi maka dana yang diberikan akan
memberikan hasil yang baik. Dari ketiga faktor niat itu, pikiran setelah
berdana sangat menentukan pahala dari dana yang diberikan. Pikiran
setelah berdana ini dapat terjadi, 1 hari, 1 minggu, 1 bulan bahkan
tidak terbatas waktunya. Oleh karena itu setelah selesai memberikan dana
hendaknya tidak ada penyesalan atau kekecewaan, karena akan
mempengaruhi pahala dari perbuatan tersebut.
3. Motivasi Berdana. Sutta-suta mencatat berbagai cara atau dorongan seseorang mempraktekkan kedermawanan:
a. berdana karena kejengkelan, atau sebagai cara untuk menyinggung si penerima, atau dengan ide menghina
b. berdana karena rasa takut
c. berdana sebagai balasan kebaikan yang dilakukan pada dirinya di masa lalu
d. berdana dengan harapan dirinya mendapatkan bantuan serupa di masa mendatang
e. berdana karena perbuatan berdana dianggap baik
f.
berdana karena perasaan tidak enak äku memasak, sedangkan mereka tidak.
Tidaklah pantas bila aku yang memasak tidak memberi mereka yang tidak
memasak.”
g. Berdana untuk mendapatkan nama baik
h. Berdana untuk menghiasi dan memperindah pikiran.
Selain
hal tersebut diatas ada dana diberikan untuk mempertahankan tradisi
keluarga, keinginan untuk terlahir di alam surga. Tetapi diyatakan dalam
sutta dana seharusnya diberikan tanpa pengharapan apapun Na sapekho
danam deti. Tujuan tertinggi dari berdana adalah terhentinya kelahiran
kembali dan mencapai Nibbana.
Terdapat 4 macam dana yang diberikan oleh orang-orang biasa yaitu:
a.
Dana yang kecil, tetapi diberikan dengan rasa berat, misalnya dengan
comelan atau dengan harapan timbal balik, maka hasilnya akan kecil.
b. Dana yang kecil, tetapi diberikan dengan rasa tulus ikhlas, maka hasilnya akan berlipat ganda
c. Dana yang besar, tetapi diberikan mengharap pujian, kedudukan atau karena terpaksa, maka hasilnya akan lebih kecil
d.
Dana yang besar, tetapi diberikan dengan rasa ikhlas dan penuh dengan
karuna, maka hasilnya akan berlimpah-limpah, baik dalam kehidupan
sekarang maupun pada kelahiran yang akan datang.
4. Ladang untuk menanam jasa
Menurut ajaran Buddha dana-dana itu sebaiknya diberikan kepada :
a. Orang yang membuat si pendana bahagia karena memberi dana itu
b. Orang tua, orang yang pernah berjasa pada kita
c. Sangha, karena sangha adalah kelompok manusia yang melepaskan keduniawian dan memiliki pengendalian diri yang baik
d. Orang-orang suci yaitu orang yang telah terbebas dari kekotoran batin
e. Pertapa, dan brahmana yang hidup sederhana
f. Kaum miskin, pengemis dan kelana (pengembara)
C. Bagimana cara memberikan Dana yang Benar ?
Agar
perbuatan berdana menjadi murni dan memiliki nilai yang tinggi, kita
harus melakukannya dengan cara yang benar. Adapun cara yang diajarkan
oleh Sang Buddha adalah :
1. Hendaknya diberikan dengan cara yang pantas, sehingga yang diberi tidak merasa tersinggung
2. Hendaknya diberikan dengan rasa hormat
3. Hendaknya diberikan dengan tangan sendiri
4. Tidak memberikan dana apa yang hanya cocok untuk dibuang
5. Tidak sembarangan
6. Hendaknya diberikan dengan penuh keyakinan
7. Tepat pada waktunya
8. Diberikan kepada orang yang kesulitan
9. Bukan untuk mencari kepuasan dan kesenangan pribadi (duniawi)
D. Manfaatnya berdana
Berdana yang dilandasi oleh keyakinan dan kebijaksanaan akan memberikan nilai/manfaat antara lain :
1. Kebencian menjadi hilang
2. Dicintai orang lain
3. Mempererat persahabatan
4. Niatnya/Citacitanya dapat terkabul
5. Kelak setelah meninggal dunia dapat terlahir di Surga
6. Mempunyai nama yang baik
7. Jika terlahir kembali menjadi manusia maka akan mempunyi wajah yang elok, kaya, berusia panjang dan terhormat.
Kisah Sivali
Jasa kebajikan besar yang dapat dihasilkan dari dana yang kecil.
Pada
jaman Buddha Vipassi, penduduk bersaing dengan raja mereka untuk
melihat siapa yang dapat memberikan pemberian terbesar pada Sang Buddha
dan Sangha. Segala kebutuhan untuk persembahan sudah diperoleh, kecuali
madu segar. Maka mereka mengirimkanbanyak pesuruh yang berbekal banyak
uang untuk membeli bahan yang masih kurang itu. Salah satu dari pesuruh
ini bertemu denga penduduk desa yang kebetulan sedang membawa sarang
lebah yang baru saja diambil untuk dijual dikota. Untuk bisa memperoleh
madu itu, dia menawarkan seluruh uangnya yang berjumlah 1000 keping
(yang nilainya tentusaja jauh melebihi harga sarang lebah itu). Tentu
saja orang desa itu terkejut “ Apakah Anda gila? … Harga madu ini amat
murah, tetapi anda menawar 1000 keping uang. Mengapa? Coba
jelaskan.”Maka pesuruh itu pun menerangkan bahwa madu itu amat berharga
karena merupakan bahan terakhir yang dibutuhkan untuk membuat
persembahan bagi Sang Buddha yang akan dipersembahkan rakyat. Secara
spontan, orang desa itu pun menjawab. “Kalau begitu, saya tidak akan
menjual sarang labah ini walaupun dibayar berapapun. Jika saya memang
bisa menerima jasa kebajikan dari persembahan ini, madu ini akan saya
danakan saja. Para penduduk amat terkesan mengetahui keyakinan orang
ini, yang dengan amat terkesan mengetahui keyakinan orang ini, yang
dengan amat rela menolak rejeki nomplok seperti itu dan lebih memilih
menerima jasa persembahan.karena hadiah sederhana pada zaman Buddha
Vipassi ini, orang desa itu berkali-kali terlahir di alam surga dan
kemudian menjadi pangeran yang mewarisi tahta kerajaan benares. Di
kehidupan terakhirnya, dia menjadi Sivali Thera dan mencapai tingkat
Arahat sebagai siswa Buddha Gotama.
Kisah Lajadevadhita
Pada
suatu hari Y.A. Mahakassapa Thera setelah melakukan meditasi
(samapatti) selama tujuh hari, beliau bangkit untuk memberi kesempatan
kepada para umat untuk berdana. Laja memberikan segenggam jagung yang
dimiliki. Ketika pulang pulang dari memberi dana tersebut ia dipatuk
ular berbisa dan meninggal. Setelah meninggal ia terlahir di alam surga
Tavatimsa dan dikenal sebagai Lajadevadhita. Laja menyadari bahwa
terlahir di alam surga karena ia telah berdana segenggam jagung kepada
Y.A. Mahakassapa Thera. Kemudian memutuskan untuk melakukan jasa baik
kepada thera agar kebahagiaanya dapat bertahan. Setiap pagi deva itu
pergi ke vihara untuk melakukan kebajikan dengan menyapu halaman vihara,
mengisi air dalam bak mandi dan melakukan jasa-jasa lainnya.
Kisah seekor kelinci
Pada
suatu ketika Bodhisatta terlahir sebagai seekor kelinci. Ia mempunyai
tiga sahabat karib, seekor monyet. Seekor srigala dan seekor
berang-berang, mereka hidup bahagia didalam hutan, suatu saat pada bulan
purnama kelinci berbicara dengan kawan-kawannya, untuk melaksanakan
kemoralan dan jika ada yang meminta sesuatu akan memberikan apa yang ia
punyai. Hal ini mengakibatkan singgasana deva saka panas lantas dewa
saka menjelma menjadi pertapa, ia menemui satu persatu binatang tersebut
dan semua binatang tersebut memberikan apa yang ia punya. Kini giliran
kelinci yang pada waktu itu tidak memiliki barang apa-apa, maka ia
mengorbankan dirinya untuk disantap sang pertapa dengan cara menceburkan
dirinya di api yang pertapa buat. Anehnya sang kelinci bukannya
terbakar karena pertapa tersebut sebenarnya dewa saka yang menyamar.
PENGERTIAN SEHAT DAN SAKIT
Dalam
kehidupan kita sehari-hari kita mengalami saat-saat sehat dan
kadang-kadang menderita sakit. Tidak ada seorang pun yang sehat terus
menerus atau sakit terus menerus. Sehat dan sakit menimpa semua makhluk
yang hidup silih berganti. Jika kita sedang sehat, kita dapat melakukan
segala kegiatan dan aktivitas sehari-hari dengan ringan, enak dan
nyaman. Saat kita sedang sehat berarti organ-organ dalam tubuh kita
sedang berfungsi dengan baik. Sebaliknya jika badan kita sedang sakit,
kita merasa berat untuk melakukan kegiatan apapun. Kita memerlukan
pertolongan orang lain untuk membantu segala aktivitas dan kegiatan
kita, termasuk memberikanmakanan, minuman, obat dan sebagainya. Jadi
saat kita sedang Sakit berarti organ-organ dalam tubuh kita tidak
bekerja dengan semestinya, terganggu dan tidak menurut.
B. Cara merawat orang sakit.
Bila
kita atau teman kita sedang menderita sakit, kita harus dapat membantu
menringankan penderitaan yang dialaminya dengan cara:
1. Menjenguk dan menghiburnya.
Langkah
pertama jika kita mendengar berita bahwa teman kita sakit adalah datang
menjenguknya dirumah atau dirumah sakit dimana dia dirawat. Menjenguk
dan memberikan motivasi bahwa ia pasti sembuh dari penyakitna merupakan
dorongan yang kuat bagi proses penyembuhanya. Orang yang sedang sakit
memerlukan nasehat dan motivasi untuk proses penyembuhanya.
2. Membantu mengobati atau menolongnya
Jika
kita tidak mempunyai kesibukan yang berarti, kita dapat menunggui teman
kita yang sakit itu dan membantu menyuapinya makan dan minum obat yang
diberikan dokter.
C. Cara memelihara kesehatan
Agar kita tidak
menjadi sakit, kita harus berusaha untuk selalu menjaga kesehatan diri
dan lingkungan kita. Kesehatan diri meliputi kesehatan jasmani dan
rohani diantaranya:
1. Kesehatan diri
a. Mandi dengan sabun dan air bersih miniman 2 kali sehari
b. Makan teratur 3 kali sehari
c. Makan-makanan bergizi
d. Mengosok gigi sesudah makan
e. Istirahat dan tidur yang cukup
f. Memakai pakaian yang pantas dan bersih
g. Belajar dan bekerja dengan disiplin
h. Berolahraga secara teratur
2. Kesehatan rohani
a. Bersembahyang pagi dan sore
b. Meditasi minimal satu kali sehari menjelang tidur
c. Membaca kitab suci minimal satu ayat
d. Berdoa sebelum melakukan kegiatan
3. Kesehatan lingkungan
a. Menjaga kebersihan rumah dan halaman
b. Membersihkan tempat tidur
c. Menimbun benda-benda yang dapat menjadi sarang nyamuk
d. Merapikan taman dan rerimbunan di sekeliling rumah agar tampak asri indah dipandang mata
4. Kegitanan sosial
a. Bergaul dengan teman-teman yang baik
b. Menghormati orang yang lebih tua
c. Aktif dalam kegiatan di vihara atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan usia dan kegemarannya
H. Cara menjaga pikiran agar jasmani tidak sakit
Pada
hakekatnya kesahatan jasmani dan rohani saling terkait dan berhubungan
satu sama lain. Jika jasmani atau basan kita sehat, maka pikiran atau
rohani kita juga sehat.Namun sebaliknya jika rohani kita tidak sehat,
maka jasmani kita juga akan sakit. Lalu bagaimanakah agar pikiran atau
rohani kita tetap sehat?
Bila kita memakai baju yang bersih, kita
merasa nyaman dan senang, namun baju yang kita pakai lama kelamaan
akankotor. Kita harus mencucinya kembali dan menyetrikanya agar enak
dipakai lagi. Begitu pula dengan pikiran kita. Kita akan merasa segar
dan nyaman bila pikiran kita berseih dari kekotoran-kekotoran yaitu
loba, dosa dan moha. Untuk membersihkan pikiran kita dari pengaruh
kekotoran pikiran tersebut, kita harus melakukan meditasi dan
merenungkan dan mengembangkan bentuk-bentuk pikiran baik agar pikiran
jahat tidak muncul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar